little boy

44.5K 1K 6
                                    

Di gedung G&G grup seorang laki laki marah marah terhadap sekertaris nya. yah dia Rey yang sedang memarahi Nita sekertarisnya karena membiarkan Dinda pergi begitu saja tanpa menanyakan Dinda akan pergi kemana.

"kenapa kamu biarkan Dinda pergi?"

"maaf pak, tadi saya sudah coba menahannya tapi non Dinda tetap pergi"

"Apa kamu tau dia pergi kemana?"

"Maaf pak saya lupa menanyakannya?"

" kamu bilang lupa?kamu bosen kerja di kantor ini?"


Nita menunduk takut melihat bos nya yang sedang emosi, dia menahan tangisnya dan tubuhnya bergetar"Tidak pak saya masih betah kerja disini jangan pecah saya, saya mohon maafkan saya pak, saya janji tidak akan mengulanginya lagi"


Rey memejamkan mata meredam emosinya. Dia mempertimbangkan untuk memecat Nita karena pekerjaan Nita sangat bagus dan memuaskan. Nita tidak seperti sekertarisnya yang dulu dia selalu kerja profesional dan tidak pernah bersikap menggodanya bahkan Nita begitu ramah dan baik dengan gadisnya ketika dulu belum tahu siapa Dinda. " Baiklah, kembali ke tempat selesaikan pekerjaanmu"


Rey mengambil telepon pintarnya menghubungi Dinda. Suara diringan terdengar dari ruangan nya Rey mencari keberadaan suara itu. Dia menemukan telepon pintar milik Dinda yang berada di sofa tempat Dinda tadi duduk. Rey menggeram bagaimana bisa gadisnya itu ceroboh meninggalkan telepon pintarnya.


Rey mengecek panggilan terakhir Dinda dan menghubunginya. setelah berbincang bincang dengan orang yang di sebrang sana dia tahu kemana gadisnya itu pergi. Rey menghela nafas lega.


*****

Setelah mendapatkan kabar dari rumah bahwa kakaknya masuk rumah sakit Dinda bergegas pergi ke rumah sakit dia lupa mengabari Rey. Dia akan menghubungi Rey nanti sekarang yang terpenting adalah kak Bila pikirnya.


Dinda berdiri di depan kamar inap tadi suster bilang kalo pasien telah di pindahkan ke kamar inap dan kondisinya tidak parah. Siapa yang berani beraninya menyelakai kakaknya, mengurung Bila di gudang dengan baju basah dan membuat penyakitnya kumat. Dinda berjanji dia akan mencari tau siapa yang berani mencelakai kakaknya dan orang tersebut akan tau akibatnya. Baru Dinda ingin memutar gagang pitu itu tapi dia menahannya ketika mendengar suara papanya sedang berbincang dengan dokter. Dinda lebih memilih mengintip dari jendela, dia melihat kak Bila yang terbaring lemah dengan infus dan selang oksigen yang berada di hidungnya.


tidak lama dokter keluar dan dinda menanyakan kondisi kakaknya untunglah kondisi Bila baik baik saja. setelah dokter itu pergi Dinda kembali melihat Bila dari jendela.


" ini pasti kerjaan anak sialan itu, lebih baik aku tidak punya anak seperti dia yang tega mencelakai kakaknya"  ucap sang papa. Dinda tertegun dia tau siapa maksud papa nya. setega itukah papanya menuduh dirinya. sebenci itukah orang tuanya sampai tega menganggap dia yang mencelakai kakanya. Dinda meremas dadanya yang begitu sakit. Dia memilih pergi dari tempat itu.


Dinda berjalan lemas air mata nya mengalir hatinya begitu sakit. mengapa takdir begitu kejam padanya. takdir apa yang tuhan rencanakan untuknya. Belum cukupkah  selama 13 tahun dia merasakan ini, belum puaskah takdir mempermainkan hati nya kenapa tuhan tidak mencabut saja nyawa nya sunggu dia tidak tahan dengan semua ini. seberapa banyak air mata yang harus dia keluarkan?, seberapa dalam rasa sakit yang harus dia rasakan? Kapan semua akan berakhir?

The lost HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang