Di sebuah rooftop cafe, bermandikan cahaya alami rembulan dan sebagian dari cahaya lampu bermodel lampion yang digantung seperti malam festival, tiga pria yang masih mengenakan pakaian kerja berkumpul dengan raut serius.
Tiga cangkir kopi baru saja disajikan di meja. Si pelayan yang merasakan ketegangan melingkupi meja itu segera minggat tanpa suara. Seolah-olah ada bisikan halus datang di telinga si pelayan yang mengingatkannya untuk menjauhi tiga tamu yang sekarang duduk berhadap-hadapan dengan aura siap menerkam.
Tiga tamu yang menunjukkan ekspresi serius dan mencekam itu tidak lain dan tidak bukan adalah Uchiha Sasuke, Uzumaki Naruto, dan bersama bintang utama yang siap membuat Naruto bisa berubah menjadi rubah ekor sembilan saking emosinya--Shimura Sai. Iya, Sai si kekasih Ino terpaksa datang ke hadapan dua sekawan yang sekarang menatapnya penuh permusuhan.
Tidak perlu menanyakan 'kenapa?' untuk tau penyebab mata Naruto yang menyorotnya tajam. Jawabannya sudah jelas bersumber dari keterlibatan seorang wanita bersurai merah muda yang mungkin sudah ongkang-ongkang kaki di Suna sana.
"Aku tidak akan berbasa-basi, Sai. Katakan padaku sekarang juga..., apa yang Sasuke katakan adalah kebenaran? Mengenai Sakura-chan...,"
Tangan Naruto bergetar di atas meja. Akan lebih baik bila getaran itu muncul karena lapar yang tidak tertahan, sayangnya--getaran itu adalah emosi memuncak yang sudah tidak bisa ditekan.
Sai menegapkan gestur duduknya sebelum memberikan jawaban.
"Aku tidak bisa meralat apa pun Naruto."
"Jadi maksudmu itu benar?"
Sai mengangguk kecil.
Sapphire di mata Naruto kehilangan cahaya. Ia membatu terluka.
Sedikit saja--sedikit saja malam ini, Naruto berharap ucapan Sasuke adalah lelucon. Tapi ucapan Sai mengonfirmasi kebenaran itu. Bahwa--Sakura, sahabatnya, saudaranya..., menderita sementara ia tidak mengetahui apa-apa.
"Bagaimana bisa--ah!" Naruto sejenak kehilangan suaranya. Seolah ada pisau tersangkut di kerongkongannya, bernapas dan bersuara sangat sulit untuknya. Naruto mengatur napas. Ia panas.
Ketika ia berhasil menenangkan diri, barulah ia bersuara kembali.
"Bagaimana bisa aku tidak tau masalah ini sama sekali? Kenapa kau tidak pernah menceritakan masalah ini padaku?""Aku ingin menanyakan hal yang sama," sambung Sasuke. "Melihat pertemuanmu dengan Sakura waktu itu, sepertinya situasi itu bukan pertama kalinya bagimu. Kalau kau memang tau sejak lama, mengapa kau tidak mengatakan apa-apa?"
Sai ditekan dari dua arah.
"Sakura-san memintaku merahasiakan ini dari kalian, karena itu--"
"Aaah! Jadi kau menurutinya?" Naruto mau berdiri dan bertepuk tangan. Loyalitas Sai membuat darahnya mendidih layaknya lahar panas. "Serius, ya, Sai. Oh, ya ampun! Aku--aku tidak percaya padamu sama sekali. Luar biasa, menakjubkan, demi Tuhan!"
"Naruto?" Sasuke memperingatkan.
"Jangan menahanku, Sasuke. Aku sangat marah sekarang." Naruto menepis tangan Sasuke dari pundaknya dan menggebrak meja. Tubuh tegapnya condong ke arah Sai dengan mata sapphire yang berkilau seperti ujung pedang.
"Sakura adalah temanku, Sai, keluargaku. Kalau kau tidak tau, aku tumbuh bersamanya, berbagi oksigen yang sama sejak kami masih belum bisa menapak dengan dua kaki kami sendiri. Sakura adalah saudaraku, aku sudah mengatakan ini setiap kali aku menanyakan kabar Sakura pada Ino. Aku..., aku bukan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR SCENT (SASUSAKU)
FanficUchiha Sasuke tidak pernah menyesal terhadap keputusan yang sudah ia buat. Ia tidak pernah menangisi susu yang tumpah atau bahkan meratapi waktu yang sudah berlalu. Uchiha Sasuke tidak pernah menyesali apa pun sampai ia mencium aroma manis yang men...