[Champagne Problem : Sebuah masalah atau dilema yang, jika dibandingkan dengan masalah kemiskinan, bencana nasional dan perang, bukanlah sebuah masalah besar. Tetapi tetap memberikan seseorang masalah yang harus ditangani.]🌸🌸🌸
Kepala Sasuke berdengung ngilu. Baru beberapa jam yang lalu ia menatap bintang dengan senyum masam terukir di parasnya yang tampan, sekarang--malam bahkan belum berganti, tragedi menyapanya seperti hujan meteor yang menghantam bumi. Ia luluh lantak di lantai dengan jejak merah darah masih melekat di tangannya.
Tubuh Sasuke bergetar hebat.
Kendati ada banyak suara berisik orang-orang berlalu lalang di sekitarnya, ia tidak mendengarkan apa-apa selain hela napasnya sendiri. Ia terpaku di lorong ramai itu. Beberapa orang berusaha menarik kesadarannya, mencoba bertanya atau bahkan sekedar menenangkannya. Tapi upaya itu sia-sia. Sasuke hanya menunggu, berharap dengan seluruh jiwanya, agar pintu yang tertutup rapat itu terbuka--membawakan kabar baik untuknya.
Bahwa, Sakura akan baik-baik saja.
Keramaian yang mengatmosfir di sekitar Sasuke perlahan meredup saat Naruto, Sai dan Ino datang.
Dengan kendali yang ia miliki, Sai mengontrol media massa yang berusaha mencaritahu alasan mengapa Uchiha Sasuke berada di Suna? Mengapa pria yang digandrungi oleh sejuta manusia itu berada dalam kondisi kacau? Apa kaitannya dengan si wanita yang katanya merupakan korban kekerasan seksual?
Sasuke bisa saja mengusir mereka semua dalam sekali panggilan telepon, tapi dia tidak melakukannya. Dia terlalu syok saat menemukan panggilan dari Sasori..., iya, si keparat berkepala merah itu menghubunginya. Menangis meraung-raung meminta ia menyelamatkan Sakura.
Semua ini adalah salahnya sendiri!
Bagaimana mungkin ia mempercayai Sakura bersama bajingan tersebut!!! Bahkan bila Sakura meronta-ronta dan menolak keberadaannya, Sasuke seharusnya mengurung wanita itu jauh dari segala bahaya! Sejak pertama kali ia melihat gadis itu terluka, sejak saat itu ia seharusnya melakukan sesuatu yang lebih...
Ia seharusnya...
"Sasuke," panggilan Naruto menyela pikirannya. Si pirang kuning tersebut muncul dengan penampilan kusut. Tidak mengherankan. Dia pasti baru selesai bekerja ketika informasi tentang Sakura sampai ke telinganya.
"Minumlah." Naruto menyerahkan sebotol air mineral kepada Sasuke. Tapi, sama seperti reaksi Sasuke kepada orang-orang yang berusaha mengajaknya bicara--Sasuke hanya diam. Ia mengabaikan Naruto sementara isi kepalanya kembali mengulang-ulang kejadian ketika ia mendekap Sakura di tangannya. Darah dari kepala gadis itu dan memar di wajahnya seperti mimpi buruk yang lagi-lagi membuat jantung Sasuke menjerit sakit.
Ino Yamanaka yang datang bersama Naruto dan Sai menangis di lorong sunyi itu. Suara isakannya ditemani suara Sai yang berusaha menenangkannya berpadu-padan di kesunyian.
"Apa yang sudah aku lakukan? Aku adalah teman yang tidak berguna, bagaimana bisa aku membiarkan situasi seperti ini terjadi pada Sakura?"
"Ini bukan salahmu, Ino. Tenanglah, Sakura akan baik-baik saja...,"
"Baik-baik saja? Apa kau dengar kata perawat yang membawanya di ambulan? Si bajingan Sasori itu memecahkan vas bunga di kepala Sakura, memukulnya dan..., dan..., Hanya tuhan yang tau apa saja yang sudah dia lakukan sebelum itu..., ba-bagaimana kalau Sakura tidak selamat?"
"Sai, di mana si bajingan keparat itu sekarang berada?" Naruto menyambung. Kendati mencemaskan Sakura, Naruto sangat terbakar oleh api amarah. Tangannya mengepal erat sementara mata birunya berkilat oleh murka yang tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR SCENT (SASUSAKU)
FanfictionUchiha Sasuke tidak pernah menyesal terhadap keputusan yang sudah ia buat. Ia tidak pernah menangisi susu yang tumpah atau bahkan meratapi waktu yang sudah berlalu. Uchiha Sasuke tidak pernah menyesali apa pun sampai ia mencium aroma manis yang men...