Memeluk Uchiha Sasuke bukanlah pengecualian bagi seorang Haruno Sakura. Mengesampingkan fakta kalau cowok bersurai raven itu adalah sosok yang pernah meremukkan hatinya dan berlalu seolah-olah dia adalah makhluk tanpa dosa, Sakura tidak menunjukkan kebencian sama sekali saat mata emerald jernihnya menemukan Sasuke dan Naruto berjalan menghampirinya di Akatsuki. Sakura memberikan pelukan ringan pada si Uzumaki yang menyengir dan beraroma seperti alkohol, lalu beralih pada Sasuke.
Sakura mendekap Sasuke seperti mendekap sahabat lama. Pria jangkung itu menelan ludah terpana saat aroma manis dari mandarin orange yang merupakan aroma favorite Sakura menyapa hidungnya. Ketika pelukan Sakura terlepas, kehampaan seketika menyapa. Sasuke membatu di sana dengan tubuh yang masih belum mampu bereaksi normal.
"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi, Sakura-chan." Naruto berucap penuh ketakjuban.
Tadi, saat kembali dari toilet, Naruto melihat ke arah pandang Sasuke dan menemukan Sakura di lantai dansa. Hanya dalam sekali lihat saja, si pirang kuning itu langsung heboh luar biasa. Naruto bergegas ingin menyapa Sakura. Sasuke yang juga ingin sekedar menyapa Sakura menuruti kemauan Naruto.
"Eh, kenapa, kenapa? Apa kau pikir aku tidak akan pernah menapakkan kakiku di Konoha lagi?" Sakura bicara dengan cengiran tipis bermain di wajahnya.
"Yah, bisa dibilang..., sedikit. Habisnya, sudah sepuluh tahunan ini aku tidak pernah melihatmu sama sekali. Jadi kupikir, 'ah, mungkin Sakura-chan sudah betah di Suna dan tidak mau kembali lagi ke Konoha' begitu?"
Sakura tertawa. "Aku sesekali mampir ke Konoha, kok. Tapi, mungkin karena timing-nya yang tidak pas, kita jadi tidak pernah bertemu."
"Eh, masa?"
"Iya. Aku bahkan bertemu dengan Ino dan datang ke acara reuni sekolah emm--aku lupa tahun berapa. Hehehehe." Rona tipis menghiasi wajah Sakura, indah seperti kelopak bunga. "Pokoknya aku sering kok main-main ke Konoha."
"Terus, kenapa kau tidak datang ke pernikahanku dan Hinata?" Naruto akhirnya bisa menyampaikan keluh-kesah lamanya. Wajah Naruto saat itu agak menekuk, kesal dan tersinggung.
"Oh, aku sibuk, Naruto. Maafkan aku. Saat itu aku masih pegawai magang di Sabaku Group, jadi aku tidak bisa mengambil cuti seenakku."
Sementara Sakura dan Naruto bertukar kata, mata gelap Sasuke bergulir ke arah tangan yang masih bertengger setia di pinggang Sakura. Tangan itu adalah milik pria yang sekarang berada di belakang Sakura--surai merah dengan mata yang menyorot mereka tidak suka.
Apa dia ada masalah? Sasuke bertanya-tanya.
"Sakura, kau terlalu asik, bukan?" Sebuah kecupan tiba-tiba mendarat di pipi Sakura, mengejutkan Sakura dan Naruto di saat bersamaan. "Jangan melupakanku," lanjutnya.
"..."
Naruto mengulum bibirnya menjadi satu garis tipis. Ia terlalu asik bicara sampai-sampai tidak menyadari keberadaan seorang pria yang kini mengintip ke arahnya dari tengkuk Sakura, mata caramel yang berbinar tajam menikam. Seolah-olah keberadaan Naruto adalah ancaman.
"Ah, Sasori. Jangan menakutkan teman-temanku."
Sakura seperti sudah terbiasa. Jemari lentiknya naik dan mengacak surai merah Sasori dengan lembut, mengabaikan fakta kalau sekarang Sasori mendekapnya sangat erat di perut dan membuat Sakura tidak nyaman.
"Mereka adalah teman masa kecilku," jelas Sakura.
"Oh, ha-hai. Aku Uzumaki Naruto. Maaf, sepertinya aku sudah tidak sopan, hahahaha. Karena bertemu dengan Sakura-chan, aku jadi melupakan sekitar dan asik bicara. Oh-oh, benar juga--" Naruto menarik Sasuke yang sedari tadi berada satu langkah di belakangnya. Naruto tidak mau menjadi korban pelototan Sasori sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR SCENT (SASUSAKU)
FanficUchiha Sasuke tidak pernah menyesal terhadap keputusan yang sudah ia buat. Ia tidak pernah menangisi susu yang tumpah atau bahkan meratapi waktu yang sudah berlalu. Uchiha Sasuke tidak pernah menyesali apa pun sampai ia mencium aroma manis yang men...