Aku Mengenal Dia!

7 1 0
                                    

POV Alexa

Berburu tempat tinggal ternyata tidak gampang, walau sangat menyenangkan!

Seharian penuh kami menelusuri kota London, tapi belum kunjung menemukan yang tepat. Kriteria apartemen yang kuinginkan untuk menjadi tempat tinggal sementara adalah dekat dengan Tower Bridge London.

Jana sempat menanyakan alasan di balik itu dan aku hanya menjawab sekenanya; pemandangan sungai adalah yang terbaik.

Hari pertama mengelilingi kota London, aku mulai mengenal situasi lalu lintas, pusat belanja yang sering dikunjungi oleh turis, dan toko penyedia makanan Indonesia. Semua sudah dalam jangkauan dan aku adalah pengingat yang baik.

Baseen tidak pulang malam ini. Jana mengajakku untuk menghabiskan sore hingga malam untuk nonton klasik teater dan makan di restoran Indonesia yang terkenal.

Sejauh ini kami menikmati 'girls day out' yang sudah lama tidak kami lakukan.

Hidup tanpa batasan dan aturan ternyata sudah lama tidak kurasakan. Ada sisi lain dalam diriku yang mengutuk Terry habis-habisan, karena telah merenggut semua yang kumiliki sebelumnya.

Aku kehilangan banyak teman, karena Terry menjejalkan semua gaya hidupnya ke dalam diriku. Manusia yang Terry kenalkan memang semua menguntungkan dalam hal berkarir sebagai penulis, tapi kebutuhanku bukan sekedar sukses saja. Kehidupan sosialisasi yang sebelumnya menjadi standarku harus lenyap dan tersingkir, tergantikan menjadi tolak ukur Terry.

Damn!

Tujuh tahun aku terjajah dan bersumpah tidak akan mengulangi masa-masa itu lagi!

[-]

Jana mengangsurkan gelas ramping yang berisi sampanye. Alexa tertawa dan menerimanya.

"Ini udah jam sepuluh, kita masih mau lanjut?" tanyanya dengan senyum.

Keduanya duduk di balkon dan menghadap suasana kota yang masih ramai, penuh hiasan lampu gemerlap.

"Kalo Baseen pulang, dia bakal ngelarang kita buat begadang. Itu manusia hidupnya teratur banget, in a good way."

Alexa meneguk minumannya sambil menatap Jana yang tampak bahagia setiap menceritakan tentang Baseen.

"Loe udah nyaman hidup sama dia, Na?"

"Banget. Biarpun ortu gue nggak setuju, karena perbedaan keyakinan, tapi sampe detik ini gue nggak nemuin hal jelek dari Baseen. Dia bukan lelaki picik yang nggak bisa menghargai wanita, seperti anggapan orang-orang tentang pria dari Timur Tengah. Baseen lahir dan besar di London, Lex. Pacar gue orang paling manusiawi dalam hal memperlakukan perempuan."

Alexa percaya itu. Baseen selalu bicara dengan intonasi tenang dan lemah lembut.

Dari caranya menatap Jana saja Alexa tahu, jika pria tersebut memuja sahabatnya seperti dewi Olimpus!

Udara mulai bertiup cukup kencang, seiring jarum jam berdetak menuju tengah malam. Jana pun mengajak masuk, begitu Alexa mulai menggigil kedinginan.

Mereka duduk di ruang tengah, Jana menyalakan televisi dan masih melanjutkan obrolan tentang pekerjaan yang ia lakukan.

Perhatian Alexa tiba-tiba teralihkan saat tayangan di layar kaca menampilkan sosok yang sepertinya tidak asing tersebut!

"Si-siapa dia, Na?" tanya Alexa tidak lagi mendengarkan perkataan Jana lagi.

Jana menoleh ke televisi dan tersenyum. "Pewaris kerajaan bisnis Evanstar. Namanya Aeron, dia salah satu bachelor yang diperebutkan di kota ini."

Winter to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang