Denting Gitar dan Salju Pertama

3 0 0
                                    

Alexa mengulurkan tangan untuk distempel dan masuk bersama Oli. Dari jauh Iko melambaikan tangan, sementara melayani tamu yang membludak malam itu.

Jam baru menunjukkan pukul delapan, tapi suasana kafe mulai hiruk pikuk.

Band yang memainkan live music dengan koleksi lagu-lagu dari tanah air mengalun dengan indah. Alexa sudah merasakan kerinduan ketika lagu yang mengiringi masa remajanya dimainkan.

'Ternyata nggak sepenuhnya aku benci Indonesia,' ucapnya dalam hati.

"Bisa juga Levi nyanyi lagu itu!" cetus Oli kagum.

"Dia cuman belajar seminggu!" timpal Iko. Alexa menatap vokalis yang memiliki wajah khas Indonesia. Jarang sekali ada pria bertampang Indonesia yang tampan.

Dengan penampilan ala rocker, Levi sangat menawan dan menghipnotis kaum hawa yang menjerit histeris, ketika suara seraknya melengking.

Lagu Slank yang berjudul Terlalu Manis membuai pengunjung ke masa-masa indah di Indonesia dulu. Meski Alexa lahir setelah era lagu itu berlalu jauh, tapi siapa pun setuju jika karya dari musisi grup Slank mampu membuat setiap lagu mereka melegenda.

Alexa terhanyut dalam kenangannya bersama Terry yang kini membuatnya mengeluarkan sumpah serapah. Jika saja Terry tetap jadi boyband manisnya, Alexa tidak akan menempuh ribuan kilometer untuk menghindar.

Seandainya saja Terry masih lelaki yang membuat Alexa tergila-gila dengan kecuekan dan pengertian luar biasanya dulu, maka mustahil Aeron berhasil menariknya hingga nekat untuk berkelana ke negeri Elizabeth.

"Slankers?"

Pertanyaan itu membuat Alexa tersentak dan menoleh. Alih-alih melihat Oli, Alexa justru menemukan Aeron. Pria itu berdiri dengan kedua tangan dalam saku. Surjan khas Jogja yang belang-belang ternyata jadi menarik saat dipadu jaket hitam yang Aeron kenakan.

"Kind of ...," sahut Alexa dengan kikuk.

Entah kenapa setiap bertemu, walau sudah mengenal cukup dekat, Alexa tetap saja gugup untuk memulai pembicaraan.

"Kebayamu bagus," puji Aeron kemudian. Alexa tersenyum jengah dan tertawa untuk menutupi.

"Surjanmu juga keren, untuk pria Manado bule yang matanya hijau."

Aeron tertawa. Bahkan kulit Aeron sedikit pun tidak mencerminkan jika dia adalah lelaki dari tanah ibu pertiwi. Satu-satunya cara mengenali Aeron adalah warga 62 jika dia sedang berbicara.

"Sudah minum? Aku baru mau pesen ...."

Belum sempat Aeron selesai, Oli muncul dan mengajak Alexa untuk mengenalkan dengan Levi.

"Ta-tapi ...."

"Nggak apa-apa. Lain kali," tukas Aeron pengertian.

Alexa berlalu sembari digeret Oli. Ketika bertemu Levi, pria itu seperti tercengang dan menjabat tangan Alexa dengan kikuk.

"Lev, Alexa juga bisa maen gitar dan suaranya bagus banget!" seru Oli. Alexa membuka mulut tidak percaya. Dia akhirnya sadar jika tanpa memberitahu pun, Oli tahu semua tentang dirinya.

"Standar dan nggak bagus-bagus amat, jangan berlebihan," tangkis Alexa.

"Mungkin perlu dicoba?" ajak Levi.

"Ak-aku ...." Alexa menatap Levi serba salah, sementara Oli terus mendukungnya.

"Ayolah ...," pinta Levi. "Sebagai awal pertemanan kita."

Alexa mati kutu, terlebih lagi anggota band yang lain ikut mendesaknya. Tidak ada pilihan, selain naik ke atas panggung. Dari jauh Alexa melihat Aeron yang menatapnya sementara meneguk minuman.

Winter to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang