11. CEMBURU?

185 42 27
                                    

Tepat setelah guru mata pelajaran terakhir hari itu keluar dari X-IPS-1, Kalani memanggul ranselnya yang terlihat berat dan penuh. Ambar yang sedang memasukkan buku-buku ke dalam tasnya, melirik sejenak temannya yang dia juluki 'Bu Pejabat' tersebut.

"Itu tas perasaan isinya penuh terus," komentarnya.

"Namanya aja banyak yang kudu dibawa," jawab Kalani seraya memperbaiki letak ranselnya. "Aku duluan ya, Rek.*)"

"Dah, Lani." Reva melambaikan tangan saat Kalani bergegas meninggalkan kelas.

Koridor penuh oleh para siswa yang hendak menuju ruang klub untuk kegiatan ekstrakurikuler. Kalani berpapasan dengan Rara yang lokasi kelasnya berada di gedung yang sama. Berdua, mereka menuju ruang OSIS sambil mendiskusikan program Sekbid 6 untuk mendukung Pekan Seni.

"Kalani!" Sebuah panggilan membuat kedua cewek seangkatan tersebut menoleh.

"Eh, Kak Ibas," sapa Kalani saat melihat orang yang memanggilnya. Tampak Baskara mengangkat sebelah tanganya untuk menyapa. Sementara tangan yang lain memegang tali ransel di punggungnya.

"Aku duluan ya, Lan," pamit Rara sebelum memelesat pergi tanpa menunggu jawaban Kalani.

"Rara kayaknya buru-buru?" tanya Baskara saat tiba di sebelah Kalani.

"Iya, Kak. Katanya harus ketemu sama Justin buat obrolin ide kami," jelas Kalani. "Kak Ibas mau ke OSIS?"

"Iya. Kamu mau ke sana juga?" tanya Baskara yang dijawab anggukan oleh Kalani. "Ya udah. Bareng, yuk."

Dahi Kalani mengernyit halus. "Gimana, Kak?"

"Bareng ke ruang OSIS," jawab Baskara.

"Bareng maksudnya–?"

"Kita berdua. Berangkat ke sana bareng." Baskara menjawab cepat sambil menunjuk dirinya dan Kalani.

Sejenak Kalani mencerna ucapan Baskara. Dia mengira sedang salah dengar. Namun telinganya jelas-jelas menangkap ajakan Baskara untuk bersama-sama ke ruang OSIS. Melihat Kalani yang seperti sedang berpikir, Baskara berdecak pelan. Diambilnya tangan Kalani dan menarik cewek tersebut.

Sudah pasti Kalani terkejut dengan tindakan seniornya tersebut. Sudah mengajak ke ruang OSIS bersama, ditambah tangannya tiba-tiba digandeng. Apa Baskara tidak memikirkan jantung Kalani yang lemah dengan tindakan seperti ini?

"K-Kak Ibas," panggil Kalani gugup saat berjalan bersisian dengan Baskara.

"Apa?" Baskara menoleh dan sedikit menunduk pada Kalani yang hanya setinggi bahunya.

"Tangannya ...."

"Cuma digandeng, kok. Biar kamu nggak ketinggalan," ucap Baskara sambil memamerkan senyum berlesung pipinya.

Cuma digandeng?! Kalani berteriak dalam hati. Cumanya Kak Ibas bikin jantungku nggak biasa, Kak.

"Ng ... Kakak nggak apa-apa?"

"Emang kenapa?" Baskara menoleh kembali pada Kalani.

"Uhm ... nanti dilihat Kak Mika," cicit Kalani. Sejujurnya dia senang saja Baskara menggandeng tangannya seperti ini. Namun di satu sisi Kalani sadar, tidak ada cewek yang rela lihat cowoknya gandeng cewek lain sembarangan.

"Nggak apa-apa," jawab Baskara seolah tanpa beban.

Kalani hanya melongo mendengar jawaban seniornya tersebut. Apa cowok ini baik-baik saja? Apa dia tidak ingat jika sudah memiliki pacar? Dan apakah dia tidak memikirkan perasaan pacarnya?

"Tapi, Kak. Kak Mika kan pacar–"

"Ibas!" Sebuah suara lantang memutus ucapan Kalani. Cewek tersebut segera menarik tangannya dari genggaman Baskara yang menatap heran.

ADMIRER (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang