Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Pekan Seni SMA Sarasvati diselenggarakan dengan tema 'Futurethnic'. Menggabungkan unsur modern dan tradisional. Lokasi penyelenggaraan kental dengan nuansa etnik dan modern mulai dari dekorasi hingga kostum pengisi acara.
Pagi-pagi sekali semua anggota OSIS dan kru tambahan sudah berkumpul di sekolah. Mereka mengenakan kaus bermotif tenun dan celana denim sebagai seragam resmi panitia. Setelah briefing singkat dan doa bersama, para panitia melakukan tos dan membubarkan diri.
Karena posisinya saat mengikuti briefing, Kalani menjadi yang terakhir keluar dari aula. Namun, belum juga melangkah, seseorang sudah menarik tangannya. Kalani terkejut saat tubuhnya menabrak dada bidang seseorang.
"Kak Baskara?" ucap Kalani saat melihat sosok yang menariknya.
"Aku mau ngomong sama kamu," jawab Baskara.
Kalani terlihat tegang. Pertama karena Baskara memegang erat sebelah tangannya. Kedua karena Baskara memeluk pinggang Kalani, dan ketiga karena posisi mereka saat ini membuat jantung Kalani bisa berhenti kapan saja.
"Kalau jangan kayak gini posisinya bisa nggak, Kak?" panik Kalani.
"Aku nggak masalah."
"Tapi aku yang masalah," tukas Kalani. Kedua remaja tersebut kini saling menatap. Kemudian Kalani melanjutkan ucapannya, "Kak Baskara udah punya pacar. Nggak boleh kayak gini."
Baskara tertegun menatap adik kelasnya. "Kenapa kamu anggap begitu?"
Kalani menghela napas pelan. dia ingin melepaskan diri. Demi Tuhan, dipeluk seperti ini oleh cowok yang kita sukai adalah impian yang menjadi nyata. Namun Kalani tahu, dia tidak seharusnya seperti ini dengan Baskara.
"Kak Ibas 'kan sudah punya Kak Mika," ucap Kalani pelan. Kemudian memberanikan diri menatap cowok di hadapannya. "Jangan sampai Kak Mika salah paham gara-gara lihat kita kayak gini. Jadi, bisa tolong lepasin?"
"Apa kamu juga percaya kalau aku sama Mikayla?" tanya Baskara dengan mimik datarnya.
Kalani tersenyum tipis dan sendu. "Ya tentu aja. Semua orang membicarakan kalian. Ke mana-mana, kalian selalu berdua. Bahkan ... Kakak juga ... mesra sama Kak Mika."
Ya Tuhan. Rasanya Kalani begitu berat saat mengatakan hal itu. Apalagi dia mengingat saat melihat kedekatan Baskara dan Mikayla di ruang klub futsal satu minggu yang lalu.
"Nggak usah peduli sama aku lagi, Kak," lanjut Kalani. "Aku berterima kasih atas perhatian Kakak. Tapi ... aku nggak mau, ada kesalahpahaman gara-gara Kakak baik sama aku."
Baskara dan Kalani kembali saling bertukar pandang. Entah mengapa, pandangan Baskara terlihat sendu. Genggaman tangannya perlahan mengendur, diikuti pelukan di pinggang Kalani. Kemudian disusul tubuh mereka yang kembali berjarak.
"Gimana kalau ... apa yang kamu pikir itu, nggak bener?" tanya Baskara.
"Kayaknya nggak," ujar Kalani. "Aku percaya yang aku lihat. Jadi, sudah pasti itu yang terjadi."
Kalani masih menatap Baskara selama beberapa saat sebelum menjauhkan tubuhnya. "Aku duluan, Kak. Jangan telat. Kakak ikut bantu Sie. Dokumentasi, 'kan? Kakak harus selalu stand by di lokasi," pesan Kalani sebelum beranjak dan menjauh dari sana.
Kalani menghela napas beberapa kali sambil berjalan menuju lokasi Pekan Seni. Dia meyakinkan diri bahwa apa yang dia lakukan adalah yang terbaik. Sejak awal memang dia tak perlu mengharapkan Baskara. Bahkan tak boleh menyimpan lama perasaan kagumnya yang telah berubah menjadi suka bahkan cinta.
Segera saja semua orang tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Panitia yang mondar-mandir dengan HT yang saling bersahutan satu sama lain, langkah tergesa, hingga akhirnya Kalani mengabaikan semua itu, dan memutuskan untuk menjalani tugas-tugas yang dilimpahkan kepada diri dan kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADMIRER (SELESAI)
Teen FictionSejak menjadi murid di SMA Sarasvati, Kalani sudah mengagumi Baskara, kakak kelas satu tingkat di atasnya. Rasa kagumnya bertambah bahkan berubah menjadi suka saat Baskara menolong Kalani yang terpeleset di tangga sekolah. Sayangnya Baskara sedang...