"AKKHHHHH!!!!!"
Terdengar suara jeritan khas seorang Jack menahan kesakitan. Tangan dan kakinya terikat rantaian besi yang cukup berat. Ia mengerang kesakitan karena kedua telapak tangannya tengah dipaku oleh pamannya Steve.
Tak henti-hentinya Jack meringis serta mengumpat mendapatkan rasa sakit yang luar biasa dari tancapan benda tajam itu, ayunan kencang palu berkarat menambah kepahitan sakit yang dialami Jack. Beberapa detik Steve berhenti untuk mengambil 1 buah paku, Jack tertawa ditengah tangisnya.
"AHAHAHAHAAHAAH!!!"
Jack dihukum oleh keluarga karena perbuatannya yang tidak senonoh didalam rumah. Bagi keluarga Hammel adab sopan santun dan kehormatan lah yang menjadi ujung tertinggi dalam bermartabat.
Robert memberi perintah kepada beberapa anggota keluarga untuk 'Mengajari' serta 'Menyadarkan' mereka yang melakukan pelanggaran.
Secara garis besar Lilly juga terlibat dengan kejadian ini, maka dari itu ia pun harus menerima hukumannya sendiri.
"Ahahahha! Sakit sekali Paman Steve!"
"Mmmphhh!! Hmmmhh!!" Dengus Steve sambil mengerjakan hobinya
"Ahhhhkkkk!!!!! Paman- Aahhhhh!!!!! AHAHAHAHA"
"Dasar gila, anak ini selalu saja membuat masalah" ucap Audrey dengan kipas andalan didepan wajahnya "Terlebih lagi kau, perempuan jalang!"
"Seharusnya kau malu!" Tambah Karen memanaskan keadaan "Tidakkah kau lihat betapa busuknya tingkahmu didepan keponakanku?! KALAU BEGITU HAMIL LAH AGAR AKU BISA PUAS MEMBUNUHMU!!!"
"Bibi Karen!"
Karen yang menatap sumber suara itu terdiam, dengan berani menampakan Nathan dibaliknya
"Sudah cukup, aku tidak ingin ada pertikaian lagi dirumah ini.."
"Beraninya kau memotong ucapakan ku!! AKU HANYA INGIN MENCAPAI IMPIANKU DENGAN MEMBUNUH BAYI-BAYI SIALAN ITU!!!"
"Tapi kau-"
"MUNAFIK" Cetus Karen membuat Nathan terkejut namun dengan sedikit tawa dibaliknya. Lilly menyadari perubahan emosi itu, namun ia dengan cepat jatuh tersungkur ke lantai karena pikirannya kalut.
"Ku harap kalian tidak menimbulkan keributan yang lebih dari ini.." Ucap Robbert tegas dan berlalu begitu saja
"Hellen, ambilkan aku besi diruang Steve"
"Baik Nyonya"
Lilly tersendak dengan wajah sembabnya, ia sama sekali tidak mengerti mengapa ia harus terjerumus kedalam masalah rumit yang memberatkan pikiran dan hatinya. Terlebih lagi Lilly adalah korban dalam kejadian ini, namun masi saja ada komentar buruk tentang dirinya.
Nathan memperhatikan Lilly, bibir mungil perempuan itu bergetar hebat, nafasnya seakan memburu, sekali lagi ia terjebak dalam keadaan pahit, Terlebih lagi luka baru yang akan selamanya membekas dalam kehormatannya.
Lilly menangis, ia tak dapat membendung air matanya.
"Mengapa ini terjadi.. apa salahku.."
"Kau tanya apa salah mu?"
Hellen kembali dengan sebuah besi panjang ditangannya, melihat itu Karen mengambilnya dan segera mengayunkan benda itu ke punggung Lilly.
"AHHHH!"
"RASAKAN INI!"
"TOLONG- AAHHHHK!"
"MATI KAU PEREMPUAN SIALAN!"
Lagi dan lagi, Karen memperkuat genggamannya hingga membuat Lilly semakin menderita.
Tangis dan teriakannya beradu satu, air mata dan keringat tubuhnya juga bercampuran hingga Lilly harus ambruk dalam hitungan menit.
Nafasnya terengah-engah menahan sakitnya luka yang diberi. Warna kulit disekitar punggungnya tak lagi sama, banyak lebam dengan sedikit darah mencuat keluar.
Karen masih ingin melanjutkan penyiksaannya namun Audrey berkehendak.
"Cukup Karen, dia bisa mati"
"Tapi aku masih-"
"Shhh shhh~ permainannya tidak akan seru jika pemainnya mati sebelum garis finish"
"Biadab!!!!!! Haaarghhhhh!!!" Teriak Karen histeris karena Audrey menghentikannya dalam sekali perintah "DASAR KALIAN SEMUA JALANG SIALANNN!!!!" umpatnya hingga berlalu.
Disamping itu, Lilly masih tergeletak lemah dihadapan mereka. Mata sembabnya melirik satu persatu anggota keluarga Hammel yang tersisa.
Audrey yang tersenyum puas, Jack yang meringis kesakitan lalu tertawa, Steve dengan dengusan kasar karena tidak bisa bicara, Hellen yang diam tanpa ekspresi, dan Nathan yang meneteskan air mata dengan senyum aneh dibibirnya.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take me Home [GORE 21+]
Mystery / Thriller"Siapa pun!!.. Tolong aku!!" isak seorang gadis yang berlari di dalam hutan dengan nafas memburu. Dinginnya malam menusuk kulit putihnya bertabrakan dengan langkah kaki yang tiada henti berlari. Gadis itu melarikan diri dari sebuah Mansion, yang kin...