"Sakit.."
Keluh Lilly di pagi hari sembari merasakan punggungnya yang sakit. Iris mata yang indah itu tak kunjung henti meneteskan air mata, baginya penyiksaan yang ia rasakan malam itu seperti siksa neraka.
Lilly kesulitan bergerak, berbagai macam pose tidur ia lakukan namun membuatnya semakin tersiksa. Alhasil Lilly bangun dari tidur dan duduk termenung di ranjang kasurnya.
Tok tok tok!
"Nona Lilly, Tuan Nathan ingin bertemu"
"...."
'Mengapa? Setelah berpura-pura seperti itu dia..."
Pintu kamar terbuka dan menampakan Nathan dibaliknya. Wajahnya terlihat sangat cemas bahkan sorot matanya jujur menatap Lilly.
'Terlihat sangat munafik'
Nathan bergegas kearah Lilly dan meraih tengkuk gadis itu.
"Lilly! Aku sangat mengkhawatirkanmu!"
"Ah.." Tatap Lilly dalam kearah Nathan hingga membuat jarak mereka semakin dekat "Begitu.. kah?.." Sambungnya karena ragu
"Melihatmu yang seperti ini sungguh membuatku sedih dan tersiksa!"
'Sedih dan tersiksa katamu?'
"Aku tak bisa berhenti menangis dengan penderitaanmu Lilly!"
'Tak berhenti menangis?'
"Lilly.. Aku benar-benar sangat menyayangkan dirimu yang terluka seperti ini.. Aku.. sangat-"
"Pembohong"
Nathan terdiam, lidahnya kelu untuk melanjutkan beberapa perkataannya. Lilly yang terlihat tegar tersenyum dengan air mata di pipinya, membuat Nathan sedikit terperangah.
"Kau seorang pembohong Nathan"
"Apa maksudmu?! Jelas-jelas aku-"
"Tersenyum?"
Lilly memotong perkataannya tepat sebelum Nathan menjelaskan kondisinya, dan di saat itu Nathan tak bisa menahan senyum di wajahnya. Seperti memiliki emosi yang tidak stabil.
"Di saat aku menangis, waktu itu kau malah tersenyum Nathan.. dan sekarang kau melakukannya lagi.."
Setelah mendengar Lilly mengatakan hal itu Nathan tersenyum lebar dengan pandangan aneh yang tak bisa diartikan.
Bulu kuduk Lilly berdiri, matanya melotot melihat perubahan emosi Nathan yang mengerikan. Pandangan mereka saling bertemu hingga membuat Lilly kalah dalam senyum Nathan yang aneh itu.
"Nathan.. kau.."
"Itu bukan aku- diam kau"
Lilly semakin terkejut melihat perlawanan emosi Nathan dalam sekejap, seperti dikendalikan orang lain.
"Si-siapa kau?!.. Apa yang kau lakukan?!"
"Ahaha.. dasar anak ini"
"???"
"Kau sangat bodoh Lilly.. benar-benar bodoh"
Lilly tercengang, membuatnya semakin takut akan segala hal yang ia hadapi sampai saat ini. Pikirannya benar-benar kalut ditambah melihat kepalsuan Nathan yang selama ini hangat terhadapnya.
Pria ini terkekeh remeh didepan Lilly, seperti berhasil menipu gadis ini secara beruntun. Lilly semakin memuncak, ketidaktahuannya membuat ia seketika marah dan melepaskannya begitu saja.
"Siapa kau sebenarnyaa?!!! Apa yang kau inginkann???!!!"
"Aku? Hahaha"
Nathan tertawa dengan ekspresi aneh yang belum pernah Lilly saksikan sebelumnya, wajah tampannya memancarkan aura negatif saat Lilly berusaha melawannya dengan kata-kata.
"Ah.. kau sangat lucu Lilly.."
"Kau pikir itu lucu?.. Kau pikir itu lelucon bagimu?!"
Lilly berderai air mata, ia tak bisa menahannya lagi. Perlahan ia terisak tangis sembari menahan rasa sakit di punggungnya karena tangisannya membuat beberapa organ tubuhnya terpaksa bergerak.
Nathan Tiba-tiba duduk disebelah Lilly lalu mengusap pipinya dengan lembut, senyum palsunya masih disana namun mata kanannya meneteskan air mata.
Plak!!
"Jangan sentuh aku!!!!" Teriak Lilly setelah berhasil menepis tangan Nathan dari wajahnya.
"Lilly.. percayalah.. aku-"
Krieett..
Pintu kamar kembali di bukakan Hellen hingga memperlihatkan Ashley tengah menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya. Nathan pun berhenti menunjukan simpatinya dan menantikan hal apa yang akan dilakukan adiknya.
"Sebenarnya sedari tadi aku menguping pembicaraan kalian, dan aku sedikit kesal kepadamu wahai pendatang baru"
"Apa?" Ucap Lilly dan Nathan bersamaan
"Umm hmm.. dan sekarang aku ingin menunjukan sesuatu!" Jawab Ashley riang "Hellen, segera siapkan yang tadi ku minta!" Sambungnya
"Baik Nona" Ucap Hellen undur diri
"Hihihi.. sekarang waktunya untuk membuatmu trauma!"
"?!"
Seketika Ashley menunjukan gambaran yang ia lukis dengan warna merah darah, gambar abstrak yang tidak jelas bentuk asalnya, warna kental yang membuat kertas gambar itu sedikit berlubang, dan juga tangan serta kuku Ashley penuh dengan bercak darah segar.
Tidak sampai dua detik Ashley menunjukan karyanya, Hellen datang membawa secarik tisu dengan sesuatu didalamnya.
"Siapa kalian sebenarnya?! Apa yang kalian inginkan?!!"
"Hihi.. Apa yang kita inginkan?" Tawa Ashley dengan Hellen yang memberikan sebuah potongan jari manusia kepada nona kecil itu "Ini jari kelingking Jack, ku gunakan untuk melukis dirimu saat kau dipukul dengan besi! Hahaha!"
"Hahhhhh... hahhhhh..." Seketika nafas Lilly tercekat hebat, seperti tercekik namun bisa bernafas.
"Kau bertanya apa yang kita inginkan?"
Ashley memegang penggalan jari kelingking Jack dan memainkannya di udara seperti meledek Lilly dengan puas
"AAAAAAAAAAHHHHHHHHHH!!!"
"Jeritan itu yang kita inginkan! Hahahaha!"
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take me Home [GORE 21+]
Mystery / Thriller"Siapa pun!!.. Tolong aku!!" isak seorang gadis yang berlari di dalam hutan dengan nafas memburu. Dinginnya malam menusuk kulit putihnya bertabrakan dengan langkah kaki yang tiada henti berlari. Gadis itu melarikan diri dari sebuah Mansion, yang kin...