2

10 7 10
                                    

Kondisi kantin sedang ramai-ramainya seperti sedang mengadakan konser. Teriakan para siswa siswi yang tidak sabaran karena lapar. Berdesak desakan berusaha mengambil posisi paling depan. Tapi tidak berlaku untuk seorang cowok bernama Gerling Alkantara Putra─siswa yang terkenal dengan kepintarannya serta sikapnya yang dingin kepada semua orang─terlihat santai memakan bekal yang ia bawa dengan headset selalu terpasang di telinganya.

Cowok itu memang sulit berinteraksi seperti siswa-siswi lain. Bagaimana mau bangun interaksi kalau dia lebih perduli kepada handophone dari pada sekitarnya?

Hanya satu orang yang sampai sekarang berusaha untuk mengajak seorang Batu banyak bicara. Aera. Cewek mungil, cantik, lembut yang jatuh hati kepada Gerling dari awal melakukan kegiatan MPLS. Dia merasa Gerling berbeda dari cowok pada umumnya yang hobi tebar pesona padahal nggak ada apa apanya.

"Gerling!" sapa Aera girang menepuk pundak Gerling.

Tidak ada balasan dari mulutnya, hanya menoleh sebentar lalu kembali fokus pada handphone. Simpulkan saja benda pipih itu adalah segalanya dalam hidup Gerling.

Aera menarik kursi dan mendudukkan dirinya di sana. Masih terus menatap Gerling dihadapannya dengan terus mengembangkan senyuman, Aera tipikal orang yang usil. Seperti sekarang dia melepaskan kabel headset yang terpasang di handphone Gerling. Mendapat perlakukan seperti itu bukannya marah, Gerling lebih memilih membawa kotak bekalnya dan pergi dari sana.

Aera mengamati punggung Gerling yang mulai menjauh dengan posisi menyanggah dagu, "Aku bakal tetap kejar kamu, Gerling" gumamnya.

<><><><><><>

Bagi Syeila Perpustakaan adalah tempat yang wajib dia datangi pada jam istirahat. Di buku catatan pengujung, nama Syeila tidak pernah absen pokoknya. Perpustakaan juga sering dimanfaatkan siswa-siswi lain untuk membolos atau sekedar numpang tidur. Jika ditanya guru penjaga mereka akan memberikan alasan "di kelas nggak ada gurunya Bu, lagi jamkos" .

Awalnya Syeila bukan tipe anak penggemar buku. Tertarik untuk membaca saja tidak ada. Tugas sekolah selalu menyontek kepada Astri atau melihat melalui internet. Tapi sekarang berbeda, Syeila menjadi lebih tertarik dengan sesuatu berbau buku ataupun belajar. Buktinya Syeila mendapat peringkat ke-5 di semester kemarin, sebelumnya 10 besar pun susah ia capai. Lebih tepatnya tidak peduli jika tidak masuk 10 besar di Kelas. Itu semua didapat karena kerja kerasnya, ternyata dia tidak sia-sia.

Syeila merubah hidupnya demi masa depan dan ingin terbiasa hidup mandiri tanpa bantuan orang lain. Bukan semata-mata ingin mandiri saja. Kondisi Rumah yang tidak sama seperti tahun-tahun lalu juga membuatnya kesepian di Rumah. Untuk mengatasi rasa kesepian itu Syeila suka menghabiskan waktu dengan buku-bukunya, entah pelajaran atau semacam novel dan nongkrong sebentar di cafe agar tidak suntuk dengan terus mengingat kepahitan dalam keluarganya.

Hari ini ia berniat membaca novel, Syeila melangkah sembari mencari rekomendasi judul buku dari handphone-nya yang akan ia baca. Terlalu fokus dengan judul buku, Syeila menyenggol bahu kekar seseorang mengakibatkan kotak bekal orang tersebut jatuh.

"Maaf ya tadi jalannya nggak lihat" ucap Syeila mengambil dan menyodorkan kotak bekal milik Gerling yang terjatuh. Orang itu Gerling.

Gerling melangkah pergi setelah mengambil alih kotak bekalnya. "Marah kali ya? Mana orangnya dingin lagi. Lo ceroboh banget sih, Sye" Syeila membuang napas ringan. Ternyata apa yang dikatakan Astri─teman sebangkunya─tentang Gerling itu memang benar adanya. Buktinya tidak ada respon sama sekali yang keluar dari cowok itu. Manusia seperti tembok berjalan.

AM.PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang