Part 20

1.5K 147 13
                                    

         Betrand baru saja tiba di depan sekolahnya dengan motor kesayangannya. Dia menatap gerbang yang menjulang di hadapannya. Rasanya, dia enggan untuk masuk ke sekolah hari ini. Pikirannya sedang kacau, hatinya juga berkecamuk tidak karuan. Akan percuma, jika ia memaksa dirinya untuk bersekolah hari ini. Bisa-bisa dia tidak akan berkonsentrasi selama pelajaran berlangsung.

Akhirnya, Betrand pun kembali menyalakan mesin motornya dan berbelok meninggalkan area sekolahnya. Ia sudah memutuskan untuk membolos hari ini dan mencoba mencari tempat untuk menenangkan dirinya.

Tak lama berselang, sebuah mobil berwarna hitam baru saja berhenti tepat di depan gerbang SMA Unggul Bangsa. Seorang gadis cantik keluar dari dalam mobil tersebut. Setelah berpamitan dengan papi dan adiknya, gadis itu berjalan menuju gerbang. Namun, sebelumnya ia sempat berhenti sejenak untuk melihat ke suatu arah.

"Mau kemana dia?" batin gadis itu saat melihat motor yang tidak asing baginya, mulai menjauh dari area sekolahan.

"Ah tau deh" monolog gadis itu dan bergegas menuju kelasnya.

Saat gadis itu tiba di koridor sekolah yang menghubungkan antar kelas dan ruangan yang lain, tiba-tiba ada seseorang yang berlari ke arahnya dan menepuk pundaknya cukup kencang.

"Woy, Neth!" panggil orang itu.

"Astaga, Zar! Itu tangan kalo gak dipake nabok sehari bakalan jadi kudisan ya kayaknya" sindir Anneth, sedangkan yang disindir hanya cengengesan tidak jelas.

"Eh tunggu!" Zara menyadari sesuatu dan sibuk celingak-celinguk, seperti mencari seseorang. Lalu, Zara berbalik menatap Anneth kembali dengan tatapan bingung.

"Kok lu lewat depan? Bukannya parkiran di belakang? Jarak parkiran ke kelas juga lebih deket, ngapain lu effort banget sampe muterin sekolah dan lewat depan gini? Gabut apa gimana?"

"Dih, emang gue ngapain harus sampe ke parkiran segala?" Anneth membalikkan pertanyaan Zara dan semakin membuat Zara kebingungan.

"Lah? Bukannya lu bareng sama Betrand? Ya emang udah seharusnya lu lewat sana kan? Apa Betrand nurunin lu di gerbang? Wah macem-macem tu bocah, berani-beraninya nurunin sahabat gue di gerbang. Ketemu gue gibeng tuh" Zara melipat lengan seragamnya dan bersikap sok-sokan menantang Betrand.

"Eh...sstt! Itu mulut bisa diem gak? Pagi-pagi udah nyerocos mulu kek beo" Anneth menyentil pelan mulu Zara.

"Lagian gue hari ini dianter bokap gue" ujar Anneth santai.

Ia tidak sadar, bahwa pernyataannya barusan akan mengundang kehebohan. Anneth sepertinya lupa, siapa yang sedang berbicara dengannya saat ini.

"WHAT?!! LU DI ANTER BOKAP LU?!" teriak Zara dan dengan sigap Anneth langsung membekap mulutnya agar tidak semakin menjadi-jadi, karena mereka sekarang sudah menjadi pusat perhatian banyak orang karena teriakan Zara barusan.

"Berisik banget sih! Pelanin suara lu! Ini masih pagi, jangan bikin orang badmood ya?!"

"Ya maap" Anneth hanya berdehem.

"Eh tapi tumben lu dianter bokap. Kenapa gak sama Betrand?" Anneth diam, tidak mau menanggapi pertanyaan Zara.

"Hmm...bener kan kata gue kemarin, lu pasti ada masalah kan sama Betrand? Hayo...ngaku lu!" Zara menatapnya penuh selidik.

"Apa sih?" sewot Anneth. Anneth melangkahkan kakinya dengan cepat, meninggalkan Zara di belakang.

"Ye...jangan marah-marah mulu bu! Nanti cepet tua!" teriak Zara sembari berlari mengejar Anneth.

***

Seorang laki-laki baru saja tiba di sebuah taman kosong tanpa pengunjung. Hanya ada dirinya seorang di sini. Dia duduk di tepi danau dan menatap hamparan air di depannya. Tidak. Kali ini dia tidak ingin menenggelamkan dirinya seperti beberapa waktu lalu. Ia hanya ingin mencari ketenangan di sini. Dia mengambil beberapa batu kerikil yang berserakan di sekitarnya dan melemparkannya ke danau.

LaGata [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang