Setelah selesai parkir motornya di tempat parkir, Jay memainkan kunci motornya berjalan ke pintu utama itu terhenti tepat dengar suara tawa memenuhi ruangan itu, dia sangat kenal suara itu, sang ayahnya. Apa terjadi? Sudah lama dia tidak mendengar suara tawa itu setelah kepergian sang ibu.
Jay mendorong pintu utama perlahan, mengintip dari balik pintu utama, dia melihat sang ayah tertawa bersama perempuan dan wanita menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah. Jay mengeraskan rahangnya, menekan setiap giginya, dan mendorong pintu utama dengan kasar.
"Apa maksudmu dari semua ini? Mereka siapa?" Jay tidak peduli lagi status pria di depannya sebagai ayahnya. Dia benci jika ada wanita lain bisa mengubah ayahnya kecuali sang ibu. Tapi mereka seenaknya masuk ke dalam rumah tanpa izin dirinya? Huh, persetan.
"Nak, mereka adalah keluarga baru kamu. Ayo kenalkan dirimu pada keluarga barumu," ucap sang ayah begitu semangat.
Jay bisa lihat betapa bahagianya sang ayah kini, tidak pernahkah beritahu padanya terlebih dahulu. Jay berdecak, buang muka dan naik ke lantai atas. "Aku tidak mahu ada keluarga mahu! Walau papa tetap bersikeras untuk menikah dengan dia, aku tidak akan pernah menganggap mereka sebagai keluargaku! Tidak akan pernah!"
"Jay, jaga omongan kamu!" Sang ayah membalas teriakannya. Sementara dua sesama jenis itu saling lempar tatapan bersalah.
Pria itu berbalik tubuh, tersenyum pada dua sosok itu memandang wajahnya, "tidak usah terlalu memikirkan kata-katanya, dia cuma bercanda."
"Aku tidak bercanda dengan kalimatku, pa!"
Pria itu mengeraskan rahangnya, dia memutar kepalanya, lihat Jay menuruni tangga dalam tergesa sambil memakai helm, dan Jay pandang sang ayah, "aku mahu keluar."
"Tidak perlu keluar, duduk di rumah saja."
Jay berdecak, mencari sepatunya, "aku tidak akan duduk di rumah jika ada orang asing di dalamnya." Jay segera bangkit usai selesai memakai sepatunya. Dia mengerling memerhatikan anak gadis itu menggenggam tangannya gugup.
"Sampai kapan pun, aku tetap tidak terima orang-" Wajah Jay paling samping akibat tamparan keras dari sang ayah yang terpaku di sana.
"Jay, papa-" Jay berdecak, keluar dari rumahnya. Rumah sempat dikira surga ternyata bukan lagi surganya. Setelah kepergian sang ibunya, ayahnya berubah, sering keluar malam hanya meminum alkohol dan pulang dengan keadaan mabuk.
Besoknya juga begitu dan seterusnya sampai hari ini dia tidak melakukan itu setelah menemukan sosok yang tepat di sampingnya.
"Sialan, berengsek," begitu umpatan keluar dari mulutnya setelah melajukan kecepatan motornya hingga lelaki itu hampir membunuh seseorang saat itu juga.
;
Baju, piring dan gelas hancur berantakan di lantai juga bekas air tumpah di sana menyebabkan terjadinya seseorang tersungkur di sana. Wajahnya kacau, air matanya menetes, bibirnya penuh luka serta gemetar; berusaha untuk menahan tangisnya.
"Sialan, kau sama sekali tidak pernah menghasilkan duit sedikitpun! Anak sialan! Lebih baik kamu jual tubuhmu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik!"
Perempuan itu mengigit bibir bawahnya, berusaha duduk akan tetapi pria berstatus sebagai kepala keluarga menjambak rambutnya kasar membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Hari ini, aku tidak mahu dengar alasan lagi! Aku mahu setelah aku pulang, aku ingin melihat hasil duit yang kamu dapat! Jika sedikit, kamu akibatnya!"
Pria itu mendorong kepalanya juga menjadi sebab kepala Adena terbentur di dinding, perempuan itu menangis rumahnya berantakan tidak pernah susun rapi jika sang ayah datang dengan keadaan mabuk-mabukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Street Florist • Park Jongseong ✓
FanfictionHanya pertemuan biasa antara Adena dan Jay. - STREET FLORIST Karya theonives © 2O21