Aku mendapatkan informasi tentang keberadaan Gang Jae di kedai gukbap langgananku. Aku mendatangi kedai itu seorang diri. Dia tidak ada di sana, hanya beberapa ada orang pria yang sesekali curi-curi pandang ke arahku.
Ahjumma pemilik kedai menyambutku dengan ramah dan menyajikan semangkuk sup. Kuberikan ia selembar uang untuk menyuruhnya membeli sesuatu. Dia sudah tahu apa yang harus ia lakukan.
Pintu kedai ditutup.
Salah satu pria yang menatapku tadi terbang dari kursinya dan menabrak meja hingga terguling. Aku yang melemparnya. Pria yang lainnya kuhajar sampai babak belur.
"Di mana Gang Jae?"
Mereka hanya menjawabku dengan erangan, maka aku memperburuk luka di tubuh mereka hingga mereka mengerang lebih kencang.
Ponselku bergetar. Aku mendapatkan sebuah pesan. Lebih tepatnya sebuah foto.
Foto Jiwoo yang sedang terikat di dalam sebuah mobil rongsokan.
~~~
Aku tak pernah takut pada apapun, pada malaikat maut sekalipun. Tetapi melihat Jiwoo yang diculik, tiba-tiba aku merasa takut. Aku merasa seluruh duniaku menghitam. Aku tak bisa memikirkan apapun selain bergegas untuk menyelamatkannya.
Do Gang Jae sialan! Seharusnya dulu aku membunuhnya daripada membuat wajahnya cacat. Pertama Tae Ju, sekarang Jiwoo. Aku tak akan membiarkannya mati dengan tenang jika terjadi sesuatu terhadap Jiwoo!
Aku mengebut menuju tempat pembuangan mobil rongsokan, lokasi yang dikirimkan oleh Gang Jae. Mesin penghancur mobil terlihat sedang bekerja menghancurkan sebuah mobil. Kuinjak pedal gas dalam-dalam menuju mesin itu.
BRAKKKK...
Kutabrakkan mobilku ke mesin itu yang membuatnya berhenti bergerak turun. Aku segera keluar dari mobil untuk mengeluarkan Jiwoo dari sana. Namun gadis tangguh itu sudah berhasil keluar sendiri. Ada banyak luka dan bercak darah di tubuh dan wajahnya, itu membuat hatiku serasa teriris-iris. Sedikit saja aku terlambat, ia pasti sudah menjadi satu dengan rongsokan mobil.
Ia menoleh kepadaku dan tampak terkejut. Mungkin ia tak menyangka aku akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Blue (My Name FF)✔
FanfictionEntah memang mencintainya sebagai wanita, maupun sebagai anak buah kesayangan, atau bahkan menganggapnya seperti adik atau anak kandung sendiri, apapun itu, Choi Mujin menyayangi Jiwoo. Rasa sayang yang tak seharusnya tumbuh.