The Truth Beneath (angst end ver.)

124 5 3
                                    

Khusus chapter ini akan menggunakan sudut pandang orang ketiga (author pov)

Sekali lagi bagi yang suka happy ending, stop sampai di chapter sebelumnya aja dan skip chapter ini. Kalau penasaran dan masih ngotot mau baca, jangan nyesel dan ngereog setelah baca endingnya ya😁

Pecinta angst mari merapat 😉

.
.
.

Sudah hampir setengah tahun pelarian Choi Mujin dan Yoon Jiwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir setengah tahun pelarian Choi Mujin dan Yoon Jiwoo. Hari-hari mereka lalui dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Apalagi setelah Jiwoo menghadiahkan sebuah benda semacam termometer dengan dua garis merah di tengahnya.

"Apa ini? Termometer? Kau demam?"

Jiwoo terbahak, "apa kau tidak pernah melihat benda ini?"

Choi Mujin menggeleng.

"Alat tes kehamilan."

Choi Mujin membelalak menatap Jiwoo, lalu melirik ke arah perut ratanya, dan kembali menatap wajahnya.

"Kau..???"

Jiwoo mengangguk.

Choi Mujin mengatupkan mulut ternganganya dengan tangannya.

"Wow... daebak! Kupikir aku sudah terlalu tua untuk menghasilkan seorang anak."

"Kerja bagus, ahjussi."

"YAAA! Kenapa ahjussi? Aegi Appa!" Ralat Choi Mujin.

"Ne, ne, Aegi Appa..."

Choi Mujin memeluk Jiwoo, menghujaninya dengan ciuman.

"Ayo kita menikah."

"Apa?" Jiwoo terkejut.

"Ayo menikah dan membesarkan anak ini bersama," Choi Mujin mengusap perut Jiwoo.

"Sekarang?"

"Hm... minggu depan? Secepatnya."

"Kita akan kembali ke Korea?"

"Tidak harus dilakukan di Korea. Kita akan membuat pesta kecil di halaman. Atau kalau kau mau kita pergi ke salah satu kuil di sini untuk meminta biksu memberkati kita. Untuk pendaftaran pernikahan, aku akan menyuruh Sekertaris Kang mengurusnya."

Jiwoo tampak tidak antusias mendengar lamaran ini.

"Kenapa? Kau tidak mau menikah denganku?"

"Bukan begitu... aku tidak kepikiran untuk menikah apalagi di situasi seperti ini. Kupikir hidup bersamamu sampai ajal menjemput saja sudah cukup."

Choi Mujin tertegun sejenak, kemudian menggenggam kedua tangan Jiwoo.

"Maafkan aku, yang menciptakan situasi rumit ini..."

"Jangan berpikir begitu. Aku sendiri juga setuju untuk bergabung dalam kerumitan ini."

Deep Blue (My Name FF)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang