~Taetae15~

1.4K 136 19
                                    

Yuhu,mianhe kemaren sempet digantung wkkwk.
Pada kaget gk tuh dikasih konflik hebat:v



Oke seperti biasa,Jan lupa Vote coment and follow ea.




























































  Seuntai kata yg berputar dalam otak tak mampu dikeluarkan, seolah-olah satu huruf pun enggan keluar tertahan dalam rongga dada beserta dengan nafas yg tercekat,tertekan rasa yg sulit untuk diluapkan hanya ada seutas bulir bening yg mengalir bagai air terjun bebas dari kelopak mata yg memerah samar.







  Jari yg saling bertaut sarat akan betapa ia mengharapkan doa terbaik yg tengah ia panjatkan tanpa dawaian,ditemani hingar bingar isi hati yg meluap-luap mendidih tertahan kabut hitam.




Jimin, seorang pemuda berusia kepala dua itu hanya mampu terdiam membisu dengan air mata yg mengalir dikedua pipinya,menangis melupakan bahwa dirinya adalah seorang pemimpin seorang yg harus menjadi panutan kenyataan yg tengah ia hadapi meruntuhkan semuanya tak mampu ia bendung sedikitpun.






Terduduk sepi sembari menunggu waktu yg seakan berjalan lama,emosinya bertabrakan kacau balau meriuk-riuk berisik mengelilingi seluruh tubuhnya yg seolah tak mampu menahan.




"Tuhan selamatkan putraku"



  Satu kata yg ia lontarkan dalam hati,berbisik lirih pada sang pencipta agar mendengar doa kecil yg ia harapkan sedari tadi,heningnya telinga seolah seperti sapaan Tuhan yg belum memberikan jawaban pasti.





Tak lama, kesunyian itu berubah sedikit berisik dengan suara sepatu menggema berlari disepanjang ruang panjang yg seolah terasa jauh untuk dijangkau.






"Hyungg"

Jimin mendongkak menatap ke arah suara yg terdengar bergetar,ia dapat melihat wajah yg selalu manis menyebalkan itu kacau dengan ekspresi kecewa dan khawatir menjadi satu mata bulat dengan iris hitam sekelam malam itu memerah dengan lelehan air mata bening yg setia menjuntai jatuh.






"Hiks Ottokhae?, bagaimana dengan taetae hiks apa dia baik-baik saja?"




  Pertanyaan bertubi-tubi ia terima dari sang penghujung darahnya, Jungkook bungsu kesayangannya si kecil yg kini mulai beranjak dewasa dengan wajah manis nan masih terlihat menggemaskan namun terlihat redup dengan dawaian getar seolah semakin meruntuhkan perasaan.



"Kita berdoa saja ne,semoga taeby baik-baik saja, gwenchana"

"Uljima kookiee,air matamu semakin menyakitiku"



Lantas tangan kokoh itu meraih tubuh yg lebih muda merengkuhnya erat menyalurkan rasa tenang rasa pelindung seperti pada perannya sebagai seorang kakak, mendekap tubuh yg sedikit bergetar itu menyembunyikan wajah sang adik menuju leher jenjangnya, membiarkan si bungsu menangis disana menumpahkan segala rasa yg tengah menghantam jiwanya.









Sementara yg lain,hanya mampu diam membisu, perasaan dan pikiran mereka sama,hanya saja mereka lebih dewasa perlu mendahulukan kesabaran daripada Egoisme yg seolah menghantam kewarasan.










Acara sendu itu teralihkan,pada pintu yg terbuka menampilkan satu orang dokter dan dua perawat lainnya.Membuat jungkook dan Jimin melepaskan pelukan lalu menghampiri sang dokter dengan pertanyaan bertubi-tubi.





My Familly TaetaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang