Kini Boboiboy, Yaya, Ying, dan Gopal sedang dalam perjalanan menuju rumah Fang, sementara Kaizo hendak pergi ke suatu tempat.
"Untuk apa kau mengajak kami menemui Fang?" tanya Yaya.
"Sebenarnya aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan hubungan Fang dan Kapten Kaizo. Aku perhatikan belakangan ini kapten Kaizo semakin dekat dengan ku, tapi justru Fang malah menjauhi ku." jawab Boboiboy.
"Aku takut Fang kenapa-napa, jadi aku ingin setidaknya membuatnya tersenyum, dan aku butuh bantuan kalian untuk mengembalikan semangatnya." Boboiboy mengetuk pintu, mereka sudah tiba didepan rumah Fang.
"Fang, kau di dalam?" tidak ada jawaban.
"Mungkin dia sedang tidur." ucap Ying.
"Hmmm..." Boboiboy mendorong pintunya perlahan, ternyata tidak dikunci. Mereka pun masuk, memperhatikan sekeliling dan..
"FANG!" mereka melihat Fang terkapar di dekat tangga dengan kepala yang mengeluarkan darah yang sedikit menggenang di lantai.
Mereka pun segera membawa Fang ke rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan pun Boboiboy sempat menghubungi Kapten Kaizo tapi tidak diangkat, jadi dia mengirimkan pesan saja.
----Skip time-----
"Dokter, Bagaimana keadaan nya?" tanya Boboiboy ketika melihat doker keluar dari ruangan I.C.U
"Lukanya tidak terlalu parah, tapi dia kehilangan lumayan banyak darah di bagian kepalanya, dan luka-luka di tubuhnya akan butuh waktu lama untuk bisa pulih." ujar sang dokter.
"Luka ditubuh?" gumam Boboiboy.
"Baiklah kalau begitu, saya izin pergi dulu."
"Terimakasih, dokter."
"Kapten.. dimana kau? Fang membutuhkan mu..." batin Boboiboy yang gelisah.
Sudah lima jam menunggu, hari pun sudah mulai larut, sekarang hanya tinggal Boboiboy saja yang setia menunggu Fang bangun, atau setidaknya sampai Kapten Kaizo datang, tapi.. entahlah.
"Seburuk itukah lukanya sampai kalian harus menghubungi ku untuk ini?"
"Kapten Kaizo!" Boboiboy sedikit tersenyum lega.
"Eemm.. maksud ku.. kakak." Boboiboy memperbaiki ucapannya.
"Kenapa kau masih di sini, Boboiboy? Ini sudah malam, Tok Aba dan Ochobot pasti sedang menunggu mu." ujar Kaizo dengan nada yang bisa dibilang lembut (?).
"Tapi.. saya tidak bisa meninggalkan Fang, dia masih belum sadar."
"Kau tidak perlu khawatirkan itu, biar aku saja yang mengurus Pang. Kau pulanglah, hati-hati di jalan." Kaizo membuka pintu ruang ICU.
"B- baik, kakak." balas Boboiboy, dan Kaizo pun masuk ke ruang Fang yang sedang tidur.
"Sampai kapan ini akan berlanjut?" batin Boboiboy, ia merasa kasihan pada Fang, dia harus menahan semua kesakitan yang diberikan oleh kakaknya. Boboiboy tau itu, kakaknya pasti menghukum Fang dengan kejam, tapi perkiraan Boboiboy tidak sekejam ini. Apakah ini masih disebut sebagai hukuman? Sepertinya tidak, ini lebih mirip seperti siksaan.
Boboiboy tidak ingin Kapten Kaizo menyadari kalau ia masih di sana, jadi Boboiboy pun pergi meninggalkan rumah sakit dan mempercayakan Fang pada kakaknya. Walau sebenarnya itu bukan ide yang bagus.
•
•
•Kaizo yang sedang berdiri di samping ranjang Fang menyilangkan tangannya.
"Kau sudah bangun?" tanya Kaizo dengan santai ketika melihat jari telunjuk Fang bergerak sedikit.
"Ka.. kak?" ucap Fang dengan lemah. Kaizo hanya diam dan memutar bola mata malas.
"Kakak.. bagaimana aku bisa di sini?" Kaizo hanya diam ketika ditanyai.
"Apa kakak yang membawa ku kemari?"
"Bukan."
Fang hanya tersenyum kecut, ia tau seharusnya ia tak menanyakan hal konyol itu, sudah pasti teman-temannya yang membawanya ke sini, mana mungkin seorang Kapten berwibawa mau menghantarkan bocah sepertinya.
"Tunggu!" cegat Fang ketika melihat Kakaknya hendak pergi.
"Kakak mau ke mana?"
"Pulang." singkat Kaizo.
"Aku juga ingin pulang, aargghh.." Fang mencoba berdiri tapi kepalanya terasa berat.
"Kak, tolong bantu aku berdiri." pinta Fang.
"Ck! Dasar manja!" umpat Kaizo.
Kaizo mengambil sebuah kursi roda di ruangan itu dan membantu Fang duduk di kursi tersebut, meskipun dengan cara yang tidak lembut. Kaizo mendorong kursi roda Fang hingga keluar rumah sakit.
"Kak, aku sudah baik-baik saja, aku rasa aku bisa berdiri sekarang." Fang mulai berdiri dan Kaizo menyingkirkan kursi roda ke tepi pintu masuk.
-------
Sesampainya di rumah, Kaizo tidak lagi membantu Fang berjalan karena Fang sendiri yang memintanya. Saat akan menaiki tangga, Kaizo melihat ada tumpahan cairan merah yang mengotori lantai mengkilapnya.
"Apa ini?! Cepat bersihkan! Aku tidak ingin melihat rumah ini kotor sedikitpun. Semuanya harus bersih!" suruhnya.
"Tapi kak—" Fang tidak melanjutkan ucapannya karena kakaknya sudah masuk ke dalam kamar. Sekarang Fang harus membersihkan lantai dari darahnya sendiri. Ia mengambil sebuah kain pel dan mulai membersihkan nya.
Tidak terasa 1 jam Fang bersih-bersih. Ia sekalian membereskan satu rumah, lagipula ia memang cinta kebersihan dan kerapian.
Fang merasa sangat lelah, baru saja keluar dari rumah sakit tapi sudah disuruh bersih-bersih. Ia memilih untuk istirahat di kamarnya. Namun sebelum ia merebahkan diri di kasur empuknya, ia teringat sesuatu.
Fang menuju ke meja belajarnya. Ia membuka laci meja dan mengambil sebuah foto yang terselip diantara buku-buku sekolahnya.
"Ayah, ibu, kapan aku bisa bertemu kalian? Hiks.. Aku merasa tidak diperlukan lagi di sini. Kakak sudah tidak peduli padaku, dia.. hiks.. lebih menyayangi Boboiboy." gumam Fang sambil menatap foto keluarga nya yang masih lengkap dan bahagia. Andai saja dahulu tak ada Bora Ra yang menyerang keluarga mereka, pasti saat ini ia sedang bahagia bersama kakak dan orangtuanya.
"Kalau aku bertemu kalian sekarang pun sepertinya tidak apa-apa. Kakak juga tidak mungkin akan mencari ku 'kan?"
BERSAMBUNG...
No.. Haruskah seperti itu, Fang? 🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Butiran Debu [KaiFang Fanfiction]
Cerita PendekDebu. Apalah arti debu bagi manusia. Hanya sebuah materi yang menyusahkan dan tak berguna. Dan aku mulai merasa.. aku diketepikan, seperti debu. ----✧✧✧---- "Huh, Kau menangis? Memang dasar LEMAH!!" Apakah kuasa dapat mengukur kasih sayang seseorang...