04

254 43 11
                                    

(4)

Setelah solat jumat di sekolahnya Ares kini berjalan tidak tentu, bahkan berjalan berlawanan dari arah pulang. Kembali ke masa lalu artinya Ares kembali kesepian, Ibu dan Ayahnya selalu sibuk bekerja dan Athe yang memasuki usia dewasa akan sibuk dengan dunianya. Keluarganya tidak sehangat keluarga orang lain bahkan dia tidak terlalu dekat dengan orang tuanya.

Ares punya beberapa teman sebut saja Chandra, Januar, Bintang, Cello, dan Dion tapi mereka tidak sedekat itu juga.

Lamunan Ares buyar ketika merasakan sesuatu menyentuh kakinya, begitu menunduk Ares menemukan botol kecap berukuran besar yang masih penuh dan bersegel, lelaki itu berniat mengambilnya sebelum suara seorang wanita membuatnya terkejut setengah mati.

Dia, wanita yang menyayangi Ares lebih dari ibu kandungnya sendiri.

Dia, wanita yang membuat Ares merasakan kasih sayang seorang ibu.

Dia, ibu mertuanya.

Dia, ibunya Lily yang meninggal di tahun 2017. Tapi sekarang dia hidup di tahun 2002 yang artinya Ibu Ros masih hidup.

Air mata Ares hampir jatuh karena senang, terharu, juga sedih melihat ibu mertuanya dengan senyum lebarnya yang khas.

"Maaf ya nak, ini saya abis belanja tapi kreseknya malah sobek jadi pada jatuh." Katanya dengan lembut membuat Ares sadar dari keterkejutannya.

"Ah iya gakpapa, tante." Ares lalu membantu Ibu Ros dengan mengambil beberapa bumbu dapur yang dipegangnya dengan kewalahan. Ares langsung memutar otak bagaimana cara menghabiskan waktu lebih lama dengan ibu mertuanya ini.

"Hm, rumah tante masih jauh?" Tanya Ares masih dengan membantu mengambil bungkusan garam dan gula yang masih berserakan.

"Lumayan, ah iya kamu namanya siapa?" Masih dengan seramah biasanya Ros bertanya pada anak lelaki yang kalau diperhatikan umurnya pasti tidak jauh dari si sulung Lily eh baju seragamnya juga sama.

"Ares tante." Balas Ares sambil tersenyum, ketika semua belanjaan Ros yang berserakan dijalan sudah di kumpulkan menjadi satu, Ares lantas membuka tas gendongnya yang memiliki cukup banyak ruang mengingat pelajaran di hari Jumat tidak sepadat hari lainnya. "Masukin ke tas saya aja ya tante, saya anterin sampai ke rumah."

Tawaran Ares itu tentu disambut baik Ros, "Hah? Aduh makasih banyak ya, jadi ngerepotin gini. Tapi emang rumah kamu dimana, kok gak pernah liat?"

"Di FN tante, ini saya lagi jalan-jalan aja soalnya di rumah lagi gak ada siapa-siapa."

Obrolan mereka terus berlanjut sembari berjalan, Ibu Ros juga gak lupa mention tentang Lily yang bersekolah di tempat yang sama dengan Ares.

"Iya tante, saya tau, Lily dari kelas bahasa." Hanya itu yang bisa Ares katakan tentang Lily dihadapan ibu gadis itu.

"Lily itu mukanya memang kayak judes tapi aslinya dia baik dan penyayang nak Ares. Dia juga kadang bisa sangat manja, bahkan lebih lebih manja dari adiknya." Senyum Ros mengembang lebih lebar begitu menceritakan Lily.

Ares jadi ikut tersenyum juga, ia ingat Ros juga pernah membanggakan dirinya dulu dengan ekspresi yang sama seperti saat ini.

Ros sangat menyanyangi Ares sama seperti menyayangi anak kandungnya.

Lalu sebuah ingatan disaat terakhir Ros menyeruak, wanita senja itu meminta Ares menjaga Lily dan mencintai anak perempuannya sampai ujung hayat, meminta Ares untuk terus disamping Lily jika pada akhirnya Ros harus pergi untuk selamanya.

Sesuatu mengahantam hatinya dengan sangat telak, Ares malah menyakiti Lily membuat anak dari wanita yang memperlakukannya dengan baik itu sampai merasa  menyesal telah bertamu dengannya dan menginginkan takdir berubah, untuk tidak lagi bersamanya.

Tidak terasa mereka sampai di depan rumah, belum sampai Ros menggapai pintu benda tersebut lebih dulu dibuka dari dalam oleh Lily yang kini sudah terlihat santai dengan pakaian rumahannya.

"Ibu habis dari mana? Aku kaget pulang sekolah gak ada siapa-siapa." Lily berucap dengan cepat dan memeluk ibunya erat, bahkan dia tidak sadar ada Ares yang menatapnya sejak tadi.

"Cuma belanja ke warung depan, kenapa sih kamu akhir-akhir ini manjanya jadi berlipat-lipat?" Kekeh Ros sambil membalas pelukan putrinya, lalu melirik Ares yang masih memperhatikan Lily.

"Lihat kan nak Ares? Tante gak bohong kalau Lily ini manja sekali sama Ibunya." Goda Ros yang disambut dengan anggukan dan senyuman Ares.

Lily pun akhirnya sadar ada orang lain selain ibunya dan langsung terkejut begitu menemukan Ares berdiri di samping sang ibu, masih dengan seragam sekolahnya.

Sejak pertengkaran mereka terakhir kali, keduanya sama-sama sibuk saling menghindar jadi menemukan Ares di rumahnya apalagi bersama ibu membuat gadis itu heran.

"Udah ah, Ibu mau pipis dulu. Nak Ares jangan pulang dulu ya ikut makan siang disini, tante gak terima penolakan loh. Lily ajak Ares ke masuk terus nanti keluarin belanjaan ibu di tasnya." Kemudian ibu benar-benar masuk dan meninggalkan Ares dan Lily di teras.

"Ngapain?" Tanya Lily tidak ramah, Ares menelan ludahnya gugup.

"Tadi kresek belanjaan ibu jebol dan gak sengaja ketemu aku, jadi aku nawarin buat bantu." Ares menjelaskan dengan cepat membuat Lily hanya mengangguk.

"Yaudah ayo mas-"

"Li, kamu tau kan aku sayang dan menghormati ibu bahkan lebih dari ibuku sendiri. Jadi boleh ya aku sering-sering nemuin ibu disini, aku juga kangen banget."

Ucapan Ares membuat mata Lily berkaca-kaca, Lily tau bahwa kepergian ibu di tahun 2017 itu tidak hanya membuat hidup Lily hancur tapi Ares juga merasakan hal sama.

"Terserah." Balas Lily pendek.

Keduanya diam beberapa saat untuk menghilangkan sesak lalu masuk rumah mendengar ibu memanggil keduanya.

.

How?

BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang