Banyak dari mereka mundur dan ada juga yang pingsan. Tapi seakan tau yang Ku maksud, beberapa diantaranya masih bertahan. Tidak, mereka memaksakan diri untuk tetap sadar walau dengan nafas terengah-engah termasuk orang yang sedang menyembuhkan Arafi.
Diriku melewati mereka yang masih bertahan tapi ketika aku mendekat, mereka jatuh pingsan. Pria full armor yang daritadi dibelakangku berlari dan mengangkat pedangnya. Dirinya tiba-tiba terbanting dengan keras menimbulkan retakan ditanah. Aku mengabaikan dan berjalan kembali ke Arafi.
Ada sebuah anak panah melesat menggores pipi kananku, aku menoleh arah anak panah itu dilesatkan. Disana ada seorang yang membawa sebuah busur dengan posisi telungkup.
「Seperti yang diharapkan dari rank 1 dikelasnya, dalam posisi dan situasi apapun selalu mengenai sasarannya. Nah, karena kau menyerangku maka Ku bolehkan menyerangmu balik kan?」 aku menyeringai.
Dia terlempar terbang melewati atas kepala Ryuugami dan Alice dan lubang yang dibuat Arafi lalu akhirnya menabrak dinding rumah dipenghujungnya. Lalu aku menembakkan bebatuan yang ada disekelilingku kearahnya dan menimbulkan ledakan dan hancurnya rumah itu.
「Mine!!」 Pria full armor sebelumnya berteriak melihat temannya terlempar dan mencoba menolongnya.
「ohh... menolong teman dan menjaga satu sama lain, untuk seorang manusia diri kau patut dipuji. Tapi itu tindakan sembrono membelakangi musuhmu」
Dia terbanting sekali lagi, dia mencoba melawan dan aku menambahkan tekanan padanya sampai armor yang dipakainya pecah dan dia memuntahkan darah.
「Ku akui vitalitas yang dimiliku dirimu cukup membuat diriku terkesan」
Aku meneruskan jalan ke Arafi. Sesampainya disana aku disambut oleh Saint, Asakura, teman masa kecilku dan juga Arafi yang sudah siuman tapi masih belum bisa bergerak. Asakura mengambil satu dagger milik Arafi dan menghadapiku. Dia mengangkat dagger itu dengan tangan bergetar dan kaki yang tidak terkontrol. Aku diam menatap wajah dan bentuk tubuhnya yang masih kuingat sampai sekarang dibalut dengan pakaian Seorang Saint.
「humu... seperti yang ku duga. Pakaian itu terlihat cocok denganmu」
Dia bereaksi sedikit dari perkataanku tiba-tiba. Tangan dan kaki yang tadinya tidak terkontol sekarang kembali tenang. Selanjutnya dia berlari dan mendorong daggernya, aku hanya menghindarinya. Lalu dia terus mengayunkan dagger itu dengan sia-sia.
「bisakah dirimu hentikan ini?」
Asakura masih mengayunkan dagger secara acak sedangkan Ku terus menghindar dan tetap dalam keadaan yang sama selama beberapa menit. Ini sudah terlalu lama dan mungkin Arafi sudah siuman jadi mari hentikan ini!
Ku menangkap dagger Asakura dan menghentikan pergerakannya, bergerak kebelakang dirinya dan membuatnya pingsan. Sebelum benar-benar jatuh, ku tangkap dia dan kutidurkan dia ditempat terdekat.
Ku lanjutkan jalanku, kali ini tidak ada halangan jadi ku sampai ketempat Arafi dengan cepat. Dirinya terlihat berantakan dengan luka yang walaupun sudah tertutup tapi masih terlihat disekujur tubuhnya.
Arafi menyadari kehadiranku, dia mencoba menggapai dagger yang ada didekatnya. Dirinya terluka cukup parah dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Ku menginjak tangan yang ingin menggapai dagger dan mengangkat tatapannya kehadapanku.
「Keras kepala seperti biasa, ya? Seorang assassin maju ke garis depan dan menantang duel dengan seseorang yang mana punya title Demon Queen dan Last Boss dari semua player di seluruh dunia. Ku tak tau harus memberimu kata pujian atau umpatan」
「Ku menyadari dua hal sejak bertemu kalian. Class dan job kalian adalah sama dengan yang kalian miliki dalam game itu. Ku tidak tau skill yang kalian miliki sekarang tapi, kalian—selemah ini kah? Harapanku sirna ketika kalian mengatakan tak ada yang menyeimbangiku tapi, pada kenyataannya ada dua orang player yang kalau mereka melawanku bersama, mereka bisa mengikuti setengah levelku. Dan apa-apaan pernyataan "diriku tidak pernah kalah war" walau kalian menghancurkan wilayahku」
Ku sedikit menekan kalimat terakhir.
「Yang kedua adalah, dirimu yang benar-benar tidak memberitahu sedikitpun informasi diriku, Arafi. Dirimu mencoba tidak melibatkan teman-teman menemuiku dan menyelesaikannya sendiri, tapi tindakanmu itu menjadikannya bumerang untuk teman-temanmu yang tak ingin dirimu libatkan」.
Aku memerlihatkan Arafi dimana teman-temannya tidak bergerak ditengah kota yang telah hancur. Kota yang sebelumnya tentram kini hanya tersisa puing-puing bangunan. Kios-kios dan toko-toko yang ada di distrik barat ini telah hancur dan tanpa dipikirkan lagi, juga ada korban didalamnya. Karena inilah, Arafi yang memiliki hati yang tak akan membiarkan orang lain terkena masalah, akan merasa hancur juga.
「Kami kembali, Yang Mulia」
Ku memalingkan pandangan ke belakang dan menemukan Devon dan bawahanku yang lain.
「oh, Devon! Kalian lebih cepat dari yang ku perkirakan, terima kasih!」
「Sudah seharusnya bawahan kembali dengan cepat disisi tuan-nya, Yang Muli—」
Devon menghentikan suaranya secara tiba-tiba.
「Ya-Yang Mulia, siapakah manusia yang anda bawa itu?」
Devon bertanya dengan kasar. Dia bertanya manusia yang kubawa dan saat ini ku mengangkat Arafi.
「Ahh, dia salah satu manusia panggilan」
「T-Tapi, aura itu—」
「Aku tau」
Ku melepas cengkraman dan membelakangi dirinya.
「Mari kembali. Ange! 」
「Sesuai yang anda perintah, Nona」
Ku memberikan perintah pada Ange, salah satu Four Heavenly King dan ArcAngel yang kupunya untuk membuka sihir ruang Gate untuk kembali ke kastil. Ku memerintahkan Devon kembali terlebih dahulu memimpin orang-orang yang dibawanya sebelumnya bersama yang lainnya. Setelah semua masuk giliranku masuk diikuti dengan Ange yang juga menutup Gate.
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN JUGA YA...
~XIU
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER: Though Friend's Friendly (ID)
Akcja「ORIGINAL STORY」 Pada tahun modern, terdapat alat bernama VR. Lambat laun peneliti mulai mengalihkan pandangannya pada VR dengan teori yang disebut Full-Dive. Dikatakan pada teori ini dengan adanya penemuan Full-Dive VR memungkinkan untuk bisa menci...