Chapter 14 : Last day

3.2K 339 26
                                    

Malam telah bangkit dari tidurnya, mendapatkan gilirannya untuk menghadiri langit di bumi bagian timur. Mencipta langit malam dengan banyaknya bintang yang menemani bulan yang kebetulan tengah berbentuk sabit yang cantik. Berbeda dengn suasana hiruk-pikuk ibukota yang ramai bahkan setelah malam hari menjelang, mansion mewah dengan halaman luas yang indah nanti memanjakan mata itu terlihat sunyi senyap seolah tak ada yang menghuni walau beberapa pelayan terlihat nampak di beberapa tempat.

Hanya mereka. Seolah eksistensi sosok yang ada dalam kamar, meringkuk mencoba menyamarkan diri itu samar terlihat, tak terasa keberadaannya walau ia sudah jelas lama tinggal disana. Gelap gulita menemani, selimut yang membungkus diri selayaknya  kepompong, mencoba melindungi diri dati pahitnya kenyataan yang menghampiri. Sengguk dari tangis itu sudah reda, tergantikan dengan tatapan kosong yang menjelajah kegelapan.

Yeowon Kim tidak tahu apa yang ia lakukan saat ini adalah tindakan yangwajar atau justru bodoh. Ia tidak ingin peduli, ia hanya ingin di pedulikan. Di perhatikan dari banyaknya rasa abai pada dirinya hanya karena status gender miliknya. Beta laki-laki itu membuka selimutnya, menyalakan lampu meja dan menatap cermin yang terpampang jelas di depan mata. Menatap diri yang lebih terlihat seperti mayat hidup, dengan kantung mata hitam yang menebal, wajah yang membengkak karena air mata. Menyedihkan.

Langkahnya gontai menuju kamar mandi, membasuh wajah dengan lemas karena tak ada satupun makanan yang masuk ke mulut walau beberapa pelayannya telah mengantarkan makanan. Mungkin onggokan nampan, piring, garpu, sendok dan makanan yang ada di atasnya sudah mendingin— atau mungkin busuk.

Ia tidak ingin menaruh peduli.

Kini langkah itu membawanya keluar kamar, matanya langsung disuguhkan pemandangan salah satu pelayan yang paling senior di mansion ini, tengah mengangkut makanan yang teronggok menyedihkan di depan pintu. Pelayan itu menoleh lalu cepat berdiri dari acara berjongkoknya, wanita paruh baya itu tersenyum teduh. Tatapannya seolah menembus sanubari Yeowon yang tengah terluka.

Seolah-olah dia tengah membaca perasaannya yang tengah tak karuan.

"Akhirnya anda keluar juga, tuan" ucapnya pelan dan tenang.



— : —




"Hari ini tanggal berapa, Bi?" Tanya Yeowon seraya menyuapkan nasi hangat ke mulutnya. Tatapannya masih belum bersemangat, tetapi pelayan senior yang ia sebut bibi itu masih dengn senantiasa mempertahankan senyum nya yang teduh.

"Hari ini tanggal 21 April, tuan" jawabnya tenang. Yeowon mengangguk lalu beranjak dari duduknya. Meninggalkan semangkuk nasi hangat dan beberapa lauk yang tersisa banyak. Ia hanya makan beberapa suap. Kekhawatiran ini sudah cukup menjadi alasan sang pelayan untuk melapor pada tuan rumahnya.

Sementara Yeowon, beta itu melangkahkan kakinya menuju halaman belakang, tempat kolam renang yang tengah di kuras. Terlihat sosok pria paruh baya yang biasa ia jumpai tengah sibuk menguras air.

"Tuan, anda mau memakai kolam?" Tanya nya sopan, namun hanya di respon dengan gelengan kaku dan dingin. Seolah-olah hanya ada tubuhnya disana, ditinggal jiwanya entah kemana.

Dengan pelan, kepala itu mengangguk, membuat si pelayan tersenyum lalu meninggalkan salh satu majikannya tersebut sendirian. Memberikan waktu. Bangkit dari duduknya diatas kursi santai, menatap kosong riak air yang tenang.

BRUSH

Ah, dingin yang menenangkan.









T R A P P E D











Keadaan kamar hotel itu gelap, hanya da seberkas cahaya matahari yang menelusup melalui celah gorden. Berantakan, selimut yang jatuh ke lantai, posisi bantal yang tidak jelas seperti apa ditemani seonggok tubuh yang terkulai lemas, beberapa bagian tubuhnya di hiasi memar merah keunguan, sengguk tangisnya masih terdengar jelas kala merasakan perih di bagian bawahnya. Ia yakin analnya lecet setelah di gempur habis-habisan oleh sang alpha.

TRAPPED || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang