4. Arkananta Marva Sarfaraz

1.2K 138 19
                                    

Maysa4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maysa
4. Arkananta Marva Sarfaraz

🌼

Athalla melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia baru saja sampai di kantor, belum sempat masuk ke ruangannya, sang mama menelepon dan mengatakan bahwa Nazra akan dibawa ke rumah sakit untuk segera melahirkan.

Ini waktunya. Athalla bahkan tidak peduli dengan suara klakson dari kendaraan lain yang ia lewati. Bahkan traffic light yang masih menyala merah ia lewati begitu saja tanpa peduli apapun lagi selain ingin cepat bertemu istri tercinta.

Sesampainya di rumah sakit, Athalla memarkirkan mobilnya lalu berlari seperti orang kesetanan ke arah ruang persalinan ya dikatakan mama Adila. Di sana sudah ada Adila, Maysa, ayah dan bunda Nazra.

"Assalamualaikum..." salam Athalla dengan napas yang memburu. Ia melirik sekilas ke arah Maysa yang ternyata sedang tidur dengan keadaan duduk dan memeluk bunda Tsana, sang nenek.

"Wa'alaikumsalam... Athalla! Cepat masuk! Nazra nungguin kamu!"

Setelah mendengar ucapan Adila. Laki-laki itu tidak pikir panjang untuk segera masuk ke ruangan di mana Nazra tengah mempertaruhkan hidup dan matinya.

Athalla hanya berharap, semoga dari sana nanti dalam hidupnya akan diberikan banyak kesempatan. Kesempatan untuk merawat bayi yang akan dilahirkan, kesempatan untuk bersama Nazra lebih lama, dan kesempatan untuk bahagia bersama keluarga kecilnya.

"Nazra, sayang. Bertahan. Kita berjuang sama-sama, ya?" gumam Athalla yang tengah dipasangkan baju steril oleh perawat di sana sembari menatap Nazra yang matanya setengah tertutup dan napas yang sedikit cepat.

"Pak Athalla, dipersilahkan mendampingi istrinya karena ibu Nazra sudah melewati pembukaan serviks ke-10, itu artinya persalinan akan segera dilakukan." Suara dokter dengan name tag yang tertulis Windy terdengar jelas di telinga Athalla.

Laki-laki dengan tubuh tegap itu berjalan menghampiri Nazra. Yang pertama ia lakukan adalah mengecup dahi istrinya begitu dalam dan penuh kasih. Seolah-olah lewat kecupan itu Athalla meminta Nazra untuk tetap kuat.

"Sayang, sudah siap?" tanya Athalla tepat di sebelah telinga Nazra, dan dijawab dengan anggukan kecil oleh perempuan itu, "Harus kuat, ya? Kalau sakit kamu boleh pegang aku sekuat yang kamu mau, kamu boleh tarik rambut aku sekencang apapun, oke? Kamu hebat sayang, istriku hebat. Kita berjuang sama-sama, ya? Bismillah." Rangkaian kata yang begitu manis Athalla bisikan pada Nazra.

Ia berusaha setenang mungkin agar Nazra juga merasakan ketenangan. Meski jauh di lubuk hatinya, Athalla ketakutan. Secara tiba-tiba dalam kepalanya berputar memorinya bersama Nazra di awal pernikahan, membuat Athalla meneteskan air matanya dalam sekejap. Athalla dapat merasakan bahwa rasa sayangnya untuk Nazra melebihi apapun. Melihat Nazra kesakitan, mengingatkan Athalla kepada dirinya empat tahun yang lalu. Demi apapun, Athalla tidak ingin kehilangan sosok Nazra dalam hidupnya.

MaysaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang