3. Controller

256 46 2
                                    

Sakura membuka matanya ketika mendengar bel berbunyi, menandakan Istirahat tiba untuk para Siswa. Dengan malas, Ia menggunakan siku nya untuk menyenggol pelan Perut Haku yang tampaknya terlalu nyenyak dalam tidurnya.

Genma dan Yamato telah terjaga sejak tadi. Mereka mengamati sekeliling dan melihat beberapa siswa bersiap ke kantin, ada yang membawa bento, masing-masing siswa mengurus semua urusan mereka sendiri. Baik Yamato dan Genma benar-benar tidak peduli dengan para siswa, tapi mereka tidak bisa tidak membayangkan seperti apa Pemimpin kecil dari Geng berbahaya ini mengatur dan mengontrol para siswa di sini seperti yang seharusnya. Jadi, bukankah mengamati beberapa karakter siswa akan menjadi poin tambahan?

Tidak perlu waktu lama, Laki-laki cantik itu segera membuka matanya. Menatap langsung warna zamrud di hadapannya.

"Tuhan memberkati mu, Baru bangun dan kau akan melihat pertunjukan lain." Gumam Sakura, menyeringai dalam hati melihat sosok kepala merah berkacamata yang berjalan ke meja mereka.

Mengernyitkan kening, Haku segera menegakkan kepalanya hanya untuk dikagetkan dengan gebrakan Karin di meja mereka.

"Dengar, Jalang baru. Apakah kau pikir dengan membawa dua pengawal dan menjadi sepupu Kakashi akan membuat mu terlihat mengintimidasi? Jangan berharap dariku. Aku adalah ratu di sekolah ini dan kau telah masuk ke dalam daerah otoriter ku jadi kau hanya sia-sia mencoba menakuti ku tentang cerita imajinasimu yang-"

Haku berdiri, memotong ucapan Karin yang belum terselesaikan. Baru saja Haku akan membalas ucapan Karin dengan kalimat yang tajam, Pegangan Sakura di pergelangan tangannya menghentikannya. Haku menoleh ke arah Sakura, yang justru memandang Karin dengan pandangan geli. Haku tau Sakura hanya menganggap Ancaman Karin sebagai omong kosong belaka, tapi Sulit bagi Haku untuk membiarkan orang lain mengancam Pemimpinnya.

Genma menyeringai, Mengunyah setengah badan tusuk gigi di dalam mulutnya. Ketertarikan menari-nari di mata coklatnya, Gadis berambut merah itu benar-benar mencoba bunuh diri, Begitu pikirnya.

Sedangkan Partnernya, Yamato. Bahunya sedikit tegang, Kewaspadaan meningkat dalam dirinya. Jika Si rambut merah kelewat batas, Sakura bisa ikut tersulut. Menerima omelan dari Ibiki tentang hari pertama Sekolah dan terjadi pembunuhan pertama setelah sekian lamanya gadis itu keluar adalah hal terakhir yang Yamato inginkan.

Dengan semakin eratnya pegangan Sakura, Haku kembali duduk di kursinya. Menopang wajah dengan kedua tangannya, Sakura memandang Karin yang tampak akan meledak.

"Ayo, lanjutkan Karin. Selesaikan apa yang ingin kau katakan." Kata Sakura.

Karin menatap tajam pada Sakura, "Pokoknya, Haruno. Jangan macam-macam pada ku dan Jauhi Sasuke-kun!"

Sakura mengira Karin akan langsung berbalik dan pergi setelah selesai dengan semua omong kosong itu, Tapi ternyata si kepala merah tampaknya menuntut respon atas ancaman yang tidak berarti yang baru saja dikatakan nya. Apa yang diinginkan si kepala merah? Berharap gertakan tidak berdampak nya akan membuatnya menggigil ketakutan dan bersujud meminta maaf? Atau menangis dengan minta ampun? Yah, Jika itu mau Karin, Sakura akan memberikan nya dengan senang hati.

Dengan respon terlambat, Sakura menutup mulutnya dengan ekspresi kaget serta takut yang dibuat-buat sebelum menundukkan kepalanya.

"Astaga, Maafkan atas perlakuan kurang ajar ku tadi pagi, Yang Mulia Karin. Sungguh, Aku benar-benar menyesalinya." Katanya, masih dengan menundukkan kepala disertai kedua tangan yang digenggam untuk meyakinkan bentuk pengampunan palsunya.

Haku bersumpah bahwa Pemimpin nya sedang menahan tawa di balik gerakan pura-pura nya. Karin hampir menyeringai melihat betapa mudahnya si murid baru berambut merah muda tunduk padanya jika bukan tawa lepas menyambut setelahnya.

Black LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang