Parties 7

72 20 0
                                    

1



2




3














Tampak Awan dan juga Aerina berada dalam tranportasi umum yaitu bus. Awan masih terdiam dan tak berani bertanya kepada gadis itu apa yang sebenarnya terjadi. Aerina sendiri hanya memandang keluar dari jendela bus.

"Seharusnya tadi naik taksi aja! Pasti gak nyaman harus naik ginian." Kata Awan.

Aerina menoleh dan berkata, "Naik taksi? Emang punya duit apa pake naik taksi segala?" tanya Aerina dengan savage nya.

Awan mengernyit tidak suka tetapi ucapan Aerina memang benar. Dia sedang tidak punya uang banyak sekarang ini. Ongkos taksi sekarang juga tinggi, sedangkan rumah Aerina kemungkinan jauh dari sini. Sudah pasti memakan banyak biaya.

"Terus tuh ekspresi sendu bener kek inget kenangan bersama mantan." Kata Awan memancing Aerina.

"Mantan dari Hongkong? Aerina gak pernah pacaran selama 17 tahun ini!"

"Baru 17? Wihh bocil!" ejek Awan.

"Bocil matamu!" sahut Aerina seketika.

"Kasar bener! Jadi, curiga kalo situ enggak tumbuh di luar negeri tapi di Indonesia!"

"Terus kalo tumbuh di luar negeri harus kayak orang luar negeri? Khusus Kakak Awan yang TERHORMAT enggak dulu deh!" kata Aerina lalu bergeser menjauh dari Awan.

"Tadi galo bener sekarang begini! Swingmood situ cepet banget berubah-ubah!"

Aerina tidak mendengarkan ocehan Awan dan lebih fokus memandang keluar. Sebenarnya dia bisa pulang sendiri tetapi Awan memaksanya untuk pulang bersama dengan alasan kalau ini sudah malam dan Aerina masih tanggung jawab Awan.

Mereka pun akhirnya tiba di depan halte yang mengarah ke rumah Aerina dan kakak-kakaknya. Mereka harus berjalan lagi melewati gang besar yang minim dengan rumah karena ini termasuk kawasan elit.

Ketika mereka masuk berjalan, tampak beberapa kali Aerina berjalan dengan mata tertutup. Ia sudah sangat mengantuk. Meskipun masih jam 7 malam, tapi Aerina sudah mengantuk. Tanpa sadar Aerina menubruk punggung Awan yang berhenti dan merasa nyaman bersandar di sana.

Awan menghela nafas dan dia pun mengendong Aerina di punggungnya. "Masih jam 7 udah ngantuk! Emang bener masih bocah ternyata!" lirih Awan.

"Nih anak gak makan apa gimana sih? enteng bener badannya! Udah macem gendong angin nih!" kata Awan berkomentar tetapi yang dikomentari malah tertidur pulas dibelakang.

"Dia tidur apa mati sih? masa gak denger gue komen begini?" batin Awan heran.

"AERI!AERI!" teriak Mandra dan Jero heboh saat melihat kedatangan Awan dan Aerina. Awan langsung menurunkan Aerina dan tubuh gadis itu kini berpindah ke gendongan Mandra. Aerina bahkan tampak tak terusik dengan pemindahannya.

"Bang dia tuh mati apa idup sih? tidur nya pules bener dah!" tanya Awan heran pada Kuntala.

"Dia masih dalam tahap tumbuh kembang makannya banyak tidur dan cepet lelah. Pasti capek, mau mampir dulu?" tawar Kuntala dan Awan menggeleng tanda tidak.

"Gak usah bang, mau langsung balek pulang aja. Oh ya hasil pemeriksaanya ada di tasnya." Kata Awan memberitahu dan diangguki oleh Kuntala.

Awan melihat Aerina yang tertidur pulas dan merasa nyaman ada berada di atas punggung Mandra. Sama sekali tak terusik dengan suara pembicaraan yang ada.

TIME FOR THE MOON NIGHT | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang