Parties 28

57 14 3
                                    

Enjoy

.

.




Kotak musik yang diputar di ruangan kamar inap Aerina mengisi keheningan malam. Hanya cahaya dari luar jendela yang masuk melalui celah-celah tirai. Dengan tatapan mata kosong layaknya orang yang tidak punya harapan untuk hidup. Aerina menyentuh kotak musik yang mana adalah pemberian dari Javes yang Ryu berikan baru saja. Ryu datang untuk mengonfirmasi jasad Javes karena dia adalah orang yang paling dekat dan tahu perihal Javes.

"Aku benci tidur lagi. Aku mau bangun dari kenyataan dan berhenti terlahir kembali. Aku hanya ingin itu sekarang." batin Aerina.

Aerina turun dari kasur dan melangkah keluar sembari menahan sakit di bagian kakinya yang masih belum sembuh total. Saat ia keluar dari ruangan, jam menunjukan pukul 5 pagi tepat.

Aerina melihat Kuntala dan Mandra yang tertidur di koridor. Mereka saling bersandar satu sama lain saking lelahnya berjaga. Henggala dan Laksamana bahkan sudah tertidur dengan nyaman di lantai koridor. Ajuna dan Jero, mereka berdua bahkan bisa mengigau.

Aerina menghampiri Kuntala dan Mandra, merendahkan posisinya dan menatap keduanya lekat.

"Kunara..terima kasih telah menjaga ku di masa lalu bahkan masa sekarang."

"Aku benar-benar minta maaf! Karenaku,kalian tidak pernah bisa hidup dengan baik di masa lalu. harus sakit karena menghadapi kematian. Di masa ini, aku ingin gantian dengan kalian. Jadi,hiduplah dengan baik-baik di masa ini."

"Iya.."sahut Mandra yang mengigau dalam tidurnya. Kedua laki-laki itu masih tidak sadar bahwa itu bukanlah sebuah mimpi melainkan kenyataan. Hal ini membuktikan betapa lelahnya mereka semua.

Gadis itu kemudian pergi dari sana dengan perlahan sembari menahan rasa sakit yang ia derita di bagian kakinya. Dia pakai lift untuk sampai ke lantai paling atas. Meskipun begitu, dia masih harus menaiki satu lantai lagi agar bisa mencapai rooftop.

Pukul 4.45 dia berhasil mencapai rooftop dengan usahanya sendiri. tidak mudah untuk sampai kesini meskipun dia sempat menggunakan lift.Aerina bahkan sampai berkeringat. Tidak mudah pergi ke tempat ini dengan keadaan satu kaki yang masih di gips.

Ketika pintu dibuka, angin pagi langsung menerpa kulitnya. Sangat dingin hingga membuat keringat panasnya perlahan menghilang.

"Aku lelah...aku lelah.."lirihnya sembari perlahan berjalan menuju tepian gedung.

"Semua tak pernah berjalan baik seperti apa yang diharapkan. Hadiah atas kesabaran juga tak kunjung terlihat. Gelisah setiap malam memikirkan semua cobaan dari awal sampai sekarang. Aku tidak mengerti mengapa."

"Semua sudah kuduga...aku bertahan, maka harus ada yang pergi."

"Mereka mengatakan bahwa itu memang benar kamu. Seumur hidup sampai kematian datang aku bersalah. Bersalah karena egois ingin bertahan."

"Aku bersalah.."lirihnya dengan tatapan mata yang sangat putus asa.

"Kisah apa ini? Kisah seperti apalagi yang harus dijalani jika akhirnya menyedihkan? Aku tidak suka kisah dengan akhir menyedihkan ini. Aku membencinya.."

"Aku membenci penulis kehidupan ini..aku sangat membencinya hingga aku ingin mengutuknyaa..."

"Aku akan pergi sebelum matahari terbit, biarkan langit gelap menghantarkanku pergi ke tempat tergelap." Ucapnya lalu memegang pagar.

Ryu membangunkan semua orang untuk mengatakan hasil otopsi. Saat semua para NEMO bangun mereka terkejut melihat orang yang ada disamping Ryu. Orang yang mereka pikir meninggal itu kini ada dihadapan mereka.

TIME FOR THE MOON NIGHT | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang