Curiga

980 150 8
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah 3 hari Yeonjun absen dari sekolah. Guru dengan mudahnya percaya pada Soobin si anak emas yang mengatakan kalau Yeonjun sedang sakit.

Soobin selalu mengunjungi Yeonjun tiap sore, mengunjunginya dan memberinya makanan. Tak lupa mengunci pintu apartemennya supaya Yeonjun tak kabur. Definisi tersekap dalam rumah sendiri.

Teman-temannya mulai menaruh rasa curiga sebab Yeonjun hanya membalas pesan mereka singkat. Mereka hanya tak tahu, jika ponsel Yeonjun berada di tangan Choi Soobin.

Orang tua Soobin bahkan tak menaruh curiga pada putranya yang kerap pulang terlambat. Sebab dia selalu bilang jika ia sedang sibuk di sekolah selaku ketua osis. Padahal yang sebenarnya, ia asik bermain bersama Yeonjun.

Yeonjun sendiri lebih baik mengorbankan dirinya daripada membiarkan Soobin berkeliaran dan membunuh orang. Setidaknya tak ada  nyawa yang harus hilang lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hueningkai heran sekali. Kakak sepupunya tak pernah sesingkat ini membalas pesannya. Bahkan kakaknya cenderung pasif sekali sekarang ini. Ia merasa bukan Yeonjun yang membalas semua pesannya. Ia mencoba memancingnya dengan pertanyaan seputar keluarga mereka. Tapi Yeonjun memberi jawaban yang terkesan tak meyakinkan.

Tiba-tiba saja ia memiliki firasat buruk tentang hyung nya. Apakah ia baik-baik saja? Ia selalu menolak jika Beomgyu, Taehyun, atau pun dirinya hendak menjenguk. Begitu pula Soobin. Soobin bilang padanya, Yeonjun bersikeras tak mau dijenguk. Itu justru membuatnya makin curiga.

Maka dengan membulatkan tekadnya, ia akan mengunjungi apartemen kakak sepupunya itu oleh atau tanpa izin si pemilik.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Soobin bergerak gusar. Sebab tiba-tiba rapat dadakan bulanan osis hari ini digelar. Ia sebagai ketua wajib datang. Membuatnya dilanda cemas sebab tak bisa bertemu Yeonjun lebih cepat. Ia takut Yeonjun akan lama menunggu dan kelaparan.

"Soobin-ah wae?? Kenapa wajahmu?"

Taehyun menepuk pundaknya.

"Tidak apa-apa. Kapan rapat ini dimulai?"

"Menunggu semua anggota datang dan beberapa perwakilan ketua ekskul. Apa kau terburu-buru?"

"Tidak, aku hanya bertanya."

Bohong. Taehyun tahu itu. Ia merasa sikap Soobin agak menyeramkan. Sebab disatu sisi ia akan dengan ramah menatap orang-orang. Tetapi ketika orang itu berlalu, ekspresinya berubah 180°. Dan itu mengejutkan baginya. Temannya itu terasa sangat jauh dan asing.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hueningkai berlari dengan cepat setelah turun dari bus. Ia memasuki gedung apartemen Yeonjun. Bertanya pada petugas disana. Menanyakan apakah kakak sepupunya tidak keluar dari apartemen. Mereka membenarkan, sekitar 3 hari laki-laki yang Hueningkai maksud tidak keluar dari pintu apartemen.

"Tapi, setahu kami, ada anak sekolah dengan seragam yang sama sering datang. Ia bilang mengunjungi temannya."

Hueningkai mengernyit. Bukankah Yeonjun bilang tak ingin dijenguk. Lalu siapa yang datang?

"Bagaimana ciri-cirinya?"

"Tinggi sekitar 180 cm sepertinya, rambutnya hitam. Kulitnya putih, wajahnya ramah."

Hueningkai berdecih, ini tak membantu. Banyak anak dengan tinggi 180 cm dari sekolahnya. Tapi jika itu Beomgyu, Taehyun, atau Soobin, maka salah satu dari mereka bohong soal Yeonjun yang tak ingin dijenguk.

Ia melangkah menjauh setelah mengucapkan terima kasih. Hendak berjalan menuju apartemen Yeonjun.
Hingga petugas tadi memanggilnya tiba-tiba.

"Ah nak!! Tunggu sebentar, anak laki-laki yang sering datang itu punya lesung pipit."

Hueningkai terkejut, benarkah begitu? Apa Soobin berbohong?

Ia berlari secepatnya. Mengetuk pintu apartemen Yeonjun berulang kali. Hingga akhirnya ia nekat mendobrak. Sepi. Apartemen itu sepi sekali.

Hanya ada beberapa piring kotor yang belum dicuci di tempat cuci piring. Tapi apartemen itu bersih. Apa Yeonjun ada di dalam?

Ia memanggil hyung nya. Tapi tak ada jawaban. Hingga ia masuk ke kamar Yeonjun. Betapa terkejutnya ia dengan apa yang dilihatnya.

"Soobiiiin!!!!" Yeonjun berteriak girang, mengira orang yang datang adalah Soobin. Namun ia terkejut. Bukan Soobin disini, hanya ada Hueningkai yang menangis menatap kakaknya pilu.

"H-hyung, ka-kau hiks kenapa begini. Apa yang dia lakukan padamu??!!"

Hueningkai menangis. Yeonjun terlihat seperti korban penculikan penjahat dimatanya. Kakinya terikat rantai. Pakaiannya tetap bersih, mungkin Soobin sering menggantinya. Kakaknya hanya gunakan kemeja putih tanpa bawahan apapun. Terdapat lebam disudut bibirnya. Jangan lupakan bekas cekikan di leher dan banyak tanda di leher dan pahanya. Hueningkai merasa gagal menjadi seorang saudara.

"H-hyung wae??? Hyung mianhae hiks hyung!!!"

Hueningkai berlutut di depan Yeonjun. Sedangkan Yeonjun ikut menangis, melihat adiknya menangisi dirinya.

"P-pergi, kau harus pergi sekarang Kai!"

Yeonjun mengusirnya. Kai tak habis pikir kenapa kakak sepupunya seperti ini. Tak mengindahkan ucapannya, Kai mencoba membuka rantai di kaki Yeonjun. Nihil, rantai itu tak akan terbuka sebab Soobin membawa kuncinya. Memastikan tak ada yang mampu membukanya selain dirinya.

Saking sibuknya, ia tak menyadari Soobin datang tergesa dengan tatapan memburu. Siap membunuh Hueningkai saat itu juga.

"Bruk!!!" Ia menghantamkan tongkat di bagian belakang Kai. Membuatnya pingsan detik itu juga.

Yeonjun menangis sejadi-jadinya. Adiknya pingsan tak sadarkan diri di tangan Soobin. Ia takut Soobin menyakiti Hueningkai.

"Pencuri harusnya mati kan? Yeonjun? Mau dia teman atau tidak, pencuri harus dibasmi." Soobin berucap datar.

"Soobin, kumohon jangan sakiti Kai. Jangan menyakitinya." Yeonjun memohon mengatupkan dua tangannya.

"Harusnya kau tak perlu memohon Junnie, semakin kau melindunginya, semakin aku ingin memusnahkannya. Tak ada seorang pun yang berhak merebutmu dari ku."

Soobin menyeret Hueningkai. Membawanya ke ruang tamu. Meninggalkan Yeonjun yang meronta di dalam sana. Ia menyesal. Harusnya ia lebih keras mengusir Kai. Harusnya ia bisa melindungi adiknya.

Tapi terlambat. Soobin akan membunuhnya cepat atau lambat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Eungh, sakit sekali. Yeonjun!!!! Yeonjuun Hyuuuung!!! Lepaskan aku bangsat!!!"

Kai menatap nyalang Soobin. Ia terikat di kursi. Kepalanya nyeri sekali. Tapi rasa khawatirnya lebih besar. Ia akan membawa Yeonjun keluar. Harus!

"Diamlah, kau berisik sekali. Apa kau mau aku memotong lidahmu?" Soobin berucap sambil memainkan pisau di pipi Kai.

Hueningkai bersumpah, Soobin adalah manusia paling mengerikan yang pernah ia temui. Ia tak pernah menyangka Soobin punya sisi psikopat yang sering ia tonton di tv.

"Kau!!! Iblis!!! Kau apakan hyung ku hah???!!! Kau berbohong soal dia yng sakit!! Kau lah yang sakit disini sialan!!!"

Kai meludah, ia pernah begitu kagum pada Soobin. Namun nyatanya, sosok di depannya adalah psikopat gila.

"Kau tahu? aku bisa saja membunuhmu sekarang seperti orang-orang sebelumnya. Tapi aku masih membiarkanmu bernapas sebentar sebab Yeonjun memintaku melepasmu. Tapi sekarang, rasanya aku tak akan melepasmu hidup-hidup."

Soobin menamparnya, memberinya tinjuan terkuat yang pernah Kai rasakan. Ia memuntahkan darah. Rasanya bagian dalam perutnya seperti hendak keluar. Pipinya lebam. Soobin bahkan menusuk pahanya. Menancapkannya disana. Berjalan mundur dan duduk di depannya dengan tenang.

"Serangga penganggu harus mati kan? sekarang kau boleh pilih, ingin ditusuk, diracun, atau dicekik? atau kau ingin tenggelam? aku bisa mengabulkannya.!"

Kai merutuk dalam hati, pahanya luar biasa sakit. Darah mengucur deras disana. Apa ia akan mati begini?  Tanpa menyelamatkan hyung nya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Who are you? (End✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang