Lepas

995 164 18
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Siapa yang sakit disini? Yeonjun atau Soobin? Entahlah, saling membutuhkan namun mengerikan. Indah namun menyakitkan. Menyesal? mungkin saja iya. Seandainya mereka tak bertemu, mungkin kehidupan keduanya lebih baik. Atau sebaliknya.

Yeonjun menangis. Dengan jelas ia mendengar adiknya berteriak. Ia merasa gagal. Yeonjun menyayangi Soobin-nya. Tapi ia tak ingin Hueningkai terluka.

Ia melihat dari kamarnya. Dimana Soobin memukul adiknya dengan bengis. Menusuk pahanya tanpa penyesalan. Rantai di kakinya terasa makin sakit sebab ia berontak. Meronta sekuat mungkin, berteriak sampai tenggorokannya terasa sakit.

Soobin menatapnya tajam. Mengambil pisau daging, menjambak adiknya hingga mendongak. Kai menatap Yeonjun putus asa. Ia akan mati. Soobin mengarahkan pisau besar itu, menggores leher tipis. Belum sempat ia tebas, suara dobrakan pintu dan jeritan ibunya menggema.

Wanita itu ambruk. Syok dengan apa yang ia lihat. Putranya hendak menjagal orang.

"Soobin-ah w-wae???"

Ia hampir mati berdiri.

"Berhenti disana saudara Choi Soobin!" Polisi datang mengarahkan pistolnya. Di belakang mereka, orang tua Yeonjun datang.

Terkejut dengan pemandangan yang mereka lihat. Keponakan mereka terikat dengan keadaan bersimbah darah. Mencoba mencari putranya, hingga suara teriakan dari dalam kamar terdengar.

"Andwe!!! Soobin-ah jebal, berhenti hiks!!"

Mereka ingin mendekat, namun Soobin menggunakan Kai sebagai tameng dan sandera. Jika melangkah mendekat, maka ia akan memotong kepalanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Wah!! Ramai sekali ya hari ini! Junnie, ada banyak tamu. Apa aku harus menyapa mereka?"

"Soobin-ah, eomma harus apa eoh?!" ibunya putus asa. Seandainya ia tahu akan melahirkan sosok mengerikan, ia tak akan membiarkannya ada.

"Mati!! Kau dan suamimu harus mati!!!"

Ia tertawa, pedih. Ibu dan ayahnya bahkan ingin membunuh dirinya sejak dulu dan menggantinya. Ia kecewa.

"Jangan mendekat!! Atau kepalanya akan terpisah!"

"Akh..!"

Lehernya tergores. Orang tua Yeonjun  mengalami de javu. Kejadian yang hampir sama. Namun berkali lipat lebih mengerikan.

'DOR!!!'

Suara pistol menggema. Sebuah peluru menembus lengan kanan Soobin. Kai tersungkur jatuh dari cengkeramannya. Soobin berteriak.

"Sialan!!! Kalian pikir aku tak punya yang semacam itu huh??" Ia tersenyum sinis.

"Aku muak sekali. Kalian datang ingin apa? Membawa Yeonjun? Sebaiknya tidak, sebab aku yang akan membawanya hingga mati!"

"Andwe!!!" Ibu Yeonjun menangis. Seharusnya ia tahu sejak awal. Membiarkan Yeonjun ke Korea adalah malapetaka.

"Bergerak selangkah, maka peluru ini akan menembus kepalanya!"

Soobin menodongkan pistol ke arah Kai yang terkapar. Polisi masih menodongkan pistol ke arahnya.

"Kalian, tak memberiku pilihan sama sekali. Matilah!"

'DOR!! DOR!!'

Dua buah peluru dilepaskan. Betapa terkejutnya Soobin. Yeonjun berdiri disana. Rantai di kakinya masih ada. Ia memotong rantainya dengan kapak yang Soobin letakkan di kamar Yeonjun untuk berjaga.

Who are you? (End✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang