13. Hutang

221 15 0
                                    

Hari ini Marlon dan Bia berencana pergi ke supermarket. Namun hingga pukul 12 siang Bia tidak muncul juga di apartemen Marlon. Ponsel Bia tidak bisa dihubungi sejak pagi.

"kemana sih loe bocah? Gedeg banget gue nungguin loe!"

Marlon terus menggerutu, meluapkan emosi dari dalam hati.

Sejak rencana pergi ke supermarket hingga hari ini ponsel Bia tidak bisa dihubungi. Bia pun tidak datang ke apartemen Marlon sudah 4 hari.

"kemana sih loe Bia? Apa loe baik-baik aja?"

Pikiran Marlon terbang mencoba mencari cara agar bisa menemui Bia.

"oh ya gue kan masih nyimpen foto KTP nya!"

Marlon segera mengambil fotocopy KTP Bia dan bergegas menuju alamat yang tertulis di KTP.

Mobil Marlon berhenti saat jalan menuju rumah Bia semakin menyempit. Dia tidak mungkin melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobilnya. Sambil mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya, Marlon dihampiri oleh pemuda sekitar.

"maaf mas, jalanya sempit, mobil gak bisa masuk"

Marlon menghampiri pemuda itu dan menanyakan alamat Bia.

"maaf mas saya mau nanya, apa mas tau alamat ini?"

"oh ini kan rumah Bia?"

"ah iya betul mas, saya sedang mencari Bia"

"ada utang berapa lagi dia?"

"hah? Utang?"

"iya beberapa hari lalu ada orang berpakaian rapih juga kaya mas ini, pakai mobil bagus cari Bia buat nagih utang bapaknya!"

"utang bapaknya?"

"iya, kadang kasian juga sama Bia, Bapaknya yang utang tapi dia yang harus bayar"

Marlon terdiam mendengarkan cerita pemuda itu. Dalam hatinya ada rasa sakit mendengar betapa kejamnya dunia pada gadis remaja yang sekolahpun belum tamat.

"kalau mas mau, saya bisa antarkan ke ruma Bia"

"boleh kalau mas kalau mas  gak keberatan"
"mari lewat sini"

Pemuda itu berjalan didepan Marlon sambil memandunya menuju rumah Bia. Di perjalanan, pemuda itu juga bercerita banyak mengenai latar belakang keluarga Bia. Ibu kandung Bia meninggal saat Bia berusia 3 tahun. Sejak saat itu Bia diasuh oleh nenek dan bapaknya. Alih-alih membantu, bapak kandung Bia justru memeras Bia. Bia diminta untuk berhenti sekolah dan bekerja. Uang yang didaptkanya selalu habis digunakan untuk judi dan mabuk.

Keadaan semakin sulit saat nenek Bia, orang yang paling dekat denganya harus berpulang 1 tahun yang lalu. Sejak saat itu pula, Bia mulai melakukan tindakan kriminal hanya untuk membayar hutang yang ditinggalkan bapaknya. Sungguh malang nasib gadis itu.

"nah itu rumahnya mas, yang ada pohon mangganya" sambil menunjuk kearah rumah kayu sepetak yang mungkin tidak layak disebut rumah karena kondisinya yang hampir roboh.

"oh makasih mas! Ini untuk mas" sambil menyodorkan dua lembar uang seratus ribu kepada pemuda itu.

"tidak usah mas, saya ikhlas"

"gak apa-apa ambil aja" sambil meletakan uang itu dikantong baju koko si pemuda tadi

"saya terima mas tapi saya akan gunakan membantu membeli Al-quran untuk anak-anak tidak mampu. Saya donasikan atas nama mas. Maaf nama mas siapa?"

"saya Marlon" sambil menjabat tangan

"saya donasikan atas nama mas Marlon. Kalau begitu saya permisi dulu mas"

Pemuda itu meninggalkan Marlon yang masih mematung ditempatnya. Perlahan Marlon melangkah mendekati rumah itu. Dilihatnya rumah kayu yang nyaris roboh dengan atap yang sepertinya sudah tidak kuat menampung air hujan,

Marlon mengetuk pintu rumah beberapa kali namun tidak ada jawaban.

"cari Bia mas?"

"iya bu, apa Bia ada dirumah?"

"kayaknya ada mas, terakhir saya liat tadi pagi ada orang yang nagih utang bapaknya. Masuk aja mas, sekalian tolong lihat kondisi Bia, kayaknya dia abis bertengkar sama orang-orang yang nagih utang tadi pagi"

"baik Bu"

Mendengar penjelasan Ibu tetangga, perasaan Marlon mulai tidak enak. Dibukanya pintu kayu sambil pandanganya menyapu sekeliling ruangan. Suara rintihan membuat Marlon bergegas menuju salah satu ruangan yang berada di belakang. Melihat kondisinya, Marlon menduga bahwa itu adalah dapur. Bia bersembunyi di bawah meja. Kepala tertunduk diantara lutut.



==========
Jangan lupa komen dan vote ya.. Terimakasih..

FATED 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang