Didalam mobilnya, Bia terus tesenyum mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Bagaimana suaminya terkejut melihat kedatanganya di kantor. Bia merasa berhasil telah membuat suaminya terkejut, terlebih lagi melakukan hal yang sebenarnya tidak patut dilakukan di kantor. Hal itu membuat Bia terus tertawa kecil saat dalam perjalanan pulang.
Bia menghentikan mobilnya saat lampu merah menyala di persimpangan. Saat melihat kaca spion, Bia tersadar bahwa ada mobil suv hitam yang sedari tadi terus membuntutinya. Bia melajukan mobilnya diatas kecepatan rata-rata untuk menghindar dari mobil hitam tersebut, namun hal itu justru membuat pengendara mobil hitam juga tancap gas sampai mensejajarkan mobilnya dengan mobil Bia.
Saat itu juga Bia berusaha terus menghubungi Marlon namun tidak ada jawaban. Bia teringat bahwa Marlon akan mengadakan rapat penting. Saat Bia lengah, mobil hitam itu mendahului Bia dan lengsung menghadang mobil Bia, untungnya tidak terjadi kecelakaan karena Bia menginjak rem tepat waktu, jika tidak kedua mobil itu bisa saja bertabrakan.
Bia mengecek dan menekan tombol kunci pada mobilnya berkali-kali, memastikan bahwa mobilnya dalam keadaan terkunci. Empat pria bertubuh kekar mendatangi mobilnya, menggedor jendela dan berusaha membuka pintu.
"buka!"
Keempat pria itu terus memaksa Bia untuk keluar dari mobilnya. Saat salah satu pria mendekatkan wajahn nya ke jendela, Bia baru sadar bahwa pria itu adalah orang yang tiap hari dataang ke rumah kontrakan untuk menagih hutang ayahnya. Bia merasa semua hutangnya telah dilunasi oleh Marlon saat Marlon datang ke kontrakan.
Saat pria itu terus memaksa, Bia membuka sedikit jendela untuk berkomunikasi. Terlihat wajah Bia yang ketakutan membuat pria itu semakin bersemangat.
"mau apa lo?"
"buka pintunya!"
"gue udah gak ada urusan sama lo! Pergi dan jangan ganggu gue!"
Pria itu hanya menyelipkan kertas disela jendela kaca mobil dan langsung pergi meninggalkan Bia.
Dalam mobilnya yang masih terparkir dipinggir jalan Bia menangis terisak.
"ya Tuhan, cobaan apalagi ini?"
Bia meremas kertas yang belum ia baca.
**
"Bia, aku pulang" suara Marlon saat memasuki apartemenya tepat pukul 7 malam dan mendapati apartemenya dalam keadaan gelap. Marlon mencari Bia ke seluruh sudut ruangan namun tidak menemukannya. "Sabrina, kamu dimana sih?"
Marlon membuka ponselnya dan melihat ada tiga panggilan tidak terjawab dari istrinya. Bia belum kembali ke apartemen sejak siang tadi bertemu Marlon di kantor.
Marlon menekan tombol call pada layar, namun tidak ada jawaban dari Bia, begitupun pada panggilan keduanya. Bia mengangkat telpon Marlon saat panggilan ketiga.
"sayang kamu dimana?"
Lama hening, tidak ada jawaban hanya terdengar suara desahan nafas.
"Bia, Sabrina? Hallo?"
"heemm" Bia menjawab dengan suara serak dan berat
"sayang are you okay? Kamu dimana?" Marlon mulai sedikit panik mendengar suara Bia. Pasalnya, sepanjang hidup bersama, Bia selalu menjawab telponya dengan nada senang dan ceria.
"aaa... aakkuuu...."
"oke aku jemput kamu sekarang ya, kamu jangan tutup telponya" bergegas Marlon mengambil kunci mobil dan berlari ke parkiran. Marlon yakin ada sesuatu yang terjadi pada istriya.
Dalam perjalanan, Marlon hanya berdoa agar istrinya baik-baik saja. Marlon melacak keberadaan Bia menggunakan ponselnya. Hanya 15 menit dari apartemenya, Marlon melihat mobil Bia terparkir dipinggir jalan.
Marlon mengetuk kaca jendela mobil Bia. Melihat Bia menempelkan kepalanya pada stir mobil menambah keyakinan Marlon bahwa istrinya sedang tidak baik-baik saja.
"sayang, ini aku"
Kepala Bia perlahan terangkat. Marlon melihat manik mata Bia masih sendu, air mata masih menggenang. Marlon menghujani Bia dengan pelukan saat pintu mobil terbuka.
"sayang kamu kenapa?"
Bia kembali menangis. Tidak ada jawaban keluar dari mulutnya.
Marlon mengambil alih kemudi dan membawa Bia pulang ke apartemen. Tubuh Bia lemas, seperti kehabisan tenaga. Bagaimana tidak, Bia menangis saat membaca kertas yang pria itu berikan kepadanya.
'berikan uang 50 juta atau seluruh Archer Group akan mengetahui siapa lo sebenarnya'
Bukan masalah nominal, Bia menangis karenya menyesal telah menikah dengan Marlon. Bia merasa tidak pantas bersanding dengan seorang wakil CEO perusahan terbesar di Indonesia, karena menyadari bahwa dirinya hanya wanita dari kalangan bawah dan mantan copet.
Saat berada di ruang tengah, Marlon memberikan teh hangat pada Bia sambil terus membelai kepala Bia.
"sayang ada apa?"
"aku gak apa-apa kok, Cuma gak enak badan aja. Makasih udah mau jempu aku"
Bia pergi meninggalkan Marlon meuju kamarnya.
Marlon kebingungn dengan sikap istrinya yang tidak biasa.
==========
Jangan lupa vote dan komen ya.. Terimakasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED 21+
Storie d'amoreWakil CEO tampan dan kaya ditakdirkan bertemu dengan gadis muda yang mempunyai kehidupan dari kalangan bawah. Akankah keduanya dapat sejalan? Fated 21+ merupakan sekuel dari Mr. CEO 21+. Selamat membaca... Cover dan semua gambar dalam cerita by Pi...