impian

63 11 0
                                    

Hai, selamat datang di sebuah cerita dengan tokoh utama Choi Yeonjun versi lokal ! Untuk karakter wanita bisa berhalu menjadi diri sendiri tetapi aku tetap pakai contoh wajah karakter perempuan. Selamat Membaca !!!
﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Yudhistira dibuat khawatir oleh adiknya karena sedari kemarin adiknya itu belum pulang. Yudhis akhirnya memberanikan diri untuk menelpon mamanya.

"Hallo, kenapa nak?."

"Yudha 24jam ilang ma, aku bingung harus nyari kemana."

"kamu kenapa bisa gak becus gitu jagain Yudha, yaudah biarin aja anak itu pincang nanti juga capek sendiri."

Yudhistira menghela napasnya, Mamanya memutuskan telpon sepihak. Kedua orang tuanya selalu begitu, mementingkan pekerjaan dan juga terlalu santai dengan anak-anaknya.

Yudhistira menolehkan kepalanya mendengar suara pintu terbuka, menampilkan Yudha dengan penampilan  wajahnya yang terdapat banyak luka.

"Yudhaa, lo abis darimana? Kenapa muka lo banyak luka?." ucap Yudhistira lembut.

Yudhistira memang wajahnya terlihat seperti anak yang kasar dan mudah marah padahal nyatanya tidak. Yudhistira anak yang lemah lembut, buktinya Yudhis tak memarahi adiknya tetapi menanyakannya dengan nada lembut.

yeonjun stan bilaik : mlyt aku mas

Yudhistira memperhatikan wajah adiknya. Wajahnya Yudha benar-benar sama persis dengannya walau tak sedarah.

 Wajahnya Yudha benar-benar sama persis dengannya walau tak sedarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ ilustrasi yudha ]

"Lo tanya ke temen lo, si Shinta itu aja ya kak, gue pusing lagian ini udah diobatin ama Kak Shinta." ujar Yudha lalu pergi ke kamarnya.

Yudhistira bahkan tak menyadari kehadiranku. Yang dipikirannya hanyalah adiknya Yudha. Yudha beruntung sekali mempunyai Kakak yang begitu menyayanginya.

"Jadi bisa lo jelasin sekarang?." tanya Yudhistira padaku.

Aku mencoba menjelaskannya sejelas mungkin dengan sedikit gugup.

"Kenapa sih Yudhaa? Kakak lo itu selalu ngambil semuanya. Kenapa?." tanya seseorang lelaki bernama Sean.

Yudha yang ditanya pun hanya diam tanpa menjawab ucapan Sean.

Sean adalah teman akrab Yudha di akademi tari tapi semua itu perlahan berubah menjadi musuh, ralat, Sean menganggap Yudha adalah musuh ketika Yudhistira juga ikut dalam akademi tari.

Sean selalu gagal melawan Yudhistira berakhir dengan wajahnya yang babak belur akibat balasan Yudhistira. Dan juga berakhir kena omelan sang pelatih ditambah lagi Sean dibanding-bandingkan dengan Kakak Yudha.

Perlu digaris bawahi, Sean membenci orang yang membuatnya menjadi dibanding-bandingkan.

Sean terus memukuli Yudha, melampiaskan rasa marah dan kesalnya. Yudha hanya diam saja membiarkan Sean memukuli wajahnya. Yudha masih menganggap Sean teman baiknya dan akan begitu seterusnya.

Aku menatap Yudhistira takut setelah menceritakannya. Aku hanya tak sengaja melihat keduanya berkelahi. Tangan Yudhistira mengepal kuat pertanda dirinya teramat sangat emosi dengan kelakuan Sean.

"Biarin Yudhis, kalo lo bales bisa aja Sean lebih parah. Dia ngelampiasin kesalnya ke Yudha karena dia tau kalo lo selalu menang ngelawan dia." ujarku mencoba menenangkan Yudhistira.

Yudhistira menghela napasnya, apa yang dikatakan Shinta memang ada benarnya.

"Makasih udah mau nolongin adek gue." ucap Yudhistira memelukku.

Aku dibuat terkejut dengan Yudhistira yang tanpa aba-aba memelukku, mengucapkan kata terima kasih. Aku mengelus pelan punggungnya sebagai balasan.

"Lo tau kenapa awalnya gue gak mau maafin lo?." tanya Yudhistira melepas pelukannya padaku.

"Karena gue udah nyakitin fisik adek lo?." jawabku menebak-nebak.

"Bukan, tepatnya karena kakinya yang patah ngebuat dia gagal ngeraih mimpinya yang dia buat sedari dia masih kecil." ujar Yudhistira menatap pintu kamar Yudha.

Aku terkejut mendengarnya. Jadi, aku sudah mematahkan impian orang ternyata, pantas saja Yudhistira sulit memaafkanku.

"Maaf, gue..." ujarku tak sanggup.

"Tapi Yudha hebat, dia yang minta berdamai padahal tiap malem pasti dia nangis frustasi karena kakinya." ujar Yudhis.

"Maaf tapi waktu itu gue gak sengaja denger lo nangis terus bilang kenapa harus gue?." tanyaku pada Yudhis.

Yudhistira tersenyum padaku untuk pertama kalinya Hei, sepertinya aku harus mencatatnya tapi ini juga tak baik untung jantungku.

Yudhistira tersenyum padaku untuk pertama kalinya Hei, sepertinya aku harus mencatatnya tapi ini juga tak baik untung jantungku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampan sekali, Gista beruntung sekali pernah memilikinya ya.















Tampan sekali, Gista beruntung sekali pernah memilikinya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean Haris Harsawan

﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Hai, bagaimana harinya? Semoga selalu baik ya dan jaga kesehatan soalnya kopit lagi kejam. Disarankan setelah membaca untuk mengapresiasi dengan cara vote dan komen. Terima Kasih yang sudah mampir membaca serta memberi apresiasi. Sampai bertemu kembali di chapter selanjutnya !!!.

﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Salam Hangat,

Pecinta Teriakan Yeonjun,

yudhistira ( choi yeonjun ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang