CHAPTER 08

64 7 0
                                    

Disclaimer⚠️

Cerita ini adalah karya fiksi, kepercayaan, latar tempat, organisasi, atau bahkan alur cerita jika ada persamaan hanya suatu kebetulan. Karakter tokoh pada cerita ini tidak bersangkutan pada kehidupan nyata. Cerita ini mengandung kata kasar, kekerasan, konsumsi rokok, dll.

Bijaklah dalam membaca!!!

Chenle dan Jisung sudah sampai di titik yang ditentukan oleh Mark. Chenle bersandar pada dinding dijalan itu, sedangkan Jisung yang masih sempat - sempatnya untuk bermain game online sembari memakan permen karet- pengganti rokok, karena saat keduanya memasuki area jalan, ada tulisan, Dilarang merokok diarea ini. Mau tak mau Jisung memakan permen karet.

“Dimana mereka lama sekali.” gumam Chenle.

“Tiga... dua... satu...” Tak lama dari ucapan Jisung segerombolan orang dari tikungan sebelah kanan masuk ke jalan tersebut. Chenle menolehkan kepalanya, kemudian membuang lidi yang sedari ia isap.

“Kau masih main?” tanya Chenle, Jisung mengangguk.

“Ya.” jawabnya. Beberapa detik mereka untuk dekat ke arah keduanya. Chenle menatap Jisung masih saja sibuk dengan ponselnya.

“Secara tidak langsung kau menyuruh aku maju lebih dahulu.” gerutu lelaki asal China tersebut.

“Tidak, tidak. Tapi karena memang permainanku belum dimulai.” ucap Jisung, setelah mengatakan itu ia pun memainkan gamenya kembali. Chenle menghembuskan nafas nya.

“Bagaimana cara yang keren agar mencegah kalian melewati jalan ini?” tanya Chenle masih bersandar di dinding, dan ia bertanya tanpa menatap lawan bicara. Mereka semua berhenti, menatap Chenle dengan pandangan heran.

“Mengapa tiba - tiba di cegah? Biasanya kami melewati jalan ini? Memang kau siapa?” tanya Park Dongjoon, inti ketiga dari komplotan yang di dirikan oleh Jeong Hyewook.

“Ah, sebenarnya aku tidak mau pamer, tapi karena kau bertanya jadi aku menjawab siapa diriku,” kata Chenle. Melangkah ke arah mereka. Atau lebih tepatnya dihadapan Dongjoon.

“Aku orang kaya.” jawab Chenle. Mereka semua tertawa, mendengar jawaban yang dituturkan oleh Chenle. Chenle pun ikut tertawa, namun tawanya lebih keras dari pada mereka.

“Kan kau bertanya, siapa aku. Aku menjawab, aku orang kaya. Sekarang lucunya dimana?” tanya Chenle menghapus air mata yang hampir menetes Karena tertawa cukup keras.

“Dan, kau tertawa saat kami tertawa, apa yang lucu?” tanya Dongjoon mulai terbawa emosi.

“Ya, aku menertawakan rakyat jelata yang menertawakan bangsawan.” kata Chenle dengan seringai yang terukir di wajahnya.

“Sialan!” Dongjoon mengumpat, ia pun melayangkan sebuah kepalan tangan, namun ditangkis oleh Chenle menggunakan telapak tangan dengan mudahnya. Dongjoon terkejut dengan apa yang barusan dilakukan seorang tuan muda.

“Park Dongjoon. Dimana Jeong Hyewook?” tanya Chenle dengan suara rendahnya. Dongjoon terdiam. Siapa orang yang ada dihadapannya? Mengapa mencari ketuanya? Dongjoon pun menyeringai.

“Dia sibuk bermain di ranjang bersama ... ibumu.” Kata Dongjoon. Ia yakin lawannya akan marah, dan lemah jika menyebut nama ibu. Karena biasanya ia seperti ini lawannya cepat sekali kalah.

RENEGADES | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang