CHAPTER 10

114 7 0
                                    

Disclaimer⚠️

Cerita ini adalah karya fiksi, kepercayaan, latar tempat, organisasi, atau bahkan alur cerita jika ada persamaan hanya suatu kebetulan. Karakter tokoh pada cerita ini tidak bersangkutan pada kehidupan nyata. Cerita ini mengandung kata kasar, kekerasan, konsumsi rokok, dll.

Bijaklah dalam membaca!!!

Tiga hari berlalu, mereka pikir ini adalah sebuah akhir kala dendam yang mereka pendam sudah hilang dan terbayar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari berlalu, mereka pikir ini adalah sebuah akhir kala dendam yang mereka pendam sudah hilang dan terbayar. Kehidupan yang seperti awal, Haechan dan Renjun kala bertemu Jeno dan Mark hanya biasanya seperti mereka tidak mengenal satu sama lain. Begitupun Jisung dan Chenle. Kala mereka pergi ke sekolah dengan banyak luka babak belur serta plaster dan perban yang melekat ditubuh, hal itu menjadi pembicaraan hangat sampai saat ini.


Atau lebih tepatnya mereka lebih mengarah membicarakan Na Jaemin yang tak terluka sedikit pun. Dan, juga terlihat tak perduli kala anggota komplotannya, dan kedua inti dari komplotan tersebut terluka. Mereka terus bertanya - tanya, mengapa Jaemin tidak pernah turun tangan dalam pertengkaran atau keributan, tanpa mereka tahu fakta yang sebenarnya.

Mark mengernyit kala melihat sebuah plaster di keempat jemari Jaemin. "Kau terluka?" tanya Mark. Jaemin mengalihkan pandangannya dari jendela dan menatap Mark, kemudian menggeleng.

"Lalu mengapa tanganmu di plaster?" tanya Mark lagi. Jaemin menyembunyikan tangannya di saku hoodie bergambar kucing yang ia kenakan.

"Hanya ingin." jawab Jaemin seadanya. Jeno datang ia baru saja mengganti pakaian menjadi pakaian olah raga.

"Kau ikut olah raga tidak?" tanya Jeno. Pasalnya para siswa dan siswi dikelas sudah memakai pakaian olahraga tersisa Jaemin yang masih mengenakan hoodie. Jaemin terlihat seperti menimbang pertanyaan Jeno.

"Iya, aku ikut." Jaemin bangkit dari duduknya, berjalan ke arah belakang mengambil kaus olah raganya. Semua menatap Jaemin, baru kali ini Jaemin mengikuti jam olah raga, biasanya lelaki Na itu lebih memilih di hukum dari pada mengikuti pelajaran ini. Tak hanya para murid tapi juga Mark dan Jeno.

Jaemin pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Mark dan Jeno tertawa karena terlihat dari langkah Jaemin yang terlalu malas. Murid kelas Mark pun segera turun ke lapangan untuk memulai pelajaran.

Mereka memulai pelajaran, dari mulai pemanasan, bermain bola besar seperti basket, voli, sepak bola, dan lain - lain. Mark dan Jeno bermain basket sedangkan Jaemin sedang merebahkan dirinya di kursi penonton dengan kedua tangan yang kebelakang menjadi sebuah bantal. Dan, topi miliknya yang menjadi penutup dari terangnya siang ini.

"Cih percuma kau ikut tapi tetap tidur." cibir sosok yang tiba - tiba saja duduk di kursi bagian belakang. Jaemin mengenal suara itu, suara Huang Renjun, dan ia yakin disamping Huang Renjun pasti ada Lee Haechan.

RENEGADES | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang