Disclaimer⚠️
Cerita ini adalah karya fiksi, kepercayaan, latar tempat, organisasi, atau bahkan alur cerita jika ada persamaan hanya suatu kebetulan. Karakter tokoh pada cerita ini tidak bersangkutan pada kehidupan nyata. Cerita ini mengandung kata kasar, kekerasan, konsumsi rokok, dll.
Bijaklah dalam membaca!!!
☬
Haechan dan Renjun baru saja datang dari sekolah, mungkin mereka hanya mengetahui Haechan begitu dingin, acuh dan menyeramkan. Namun, itu hanya sifat yang ia buat - buat agar tak terlihat lemah saat orang lain berhadapan dengannya. Karena sifat aslinya, Haechan selalu berbicara omong kosong kepada Renjun, tentang hal - hal random yang sebenarnya memang tak penting untuk diucapkan.
Renjun hanya bisa menanggapi seadanya, tetapi terkadang ia terhibur dengan penuturan tak penting Haechan. Ia selalu dibuat tertawa oleh temannya itu. Seperti sekarang Renjun tertawa karena Haechan yang mengucapkan hal yang menurutnya sangat lucu. Sedang asik, tetapi pundak Renjun tak sengaja menyentuh pundak pemuda yang lebih tinggi darinya. Renjun langsung melunturkan senyumnya.
Sedangkan lelaki itu, menatap sekilas dan pergi begitu saja. "Hey, mana sopan santunmu?" tanya Haechan, sekarang keduanya berubah seratus delapan puluh derajat. Kedua pemuda itu memutar tubuh, menatap datar dibalik kaca mata hitamnya itu.
"Ternyata senioritas di SMA Sanghwa sangatlah tinggi." kata Park Jisung perlahan melangkah ke arah kedua kakak kelasnya itu. Haechan dan Renjun masih tetap tenang.
"Memang ketika aku tak sengaja menabrak bahu seseorang harus aku bersujud, seperti itu?" tanya Jisung lagi. Haechan terkekeh. Menggerakkan kakinya satu langkah, jarak keduanya sangat dekat, bahkan nafas keduanya saling bertubrukan, tatapan tajam yang mereka berikan satu sama lain.
"Jika bisa, maka lakukan." balas Haechan. Tak lama dari itu, Renjun menarik pundak Haechan.
"Berhenti, Haechan. Dan, kau pergilah." Kata Renjun. Jisung berdecih kemudian pergi bersama Chenle yang diam - diam memperhatikan ketiganya.
"Apa - apaan dia? Dia merusak pagiku, sialan." umpat Haechan tak terima. Masih terlalu pagi untuk bertengkar dengan orang lain. Haechan membuang nafas guna menghilangkan rasa amarahnya. Renjun pun menepuk bahu sang sahabat.
"Mereka murid baru itu 'kan?" tanya Renjun setelah memperhatikan punggung yang perlahan menghilang dari jangkauan pandangannya. Haechan menaikan bahunya acuh. Ia sudah terlanjur kesal dengan keduanya.
"Aku tak tahu, tak peduli juga. Kita tak ada urusan dengan mereka. Sekalipun ada maka akan cepat selesai." jawab Haechan yakin.
Sekarang Haechan dan Renjun sudah berada di kelas, duduk bersebalahan seraya berbincang tentang komplotan MJ. Rencana mereka adalah menyerang kembali saat malam hari di gang yang sama, tidak dengan anggota hanya mereka berdua saja. Mereka belum bisa menyerang Na Jaemin, bukan karena takut hanya saja keadaan keduanya belum terlalu pulih, begitupun keadaan Jeno dan Mark, sama seperti mereka.
"Haechan kau yakin menyerang mereka, tanpa anggota?"
"Mark kau yakin kembali menyerang mereka?"
Pertanyaan Jeno dan Renjun yang berbeda, bahkan tempat yang mereka tempati berbeda tetapi dengan tujuan yang sama, meyakinkan temannya. Apa lagi Mark meminta untuk menyembunyikan hal ini dari Jaemin, selagi lelaki Na itu sibuk mencari tahu dua murid baru itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENEGADES | NCT DREAM
PovídkyMereka terkenal tidak pernah akur tetapi jarang sekali melakukan yang namanya pertengkaran, hanya saja perang dingin selalu terjadi ketika mereka berpapasan. Sampai suatu kala, entah apa masalahnya lelaki tan meninju kedua musuhnya tanpa henti, hing...