Bab 04. Sahabat Sejati

287 67 324
                                    

❛❛Pilihlah teman yang senantiasa mengingatkanmu ketika salah langkah, yang mendorongmu untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan yang menuntunmu mendekat kepada Allah. Hindarilah sahabat yang justru menjerumuskanmu ke dalam jurang dosa dan menjauhkanmu dari jalan-Nya.❜❜

───────⊹⊱✫⊰⊹───────

"Tisha mulai berani ya sekarang sama aku," gumam Mayang, mondar-mandir di depan cermin riasnya. "Apa kurangnya aku di mata Gibran? Sampai segitunya Gibran nolak aku demi Tisha." Ekspresi wajahnya berubah menjadi geram, "Aku tidak akan membiarkan Tisha mendapatkan Gibran! Tidak akan pernah! Argh!" Mayang membanting ponselnya ke lantai, amarah yang membuncah tak terbendung.

"Ada apa Mayang?" tanya seorang laki-laki paruh baya yang menghampiri Mayang.

"Tidak papa kok, Pa," jawab Mayang berusaha terlihat tenang, namun raut wajahnya tak dapat menyembunyikan kegelisahan.

"Kenapa kamu banting ponsel yang baru Papa beli Mayang!" Laki-laki itu berteriak, amarahnya meledak melihat ponsel baru yang dibelinya untuk anaknya itu retak di bawah lantai.

"Maaf, Pa. Mayang tidak sengaja, itu tadi—"

"Jangan beralasan lagi Mayang! Dalam satu bulan ini, kamu sudah merusak 3 ponsel! Kamu ini kenapa Mayang? Apa kamu mau Papa pasung, hah?" Laki-laki itu sudah lelah dengan kelakuan anaknya yang semakin hari selalu saja merusak barang-barang berharga.

Mayang bukan hanya membanting ponselnya, tapi ia juga membanting vas seharga 50 Juta.

"Maaf, Pa. Jangan pasung Mayang." Mayang seketika berlutut dan menangis meminta maaf.

"Ah sudahlah! Kamu selalu saja berulah, membuat Papa semakin pusing! Perusahaan Papa sedang dalam masalah sekarang! Tapi kamu dengan mudahnya merusak barang mahal di rumah ini, jika kamu seperti ini terus bisa-bisa Papa bangkrut Mayang!" Suaranya meninggi, lalu meninggalkan kamar Mayang.

Mayang hanya bisa menangis tersedu-sedu. "Ini semua gara-gara Tisha! Kalau dia tidak hadir di kehidupan Gibran semuanya tidak akan seperti ini!"

Perilaku Mayang yang destruktif dan cenderung menyalahkan orang lain atas kekecewaan dan kemarahannya merupakan bentuk dari mekanisme pertahanan diri yang tidak sehat. Menolak untuk menerima tanggung jawab atas perasaan dan pikiran negatif dengan memproyeksikan kesalahan kepada orang lain.
Mayang terjebak dalam obsesi terhadap Gibran, yang membuatnya merasa terluka dan marah ketika Gibran memilih Tisha. Obsesi ini mengarahkannya pada perilaku destruktif dan menyalahkan Tisha atas kekecewaan dan kemarahannya.

♡♡♡

Seusai jam pelajaran hari ini, Tisha dan Caca tertinggal di kelas. Suasana kelas yang biasanya dipenuhi gelak tawa dan canda kini terasa hening. Caca, yang biasanya ceria dan penuh energi, tampak murung dengan kedua tangan dilipat di atas meja. Wajahnya yang biasanya memancarkan keceriaan kini dipenuhi awan mendung. Tisha hanya memperhatikan sahabatnya itu, enggan untuk menanyakan apa yang terjadi, takut mengganggu kesedihan yang menyelimuti Caca. Ia mengambil sebuah novel dari kolong mejanya dan melanjutkan sisa bacaannya, berharap suasana hening dapat menenangkan Caca.
Tak lama kemudian, Caca merubah posisi duduknya, menghadap Tisha yang ada di sampingnya. "Sha," panggilnya pelan, suaranya terdengar lirih.

"Iya, kamu kenapa Caca? Dari pagi kamu diam saja, tidak biasanya kamu seperti ini. Ada apa?"

Caca enggan untuk merespon pertanyaan Tisha, namun desakan Tisha membuatnya terpaksa untuk bicara. "Aku ngerasa aneh Sha, aku sedih, aku takut," ucapnya dengan wajah cemas, matanya berkaca-kaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GibrantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang