"Nona Eleanor."
Seseorang memanggil-manggilnya di luar, disertai dengan suara ketukan yang membuatnya terbangun.
Ia sedikit malas untuk saat ini dan masih sangat terkejut atas kejadian yang menimpanya.
"Siapa?!" Teriaknya.
"Ini aku, pelayan anda."
"Oh, silahkan masuk."
Pintu terbuka dengan sangat lebar dan pelayan itu memasuki kamarnya.
"Ada apa?" tanya Eleanor. Saat ini ia sudah menyandarkan tubuhnya.
"Yang Mulia Kaisar menyuruh nona untuk menghadapnya," ucap pelayan itu sambil tersenyum.
"Sekarang?"
"Tentu. Sekarang nona."
Eleanor terheran-heran, mengapa kaisar ingin bertemu dengan dirinya. Bukankah pria tua itu tidak ingin menemui anaknya?
"Baiklah aku akan bersiap-siap."
Eleanor kemudian bergegas, menuju lemari yang berisi penuh dengan baju miliknya.
"Apa anda perlu bantuan, nona?" tanya pelayan itu yang saat ini sedang berada dibelakang Eleanor.
Eleanor kemudian berucap dengan pelan. "Tidak usah, aku bisa sendiri."
Saat tangannya memegang sebuah baju yang menurutnya pas dengannya, Eleanor teringat sesuatu.
"Ngomong-ngomong siapa nama mu?"
Pelayan muda itu sedikit bingung atas pertanyaan yang diberikan oleh nonanya.
Padahal, sebelum ia tak sadarkan diri, Putri Eleanor mengingat jelas namanya.
"Apa nona tidak mengingat saya?" tanyanya pelan
Alis gadis itu terangkat dengan sangat jelas. "Ya?"
Eleanor terdiam setelah itu. Benar, saat ini ia tidak mengingat siapapun. Namun, sesekali ingatan milik gadis ini terlintas dalam dirinya.
Apa mungkin dia Elis? Pelayan Eleanor.
"Saya Elis, nona. Salam kenal!" Pelayan itu mengulurkan tangannya kehadapan Eleanor.
Sesuai dugaan.
"Kenapa?" tanya sang putri, seakan bingung dengan tindakan yang dilakukan oleh pelayannya itu.
"Barang kali nona dan saya mau berkenalan lagi," ucapnya sambil tersenyum dan memperlihatkan giginya.
"Ah... salam kenal." Eleanor kemudian menjabat tangannya.
Sebenarnya, ia tahu bahwa Eleanor memiliki pelayan yang bisa dipercaya dan namanya adalah Elis. Ternyata memang benar, itu adalah dia.
Mungkin karena ia membaca novel dan hanya bisa melihatnya di dalam imajinasi saja, ia tidak tahu jelasnya bagaimana wajah Elis yang sebenarnya.
"Biarkan saya yang menata rambut anda nona," ucap Elis.
Elis kemudian menuntun Eleanor duduk dihadapan cermin. Tangannya dengan lihai menata rambut Sang Putri.
"Wajah anda selalu cantik." Ungkapnya.
Eleanor hanya bisa menanggapinya dengan senyuman.
"Terima kasih."
"Tapi sayang anda tidak bisa melihat kawasan istana lain dan hanya sedikit orang yang bisa melihat wajah anda," ucap Elis dengan lesu.
Eleanor terdiam. Ia memang merasakan itu sejak kecil, hanya beberapa orang yang bisa melihatnya di dalam istana, itupun karena keadaan mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Princess
FantasySaphira Aretha. Dirinya tiba-tiba masuk ke dalam tubuh seorang putri setelah ia dikejar-kejar oleh seseorang yang tidak diketahui. Ia masuk ke dalam tubuh Eleanor Frost dan menjadi putri yang berbeda sebelumnya. Seperti, mereka berdua bertolak belak...