Seorang gadis dengan tinggi badan 168 cm mengendarai sepeda menuju ke halaman parkir di gedung dua lantai berwarna putih. Terlihat papan bertuliskan Rumah Sehat Pengharapan di depan pintu masuk gedung itu. Lana berjalan dengan penuh semangat memasuki pintu masuk. Beberapa perawat menyapa Lana dengan senyum ramah, hal itu membuat suasana di Rumah Sehat Pengharapan menjadi lebih ceria.
Rumah Sehat Pengharapan adalah tempat yang Lana bangun bersama beberapa teman Lana saat masih kuliah di Sidney dulu. Setelah menunggu 2 tahun akhirnya mereka bisa mengembangkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di wilayah terpencil ini. Liputan dari salah satu media di tanah air beberapa waktu lalu membuat Rumah Sehat Pengharapan mendapatkan lebih banyak sponsor sehingga bisa semakin berkembang.
Saat ini sudah ada 3 dokter dan juga 6 perawat yang siap melayani pasien di Rumah Sehat Pengharapan. Pasien yang datang biasanya dari warga sekitar yang juga merupakan tetangga di tempat Lana tinggal. Sudah hampir satu tahun Lana tinggal di sana dan dia mulai terbiasa menjalani hari-harinya yang baru.
Selesai berganti pakaian dengan seragam dinas Lana segera menuju ke ruang prakteknya. Sudah ada sepasang suami istri berusia lanjut menunggunya di sana.
"Selamat pagi kakek dan nenek. Sudah lama nunggunya?" Lana menyapa pasutri itu dengan senyum hangat sambil membuka buku yang ada di atas mejanya.
"Baru saja sampai kok dokter cantik. Kata perawat langsung masuk aja, jadi kami tunggu di sini," Nenek dengan rambut yang hampir putih semua menjawab sapaan Lana.
"Oke, kita periksa dulu yaaa," Lana mengambil stethoscope dari saku jas putihnya dan mulai memeriksa kondisi Nenek. "Tarik nafas, buang," kegiatan itu dilakukan selama tiga kali berulang.
"Saya gapapa kan dok? Si Kakek nih terlalu cemas, padahal saya cuma kecapean dikit aja," Nenek langsung ngedumel selesai Lana periksa.
"Yang Kakek lakuin gak salah kok. Kan tandanya sayang ya, Kek," ucap Lana dengan tawa kecil. "Nenek susah tidur gak belakangan ini?"
"Iya. Kalau malam agak sesak tapi masih bisa nafas. Jadi bantalnya harus disusun dua atau tiga biar tidurnya enak," Nenek menjelaskan.
Mendengar penjelasan Nenek tersebut Lana langsung menuliskan resep di kertas dan meminta Nenek mengambil obatnya di Apotek. Tidak lupa Lana meminta Nenek untuk tetap berjalan pagi agar sirkulasi peredaran darahnya lancar, tetapi jangan terlalu dipaksakan.
Begitulah kegiatan Lana setiap harinya. Ia libur di hari Sabtu dan Minggu, sedangkan Senin-Jumat hampir seharian berada di Rumah Sehat. Tidak jarang akhir pekan Lana datang membantu di Rumah Sehat jika kondisi sedang ramai.
Lana membuka handphone-nya. Terdapat notifikasi di layar. Mama. Begitu tulisan pada layar. Pesan dari Mamanya masuk 4 jam yang lalu dan Lana baru sempat memeriksa handphone-nya. Ia segera membuka pesan tersebut dan mendapati Mamanya sedang berpose dengan gaun putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
10.000 hours
FanfictionTime is precious they said. I think spend my precious 10.000 hours with you is not a bad idea.