Awal Pertemuan

78 0 0
                                    

Dijual Suami part 1

Neng, hari ini masak ya, dandan juga yang cantik.Temen Aa mau mampir ke rumah."

Itu sebuah pesan dari Riki kepada Alma istrinya. Pasangan yang baru satu tahun menikah dan belum dikaruniai momongan.

Setelah menikah dan merantau ke Jakarta, barulah sifat asli Riki kelihatan. Pemalas, tak mau bekerja, tukang judi bahkan mabuk dan main perempuan.

Sikap Riki yang tempramen dan suka memukul, membuat satu tahun pernikahan ini serasa sudah di dalam neraka bagi Alma.

Sering terbersit untuk kabur dari rumah ini, tapi kabur ke mana? Alma hanya gadis desa yang baru pertama kali menginjakkan kaki di ibu kota.

Pernikahan mereka memang tidak sehat sejak awal, Riki sebenarnya tak mendapat restu dari orang tua Alma, tapi karena Alma dan Riki sudah di garebek warga. Jadilah mereka terpaksa dinikahkan.

Padahal itu hanya salah paham saja, Alma yang tidak mau disentuh oleh Riki karena belum muhrim berusaha melepaskan pelukan Riki, namun nahas warga lebih dahulu melihat mereka berdua seperti sedang bermesraan.

Malunya diarak keliling kampung menjadi sejarah dalam kehidupan Alma. Belum lagi kemarahan dari Bapak dan Ibunya yang merasa malu tak becus mendidik putrinya dengan norma agama.

“Kalian harus segera dinikahkan saja, daripada jadi zina terus menerus,” kata pak Kades.

Alma merasa belum siap untuk menikah tapi ia bisa berbuat apa. Dijelaskan pun tak akan ada yang percaya. Alma pasrah menikah dengan mahar yang tak seberapa. Setidaknya dengan pernikahan itu, wajah orang tuanya bisa kembali tegak.

Riki seorang pengangguran yang gemar berjudi. Entah dari mana uang yang dibawa Riki ke rumah, Alma tak ingin terlalu tahu, takut Riki marah dan memukulnya lagi jika menanyakan asal usul yang ia berikan.

Sekitar jam sepuluh pagi, Riki dan temannya sampai di rumah. Teman suaminya itu berpakaian sangat rapi dan tampan, tubuhnya atletis dan bidang macam model yang sering berseliweran di TV.

"Neng, bikinin kopi dua. Sekalian siapin makannya,” ucap Riki berteriak dari ruang tamu.
Alma pun bergegas menyeduhkan dua kopi instan yang sudah ia beli tadi. Tak lama Alma membawa dua kopi itu ke ruangan di mana suami dan tamunya sedang berbincang.

Alma meletakan satu per satu kopi di atas meja. Terlihat teman suaminya itu melihat dengan sangat teliti pada Alma. Dari ujung kaki sampai ujung rambut, tak luput dari penglihatan pria itu.

"Gimana cantik kan?" ucap Riki sambil menyeringai.
"Ya, lumayan. Ok aku ambil,” kata tamu itu datar.

"Siap bos, mau ambil sekarang?"

"Ya, sekarang aja. Aku gak punya banyak waktu."

"Neng, sini.!" Panggil Riki berteriak.
"Iya, ada apa, A."

"Hari ini, kamu ikut sama si Bos. Temenin si Bos jalan-jalan"

Alma hanya diam tak mengerti dengan perintah suaminya itu.

"Udah jangan bengong, cepet ikutin si Bos, awas kalo kamu macem-macem. Aku pukul lagi nanti."

Alma yang bergidik ngeri langsung berdiri di samping tamu suaminya itu.
"Ini uangnya." Lima lembar uang merah tamu itu berikan pada Riki. Alma masih tak tahu itu artinya apa.

"Nurut apa pun maunya si Bos, awas kalau ngelawan" bisik Riki pada Alma. Alma pun pergi mengikuti tamu itu masuk ke mobilnya.

"Aku udah sewa kamu, jadi jangan coba-coba kabur" kata pria sesaat sebelum melajukan kendaraannya.

"Maksud Tuan apa? Saya di sewa? Sewa apa?"

Tanya Alma penasaran.

"Kamu bodoh, atau tolol sih? Mau-maunya kawin sama begundal macam Riki. Dia udah jual kamu ke Aku. Tadi uang itu DP nya."

Alma menghela nafas panjang, tak menyangka pria yang mengijabnya di depan sang Ayah, akan tega menjualnya pada pria lain. Alma kecewa dan hanya bisa tertunduk lesu menerima takdir.

Sekitar satu jam di perjalanan, sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup luas. Alma pasrah jika hari ini status ia menjadi seorang wanita sewaan.

"Masuk!"

"Baik, Pak."

"Jangan Pak lah, aku masih muda. Panggil Riko aja."

"Baik pak Riko, eh Riko" ucap Alma yang masih canggung.

Riko langsung masuk ke kamarnya. tinggallah Alma yang masih tak mengerti kenapa ia ada di sana sekarang.

"Alma. Sini masuk!” perintah Riko dari dalam kamar.

Dug dug dug dada Alma berdegup kencang.
Inikah saatnya Alma harus melakukan pekerjaan barunya sebagai wanita sewaan??  Walau takut. Alma tetap memberanikan diri masuk. Terlihat Riko sudah bertelanjang Dada.

Tanpa melihat ke arah Riko, Alma masuk.
"Sini, deketan. Ada yang mau aku omongin" ucap Riko lagi.
Alma benar-benar takut untuk langkah selanjutnya.

"Maaf Tuan, eh Riko mau buka baju sekarang? Eh maksud saya, saya buka bajunya sekarang?" Alma gugup.

"Ngapain kamu buka baju? Walau gak pake baju juga, aku gak bakal nafsu lihat kamu," ujar Riko

Alma jadi makin bingung.

Dijual SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang