Hentikan memakai pakaian laknat itu

44 0 0
                                    

Dijual Suami Part 5

Risih atau pengen ?" Goda Alma, sedangkan Riko memejamkan matanya, agar tak melihat isi lingeri itu.

Lalu Riko menjauhkan tubuh Alma dengan tangannya.

"Dengar ya baik-baik Alma. Kamu memang bisa membangkitkan gairahku, membuatku seranjang denganmu, tapi hanya sebatas itu saja.

Kamu akan kecewa karena aku tak pernah ingin menjadi suami apalagi seorang Ayah. Cam kan itu!

Aku tak bisa memberi sebuah tanggung jawab apa pun. Jadi jangan berharap lebih dariku. Karena aku pastikan kau tak akan mendapat apa pun dariku.

Maka hentikan memakai pakaian laknat seperti ini lagi,” ucap Riko sambil memegang dagu Alma lalu melangkah santai pergi ke kamarnya.

Alma merasa kalau yang dilakukannya adalah sebuah kebodohan dan malah mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Riko. Alma mengucurkan badannya di bawah guyuran air. Ia merasa terhina tadi.

Matahari pagi mulai bersinar. Ada sebuah kecanggungan di sana, di mana Alma merasa malu untuk menyapa Bos nya itu, begitu juga Riko yang tak ingin berbicara apapun pada Alma.

Suasana sarapan dilewati dengan keheningan dan pikiran masing-masing. Riko pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Alma merasa kalau ia telah gagal dan tak dibutuhkan lagi.

Hari ini Alma berniat pulang ke rumah menemui suaminya. Bagaimanapun itulah tempat ia seharusnya berada. Alma ingin kembali pulang bagaimanapun keadaannya, ia ingin menanyakan sendiri kepada Riki alasan ia menjual dirinya.

Saat memasuki pekarangan rumahnya, Alma melihat ada pakaian wanita di jemuran, terjejer rapi dan masih basah. Pintu rumah juga terbuka. Pakaian siapa? tanya Alma.

"Assalamualaikum Mas." Sapa Alma lalu berjalan masuk. Betapa kagetnya ia mendapati suaminya sedang makan bersama seorang wanita.

"Mas, siapa dia?" Kata itu diucapkan berbarengan dengan wanita yang sedang menyendokkan nasi di hadapan Riki.

"Oh, kau pulang Alma. Ada apa? Ini Ratna istriku,” jawab Riki datar.

Alma yang mendengar kalau ia sudah dimadu. Sangat sedih.

"Jadi kamu selingkuh, selama aku tak ada? Tega kamu Mas." Alma merasa sangat terpukul dan sedih.

"Sudah jangan ngoceh disini. Berisik. Ga lihat aku lagi makan." Riki mulai menaikkan nada suaranya

"Tega kamu Mas, kenapa kamu menjual aku, istrimu sendiri pada pria lain. Apa aku ini barang dagangan yang seenaknya kamu jual. Aku istri sah mu Mas. Bukan boneka."

Lalu Riki murka dan melemparkan piring ke dinding.
PRANK..

semua yang ada di sana ketakutan melihat pecahan piring yang berserakan.

"Lalu kamu maunya apa huh? Mau ku siksa lagi atau mau ku cambuk dengan ini." Riki melepaskan Gesper, yang siap ia hujamkan pada Alma. Riki terlihat sangat Murka.

"Iya, aku menjualmu, lalu kau mau apa Huh? Protes? Ga terima?" Mata merah Riki menyiratkan amarahnya yang besar.

"Setidaknya ceraikan aku dulu Mas, kalau kau ingin dengan perempuan lain."ucap Alma menangis ketakutan.

"Cerai katamu, Hah ingat kita cuma kawin Agama. Tak tercatat di negara. Aku bisa meninggalkanmu kapan saja. Toh aku masih berstatus lajang di KTP."

Alma baru ingat, kalau selama ini Riki tak juga mendaftarkan pernikahan mereka, jadi buku nikah tak pernah di miliki.

"Kamui mau ucapan talak? OK. Aku kasih. Gampang. Aku ceraikan kamu Alma talak tiga langsung."
ucap Riki enteng, sedangkan Alma sedih kenapa ia harus dibuang semudah itu oleh suaminya.

"Salahku apa Mas, sampai kau tega begini padaku. Aku harus pergi kemana? Ini rumahku juga. Aku berhak tinggal disini.” Alma bicara sambil terus menangis dan mengiba.

"Pergi dari sini, jangan kembali lagi. Aku sudah punya keluarga baru. Jadi jangan coba-coba mengusik kehidupan kami lagi,” ucap Riki sambil mengecup istri barunya di hadapan Alma.

Lalu Alma diseret keluar oleh Riki. Akhirnya ia bersimpuh di teras depan rumahnya. Ia menangisi kemalangannya.

Alma tak punya tempat lain, selain rumah Riko. Terpaksa ia kembali ke sana. Tugasnya hanyalah membersihkan rumah, menyapu, mencuci dan menyiapkan makanan.  Tak berat, selayaknya asisten rumah tangga pada umumnya. Ia kini menyadari posisinya dan tempatnya di sini sebagai apa.

Riko masih mendiamkan Alma. Riko bahkan tak pulang malam ini.

Sebuah mobil masuk ke halaman, ternyata itu mobil Mami ibunya Riko.

"Hi, Alma Mami tak sabar mendengar kabar baik darimu. Bagaimana Riko sudah kamu taklukan kan?"

"Maafkan saya Mami. Riko menolaknya. Ia mengatakan kalau saya memang bisa membuat Riko bergairah. Tapi Riko tak ingin mempunyai tanggung jawab baik sebagai Suami atau Ayah. Intinya Mas Riko Menolak Mi, maafkan saya."

"Hah, serius Riko bilang gitu.? Benar-benar parah nih anak. Pantesan dia sekarang nginep di hotel bareng teman-temannya."

"Jadi bagaimana Mami, saya kan sudah gagal. Apa saya dipecat?" Tanya Alma.

"Sudah. Kita fikirin nanti. Kamu istirahat. Mami mau lihat Riko dulu di hotel."

Lalu ibunya Riko pergi. Alma tak tau harus bagaimana sekarang. Alma ingin menanyakan itu pada Riko besok.

Setelah sehari semalam Riko tak pulang, di malam kedua Riko akhirnya pulang. Ia mengacuhkan Alma, lalu masuk dan mengunci pintu kamarnya.

Tok...tok ... Tok
“Riko. Bisa kita bicara sebentar,” ucap Alma mengetuk pintu yang rapat terkunci.

Lalu Riko keluar dengan baju kerja  yang masih menempel di tubuhnya.

"Ada apa?" Tanyanya ketus sambil duduk di sofa.

"Riko, aku ingin menanyakan pekerjaanku di sini sekarang. Aku kan tak bisa lagi menjadi Tamengmu. Aku juga tak bisa melakukan hal yang Mami minta. Lagi pula kau terus mendiamkan aku. Jadi kau ingin aku bagaimana? Apa aku harus pergi dari sini agar kamu nyaman kembali.?" Alma merasa putus asa.

"Kalau mau kamu bisa kembali ke suamimu ,” ucapnya datar.

Alma hanya bisa mengela napas mendengar pernyataan bosnya itu. Jika saja dia tahu yang sebenarnya. Bagaimana dia memperlakukan aku tadi.

Lalu bagaimana nasib Alma ya?

Bersambung.

Dijual SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang