Bukan Teman Ranjang

61 0 0
                                    

Dijual Suami Part 2

"Bukannya saya disewa untuk jadi teman ranjang Tuan?" tanya Alma.

"Oooh itu ... Iya harusnya gitu, tapi aku nyewa kamu bukan buat gituan. Aku mau kamu beresin rumah ini sampai bersih dan kinclong. Cuci bajuku juga dan ini uang buat kamu belanja. Masak makan malam buat empat orang. Aku mau ke kantor dulu, nanti malam aku pulang, rumah harus sudah beres dan udah ada makanan juga. Mengerti ?" jelas Riko panjang lebar.

"Mengerti Tuan, eh Riko,” jawab Alma.

"Kamu, salah terus. Biasain panggil Riko aja jangan Tuan, tuan, emang aku setua itu."  Gerutu Riko.

"Eh, tapi Riko gak jadi buka bajunya?" tanya Alma Polos. Yang ia pikirkan kalau pekerjaannya itu harus melayani di ranjang.

"Buka baju?! Nanti deh aku pikirin. Sekarang kamu kerjakan aja yang tadi aku suruh. Jangan lupa Mandi. Nanti aku pulang harus cantik lagi."

"Baik Riko" akhirnya Alma menyebut nama itu tanpa salah dan merasa malu sendiri.

Setelah Rapi dengan setelan jasnya Riko menaiki mobil dan melaju pergi. Tinggallah Alma di rumah itu seorang diri untuk melakukan tugasnya. Rumahnya tidak kotor, hanya sedikit berantakan. Alma pun memulai aksi bersih-bersihnya.

Hari mulai sore, saat Alma menyelesaikan tugas bersih-bersihnya. Ia bergegas masak untuk makan malam. Akhirnya semua tugas selesai. Alma juga sudah mandi dan bersolek. Tinggal menunggu Bosnya itu datang untuk menilai hasil pekerjaannya.

Alma bosan, dan hanya mondar-mandir. Kapan pulangnya ya? Tanya Alma dalam hati. Ia pun memutuskan menonton TV di sofa. Lalu terdengar sebuah mobil masuk ke pekarangan. Alma mengintipnya dari jendela. Ia lalu bergegas untuk membukakan pintu.

"Sayang. Ini mami sama papi mau mampir katanya. Mereka pengen ketemu kamu,” ucap Riko yang langsung mengecup pipi. Alma terkejut dengan ucapan sekaligus perlakuan Riko barusan. Alma masih mematung.

"Sini dong sayang, salim sama Mami." Riko memegang tangan Alma. Terlihat dua wanita yang saling berhadapan mengedarkan pandangan menelisik. Alma dengan pikiran tak mengerti sedangkan wanita paruh baya itu dengan pikiran siapa wanita yg ada di hadapannya ini.

"Ayo dong Mi, jangan di pelototi gitu, nanti dia takut."

"Bener ini pacar kamu Riko? Perempuan tulen?"

"Ih, Mami apaan sih, kita udah tinggal bareng sekarang. Eh masuk  yuk, Alma udah masakin kita makan malam juga. Iya kan sayang?

Alma tak menjawab hanya mengangguk.

Alma makin tak mengerti dengan skenario ini. Mana mungkin pria Metro seksual macam Riko tak ada satu pun gadis yang menyukainya, pikir Alma.

Suasana canggung dirasa oleh Alma di meja makan itu. Ya ... ada empat orang di sana tapi tak seorang pun yang Alma kenal, kecuali Riko. Bos baru-nya.

"Gimana, Mi, enak gak masakan pacarku?"

"Enak sih, tapi Mami belum percaya 100 persen sama kamu."

"Percaya apa sih, Mi. Jelas-jelas kita tinggal serumah. Apalagi kalau bukan kami saling mencumbui ... eh Mencintai, iya kan sayang? Riko langsung menatap Alma.

"I...iiya Bu" jawab Alma sambil tersenyum bingung.

Acara makan malam berakhir, Alma risi karena Riko selalu menggandengnya ke mana pun. Berasa truk gandeng saja.

"Tadinya, Mami mau lebih lama di sini, mau mengobrol lebih banyak sama kamu Alma, tapi Papi mesti minum obat, sedangkan obatnya ada di rumah. Lain kali Mami mampir lagi ya."

"Beres, Mi, nanti kalau mau kesini telepon dulu, biar disiapin lagi sama Alma," jawab Riko gembira. Ibunya hanya mendelik, seakan tak percaya penuh atas kelakuan Riko.

"Alma nitip Riko ya, jaga agar dia gak belok lagi." Bisik Mami ke telinga Alma. Alma hanya menjawab dengan anggukan karena tak sepenuhnya mengerti situasi apa yang sedang ia lakoni di sana.

Kedua orang tua Riko akhirnya pulang, Alma merasa Riko berhutang penjelasan padanya.

"Riko, bisa kamu jelaskan yang tadi itu apa? Sandiwara? Kenapa melibatkan aku? Terus tadi ibu kamu menyuruh aku jagain kamu biar gak belok lagi, maksudnya apa ya? Emang ada ya hidup yang belok?"
Tanya Alma saat mereka berdua duduk di Sofa.

"Udah ah, aku capek. Bahasnya besok aja. Aku ngantuk mau tidur, besok kerja. Ok."

"Terus, aku tidur dimana ?" tanya Alma karena tempat tidurnya hanya satu.

"Ya, terserah lah, mau di teras ke, mau di WC ke, sesuka hati kamu nyamannya di mana. Atau mau tidur di ranjangku?" tawar Riko dengan senyum mesum

"Kenapa enggak, toh aku disewa buat tidur sama kamu kan.?" ucap Alma menantang

"Kamu cita-citanya jadi wanita penghibur, ya? ko maksa banget ke ranjang. Inget ya, aku sewa kamu bukan untuk begituan, aku perlu kamu buat tameng agar Mami Papi-ku gak ngatur hidupku lagi.”

"Mas Riko emangnya gak laku-laku sampe harus sewa saya segala buat pura-pura jadi pacar mas Riko? Mas Riko kan Ganteng?"

"Mas, mas. Emang aku tukang emas. Mas, mas. Inget, panggil Riko aja. Jangan kampungan. Ya ... semua memang bilang aku Tampan, mapan, sexy. Itu fakta yang tak terbantahkan. Aku hanya muak saja sama yang namanya makhluk perempuan. Ok bay aku mau tidur dulu, capek.”

"Oooh. Ngomong-ngomong kapan aku bisa pulang, maksudku kapan sewa ku berakhir?" tanya Alma.

"Kamu bener mau pulang sama si begundal itu lagi. Apa kamu suka dipukul sampai memar sama si Riki?"

"Ko, kamu tau aku sering dipukul ?"

"Si begundal itu yang bilang sendiri, kalau dia bosan hidup sama kamu, makanya dia jual kamu sama aku. 10 juta. Harga tubuh dan nyawamu dia jual"

Alma yang mendengar pernyataan Riko tadi merasa terhantam gada besar. Tega benar suami yang selalu ia hormati sebagai kepala rumah tangga tega menjualnya pada pria lain. Alma seketika menangis, meringkuk di sofa.

Riko mencoba mendekat "tenang aja duitnya gak aku kasih semua, aku tak tega sama kamu. Sisanya 8 juta bisa kamu pegang sendiri."

Alma yang mendengar kalau ia akan mendapat uang atas penjualan dirinya semakin sedih. Ia merasa seperti barang rongsokan yang dilempar ke sana kemari, tak berharga.

"Kamu pilih, mau pulang lalu dipukuli lagi sama si brengsek Riki, atau di sini tetap jadi asistenku. Aman dan dapat gaji pula. Kamu hanya tinggal berpura-pura di depan Mami dan Papi aja. Gampang kan. Di sini kamu bebas, tak akan ada yang memukulmu lagi." Tawaran Riko memang benar adanya. Di sini Alma bisa makan enak dan aman tanpa takut dipukul dan melihat amarah Riki lagi.

"Iya, Mas Riko. Saya mau tinggal di sini saja. Tapi baju aku gimana? Aku cuma bawa baju ganti satu."

"Ya udah, beli baru aja kan kamu punya uang dari aku. Lagian baju di rumah paling daster butut kan ?"

Selalu saja Riko menghina, walau memang ia. Yang tertinggal hanya baju lusuh saja.

Bersambung

Dijual SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang