6. Kepergian Alma

27 0 0
                                    

Dijual Suami Part 6
___________________

Benarkah Bosnya itu ingin dia pergi dari sana, kembali ke rumah Riki yang pemarah itu? Bukankah dia yang dulu menyarankan untuk tetap tinggal menjadi asistennya?

Mengapa sekarang dia menyuruh pergi? Benarkah kesalahannya kali ini sangat fatal bahkan Riko ingin Alma kembali saja ke rumah suaminya?

Dulu Riko seperti ingin melindunginya tapi sekarang ia acuh tak acuh bahkan mungkin tak peduli lagi Alma mau bagaimana.

“Aku tidak bisa kembali ke sana. Dia sudah punya istri baru. Aku diusir dan diceraikan  Riki."  Alma menyatakannya dengan perasaan sangat sedih.

Suasana hening tak ada yang mengeluarkan suara.

"Terserah, kamu mau pergi ataupun tinggal. Yang pasti jangan coba-coba mengubahku. Aku tak suka diubah-ubah. Aku mau tidur, capek." Riko lalu pergi kembali ke kamarnya lagi.

Riko sebenarnya hanya tak suka Alma mencampuri kehidupannya. Berusaha merubah sesuatu pada dirinya.

Riko hanya ingin hidup seperti yang ia inginkan saja bukan seperti yang orang lain inginkan.

Jujur ucapan Riko tak menyelesaikan masalah. Malah membuat hati Alma sakit bagai luka ditabur garam.

Alma bertekad akan pulang saja ke kampung halamannya. Membuka lembaran baru di hidupnya. Karena di sini, ia sudah tidak ada tempat lagi.

Uang pemberian Riko dulu, masih ada, dan bisa dimanfaatkan untuk ongkos dan juga modal ia nanti di kampung.

Besoknya setelah Riko berangkat ke Kantor. Alma juga sudah mengepak pakaiannya di tas kecil. Tak banyak baju karena memang Alma tak memiliki banyak baju di sana.  Beberapa potong baju memang ia beli kemarin dari uang penjualan dirinya.

Tekatnya sudah bulat akan meninggalkan rumah ini, kota ini dan semua masalahnya di sini. Tak ada yang memerlukan keberadaannya lagi sekarang.

Dengan sedikit air mata, Alma mengucapkan perpisahan pada rumah yang beberapa hari ini menjadi tempat ternyamannya.”. Selamat tinggal ya. Jaga majikanmu baik-baik. “ ujar Alma pada kucing kesayangan Riko.

*************

Rumah nampak gelap saat Riko memasuki pekarangan rumahnya. Beda dengan hari-hari biasanya. Yang sudah terang benderang.

"Alma ... Alma...kamu di mana?" Teriak Riko mencari keberadaan wanita penghuni rumahnya. Tapi tak didapati dimana pun keberadaannya.

Ia tersadar kalau tak ada barang-barang Alma lagi di sana. Rumahnya kembali dingin dan sepi. Penyesalan tak datang di awal. Selalu datang di akhir.

"Alma. Aku mohon jangan pergi, aku mulai terbiasa dengan adanya kamu." ucap Riko sambil bersimpuh menitikkan air mata.

Entah mengapa Riko merasa sangat sedih tak mendapati Alma lagi di rumahnya. Tapi ia bisa apa? Itu sudah jadi pilihannya.

Setelah kepergian Alma, Rico merasa tak betah lagi di rumah. Ia kembali menyibukkan diri dengan teman-temannya di pusat kebugaran.

Sebuah perasaan kehilangan yang aneh. Mungkin karena terbiasa beberapa bulan ini ada seseorang yang membukakan pintu, memasak berbagai makanan dan seseorang yang menunggunya pulang.

Riko paham betul, tak ada Satu pun alasan yang bisa ia gunakan untuk menahan Alma pergi. Bukan cinta, tapi hanya perasaan kehilangan sesuatu yang terbiasa.

Riko tak ingin mengakui hati kecilnya, yang menginginkan Alma kembali. Tapi egonya lebih kuat. Tak mungkin menjilat ludah sendiri.

Begitu pula Alma. Ia kini berada di rumah orang tuanya di Desa.

Kehadirannya disambut hangat oleh ibunya, tapi tidak dengan bapaknya.

Ia menganggap pantang bagi wanita yang sudah menikah pulang ke rumah orang tuanya, apalagi sampai di ceraikan.

Pasti masalah ada pada anaknya yang tak becus menjaga keutuhan rumah tangga.

Bapaknya bermuka masam saat Alma menceritakan kalau dia sudah diceraikan suaminya.

Tentu Alma tak menjelaskan alasan suaminya menceraikan, biarlah hanya dia yang tahu semua kepahitan rumah tangganya.

Tak tega jika harus membuat orang tuanya ikut bersedih.

Alma tak ingin berdebat dengan Bapaknya, kalau saja ia tahu, anaknya di pukuli sampai di jual, pasti akan beda sikapnya. Tapi Alma berusaha menutup rapat-rapat cerita pahitnya itu.

Alma duduk di teras sambil melihat langit senja. Ia teringat, biasanya menjelang sore begini ia sedang duduk menonton TV, menunggu Riko pulang. Tepat pas Azan Magrib. Pasti Alma membukakan pintu untuk Riko.

Walau Riko bukan siapa-siapanya Alma, tapi ada sebuah kebahagiaan saat Riko pulang kantor. Sama seperti jika Riki suaminya dulu pulang.

Alma sangat senang melihat Riko selalu menyantap apa pun yang Alma masak.

Berbanding terbalik dengan Riki, walaupun Alma sudah masak, tapi ia tetap memilih makan mie.
Jadilah masakan Alma tak tersentuh. Setidaknya Riko bisa menghargai masakannya.

Jika saja Riko pria yang normal. Alma sudah jatuh hati padanya. Sayang Riko tak membutuhkan seorang pun di dekatnya.

Alma merasa sedih mengingat hal itu. Alma akan kubur dalam-dalam perasaan simpati pada Riko itu.

Ingin percaya kalau Riko bisa berubah menjadi pria normal yang menyukai lawan jenis,tapi ... Alma tak bisa memastikan hal itu bisa terjadi.

"Riko, Alma mana?" Tanya wanita yang dipanggilnya Mami.

"Mami, kesini cuma mau mencari dia? Maaf ini bukan rumah wanita itu." jawab Riko santai.

"Riko ! Mami serius. Kamu umpetin dimana Alma?" Maminya langsung mencari ke semua ruangan.

"Kamu usir dia, Riko?" Telisik Mami.

"Bukan ngusir, lebih tepatnya dipersilahkan memilih, mau tetap tinggal atau pulang kampung. Gitu nyonya Mami." ucap Riko datar. Mami terlihat sedikit bingung. Tapi ia tahu Riko tak seceria saat Alma masih di sini.

"Kamu ngerasa kesepian ya, Alma gak ada?" Goda Mami.

"Biasa Aja, perasaan Mami aja kali." Riko berusaha menutupi kegugupannya.

"Biasa, ko uring-uringan. Kamu mau, Mami ajak Alma kembali kesini, kerja lagi disini gitu.?" Goda Mami

"Gak ah, nanti dia ngelunjak, aku gak suka ngemis-ngemis sama orang. Emangnya dia siapa?"

Riko punya ego yang tinggi. Ia tak suka memohon atau meminta sesuatu pada orang lain, apalagi pada seorang wanita.

"Bener gak mau?" Goda Mami lagi.

"Kalau Mami masih mau bahas dia, mending pulang aja, aku ngantuk, cape mau tidur." Entah mengapa Riko jadi kesel dan emosi jika Maminya terus membahas Alma.

"Atau mau Mami kenalkan sama anak teman Mami ?" tawarnya.

BRAK.. !

Riko menutup pintu kamarnya kasar. Meninggalkan Maminya sendiri di ruang tamu.

"Dasar, diajak normal gak mau"

Di dalam kamar Riko memikirkan perkataan Maminya, tentang menawarkan kembali Alma bekerja di rumahnya. Alasan yang masuk diakal. Riko jadi terpikir untuk merencanakan sesuatu.

Bersambung

Dijual SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang