3

247 12 1
                                    

"Ahhh..." Terlihat seorang gadis yang terduduk di atas bebatuan, naluriku berjalan dengan sendirinya. Menghampiri dan menyentuh kaki yang menjadi sumber dari sakitnya.

"Batunya licin, hati-hati. Maaf boleh aku cek?" Aku tak akan menyentuhnya jika dia tak mengizinkanku, dan sepersekian detik dia mengangguk.

     Ku pijit pergelangan kakinya, ternyata benar dia terkilir. Pergelangan kakinya membengkak.
Aku merutuki kecerobohan Akbar yang lalai dengan kesiapan apa saja yang harus diperhatikan untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Akbar, Jangan bilang kesiapan tim medis lu lupa." Sebuah senyum tak berdosa memberi jawaban jelas.

"Kenapa sih lu..." Frustasiku.

"Baiklah, Ku pikir kamu akan kesulitan berjalan. Mau aku gendong?" Sekali lagi hanya anggukan.

     Yang lain mencoba membantunya berdiri, peralatanku ku serahkan Akbar. Entahlah mengapa bukan Akbar yang turun tangan, dia terlalu lamban menentukan sikap dan hari mulai sore.

"Maaf...." Lirih dari punggungku.

"Untuk?"

"Aku sudah merepotkan kalian, terutama kamu"

"Kami yang minta maaf, persiapan kami kurang matang sehingga penanganan untukmu belum maksimal"

Hening, tak ada lagi jawaban ku dengar

"Kamu pasti capek." Lagi, lirihnya dari punggungku.

"Enggak, sudah istirahatlah."

"Terimakasih." Aku hanya mengangguk.

     Akhirnya sampailah kami di titik dimana mobil rombongan kami terparkir. Ku turunkan dia tepat di depan pintu mobil, Empat gadis lain bergegas membantunya naik ke dalam mobil. Belum sempat langkahku menjauh suara yang lagi dari punggungku kembali ku dengar.

"Tunggu, terimakasih. Bisakah ku tau namamu?"
Aku sedikit menoleh.

"Panggil saja Al." Dan bergegas menuju mobilku.

     Kini terlihat lelaki menyebalkan duduk dibelakang kemudi dengan tawa mengejek, jika saja dia bukan sahabatku pasti tinjuku sudah melayang di wajah plaboynya.

"Harusnya itu jadi kesempatan lu buat deketin dia bro."

Aku tak bergeming, entah mengapa otaknya hanya berisi wanita dan selangkangan. Bisa di bilang dia mengambil profesi ini hanya untuk memuaskan nafsu mata keranjangnya.

"Cantik loh, kayanya sih tipe lu banget."

"Nggak terlalu tinggi, enggak kurus, berisi alias semok, kulit bersih, senyum manis. Apalagi ya...."

"Stop berpikir ngeres, Lu ya ah elah. Kenapa sih fantasi lu liar banget."

"Hahaha, manusiawi lah. Lu lihat tuh si Mika, aduh bikin gue sange." Pandanganku mengarah pada gadis berwajah oriental. Memang Akbar lebih menyukai tipe seperti itu, mungkin karna terlalu sering nonton bluefilm kali.

"Sumpah pen gue pitak kepalu lu nyet. terus yang kemarin mau dikemanain?"

"Udah lewat, bekas orang banyak."

"Kek sendirinya enggak."

"Kurang keras brader!" Kami tertawa serempak.

     45 menit rombongan kami telah memasuki kota, tujuan selanjutnya adalah hotel. Ini yang paling menyebalkan karna aku harus menempati kamar yang terkoneksi dengan kamar Akbar, Ya memang demi kelancaran pekerjaan kami. Namun ada satu hal yang membuatku bergidik ketika bukan hanya sekali aku menemukannya sedang bergulat dengan seorang wanita yang selalu berbeda. Dan Aku yakin kali ini Mika juga akan kena.

"Nih kunci kamar lu!"

"Thanks, btw kalo lu nanti main kabari ya biar gue nggak perlu nyelonong ke kamar lu lagi."

"Hahaha, Yakin lu nggak mau threesome?"

"Pengen ngrobek barang tapi bukan kertas!" Geramku

"Hahaha. Selamat menikmati, Al!" Apa maksudnya.

     Akhirnya aku bisa membaringkan tubuhku, mungkin sedikit terlelap akan membuatku segar kembali.
Tidurku tak nyenyak karna sesampainya tadi aku tak langsung membersihkan diri, Aku bergegas ke kamar mandi.

Cklek

"Damn!!" Segera ku tutup kembali pintu kamar mandi.



Hai, masih menunggu kah kalian?
Terimakasih sudah menunggu
ILY Guys 🧡
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan 🙏🏻

Jejak Alam (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang