4

234 14 7
                                    

Ku hampiri seseorang yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini.

"Asu!" Entah keberapa kali aku melihat adegan ini.

brak

Ku atur nafasku, double kill. Mataku sudah terkontaminasi hal-hal negatif malam ini. Ku langkahkan kakiku menuju balkon untuk sekedar mencari udara segar.

Lamunanku berkelana, sembari angin malam yang menenangkan bayangan itu muncul kembali. Ku coba menikmati kemana ia membawaku, sakit kepalaku semakin sakit.

"Arrrgghhhhh, Apa maumu!"

"Al...." Ah Aku baru ingat bahwa kali ini aku sedang tak sendiri di kamar ini.

"So sorry."

"Untuk?" Dia mengambil duduk disebelahku.

"Tadi dan barusan." Pandanganku tetap lurus kedepan dan terus menerka sebenarnya apa yang sedang ku alami.

"Oiya, kenapa bisa kamu ada di kamarku?"

"Sebenarnya kamarku ada di sebelah tapi Mika dan Akbar memintaku pindah ke kamar ini dan mereka..."

"Aku sudah tau."

"Kamu tau darimana?" Kagetnya. Aku hanya mengedikkan bahu.

AUTHOR POV

"Asu!" Umpatan khas yang begitu dikenal Akbar.

brak

Aktivitasnya sedikit terganggu, ketika ia menoleh ke sumber suara ternyata nihil.

"Argh...."

"Siapa tadi?" Tanya seorang wanita yang kini berada dibawah kungkungan Akbar.

"Entahlah, mungkin Al."

"Bagaimana jika dia tau apa yang kita lakukan, Akbar?"

"Sudahlah, Dia nggak akan bocor kok." Tubuh Akbar semakin menindih Mika. Tak hentinya ia menjelajahi leher jenjang Mika.

Inci demi inci tak ada yang terlewat, tangannya bergerilya mengabsen setiap permukaan kulit Mika.

"Ahhhhh....." Tepat ketika Akbar meremas payudara Mika yang besar. Desahan yang membuat Akbar semakin menegang.

"Kamu menyiksaku, sayang." Kini tangan Mika tak hanya diam, dibelainya batang milik Akbar yang masih aman terbungkus short.

"Ahhhsss.... apa perlu aku memberimu hukuman Mika?" Rancau Akbar yang semakin tak bisa menahan untuk menghabisi wanita dalam kungkungannya.

"Aku yang akan menghukummu, sayang." Kini keadaan berbalik. Mika telah menguasai tubuh Akbar, tangannya bergerilya melepas short milik Akbar dan menampilkan pemandangan yang membuatnya takjub.

"Kamu udah nggak sabar ya?" Mika menindih tubuh Akbar dan menggesekkan miliknya dengan milik lelaki yang ada dala kendalinya.

"Ahhhh Mika, kenapa kamu menyiksaku!" Akbar ingin membanting Mika, Namun usahanya tertahan ketika Mika menggigit bahunya.

"Arrrgghh...."

"Sabar dong, jangan gegabah. Disini kendali ada padaku." Akbar hanya menatap tak percaya, baru kali ini ada wanita yang mendominasi permainannya.

Tangan Mika mulai menyusuri tubuh kekar Akbar, sampai dia menyentuh sesuatu yang keras. Diremasnya perlahan hingga si empunya hanya mampu mendesah pasrah.

"Mika please....." Rintih Akbar yang tak puas hanya dengan permainan tangan Mika. Mika mulai mengulum batang itu hingga seisi ruangan dipenuhi suara desahan dan gesekan benda itu dengan mulut Mika. Lolipop, itu yang ada dalam pandangan Mika. Tak hentinya dia menikmati milik Akbar.

Seisi ruangan penuh dengan desahan dan erangan dua manusia yang sedang bergulat hebat. Akbar yang kini terkulai lemah karna serangan dari Mika kini tersenyum puas, belum pernah dia merasakan sensasi bercinta seperti ini. Bercinta dengan seorang model yang mendominasi setiap permainan hingga menghabiskan seluruh energinya. Akbar tak habis pikir bagaimana bisa dia berada dibawah kendali seorang wanita.

"Aku lelah Mika, apa kamu tidak?"

"Sedikit, tapi rasanya perih, milikmu terlalu besar."

"Hahaha, makanya jangan kerja sendiri sayang." Akbar mengusap punggung Mika.

"Aku suka kamu terlihat lemah di depanku." Sambil mengusap kembali milik Akbar.

Braakkk

"Belum selesai juga?" Al membuka pintu kasar dan berseru sambil menutup mata.

"Al lu tu nggak tau orang seneng!"

"Mik, pakai bajumu dan kembali ke kamarmu. Besok masih banyak pekerjaan!"

Akbar segera memakai celananya dan menghampiri sahabatnya yang sedari tadi memalingkan pandangan dari mereka.

"Bro, sorry.... sebenernya ini kamar mereka. Gue sengaja biar bisa semalaman sama Mika. Please..." Akbar memasang puppy eyes berharap Al mengasihaninya.

"Jijik gue!"

Brak

Al langsung menutup pintu dan langsung kembali kekamarnya dengan wajah masam. Bukan tak ingin berbagi tetapi dia tak terbiasa tidur dengan seorang wanita meskipun dia sendiri wanita.

"Akbar tidur dengan Mika, malam ini kamu bisa tidur disini. kamu di atas ranjang, aku bisa di sofa." Al bergegas merebahkan dirinya di sofa sebelah jendela kaca besar.

"Maaf, Aku saja yang di sofa. Bagaimanapun ini kamarmu."

"Sudahlah bergegaslah tidur."

"Al...." Lirihnya.

"Hmm." Jawab Al yang kini tengah memejamkan mata.

"Aku Gina, kamu bisa panggil aku dengan namaku."

Tak ada respon, hanya terdengar dengkuran halus. Gina mendekat dan yang kini dia lihat adalah Al yang tengah terlelap. Diperhatikannya setiap inci wajah seseorang yang seharian ini dekat dengannya. Hasrat untuk mengusap wajahnya terus memaksa Gina untuk mengulurkan tangannya mendekati wajah Al.

Sreekkkk

THANKS GUYS
TINGGALIN JEJAK YA, BIAR MAKIN CEPET UP NYA 😉
SEE YOU GUYS

Jejak Alam (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang