12. Permintaan maaf

50 7 40
                                    

Amisha duduk disamping shraddha yang tengah merawat tanaman-tanamannya, "Nah, ami tolong ambilkan gunting kecil itu." ucap shraddha pada ami, "Ini." ucap amisha sembari memberikannya gunting.

Shraddha nampak sibuk dengan tanamannya, amisha jadi bingung harus mengatakan apa soal rencananya dan veer. "Oh yaaa ami, nanti malam aku akan makan malam bersama orang tua sid." ucap shraddha tanpa menatap.

Amisha menengok, "Sungguh?!" ucapnya begitu teramat terkejut, shraddha langsung menengok. "Kenapa terkejut begitu?" tanya shraddha bingung.

Amisha menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Tak ada... Lanjutkan..." ucap amisha sembari memberikannya pot bunga, lalu amisha pun pergi meninggalkan shraddha begitu saja yang kebingungan.

Bisa-bisanya amisha memberikannya pot bunga padahal pot itu sudah ditaruh ditempatnya, "Bocah prik." ucap shraddha sembari menggeleng.

Amisha pun menjauh dari shraddha dan menelepon veer segera.

'Yaa ami? Ada apa?'

"Sial. Aku sudah pesan tempatnya dan meminta dekorasi romantis, shraddha ternyata akan datang kerumah sid karena undangan makan malam ibunya."

'Loh, terus gimana?'

"Mana ku tau. Aku seballll... Ih!"

(tertawa kecil) 'Sudahlah tak apa...'

"Tak apa bagaimana? Aku sudah mempersiapkan dengan sangat romantis."

'Ummm....' (bingung)

"Aaa menyebalkan!"

'Sudah sudah, eh yaa... Bukankah kita punya rencana untuk pergi bersama? Kenapa tidak kita gunakan itu aja?'

"Tapikan itu tempat romantis..."

'Yaa bagus dong.'

"Hah?"

'Maksudku adalah, tempatnya bagus untuk memulai persahabatan diantara kita berdua begitu.'

'Memangnya kenapa dengan tempatnya, toh yang kita inginkan adalah persahabatannya bukan?'

"Benar juga yaa."

"Baiklah, kita gunakan saja. Lagi pula... Sayang kita udah mahal-mahal gak dipake."

'Okey deh.'

"Baiklah sampai nanti."

'Yaa sampai nanti.'

Tut.

Amisha tersenyum sendiri, lalu kembali menemui shraddha. "Aku ada janji malam ini, kau bisa mempersiapkan dirikan?" ucap amisha pada shraddha, "Yaa tentu saja. " jawab shraddha tanpa menatap.

"Baiklah, aku pergi dulu." ucap amisha sembari memeluk shraddha, "Yaa, selamat bersenang-senang." ucap shraddha dan amisha pun pergi.

Shraddha yang mencoba mengatur kembali moodnya mencari pakaian yang harus ia pakai, ia mengambil pakaian berwarna merah muda.

Setelahnya, ia bersiap untuk kesana. Ia pun mengambil hoodie berwarna cream, memakai kacamata dan masker. Ia keluar dengan sembunyi-sembunyi menggunakan kendaraan umum.

Ketika sampai didepan rumah keluarga malhotra barulah ia membuka semuanya, lalu mengetuk pintu rumah keluarga tersebut dengan senyuman lebar.

Ibu sid membukanya, "Hei, calon menantuku sudah datang." ucap ibu sid sembari memeluk shraddha, "Iyaa ibu." jawab shraddha sembari membalas pelukan ibu sid.

Ibu sid menyuruhnya masuk, "Kakak dan kakak ipar sid sedang keluar kota bersama adhiraj." ucap ibu sid menjelaskan dan shraddha hanya mengangguk.

"Ayah..." panggil shraddha sembari menyentuh kaki ayah sid. Kini shraddha tak lagi memanggil mereka paman-bibi melainkan ayah dan ibu begitu pula sid terhadap orang tua shraddha.

Ibu sid dan shraddha pun menyiapkan makan malam, namun ibu sid pergi ketoilet sebentar dan meninggalkan shraddha sendirian didapur. "Hmmm ibu masakanmu sangat wangi...." ucap seorang pria yang tiba-tiba datang yang tak lain adalah sid.

Melihat shraddha yang berada disana, sid menjadi amat terkejut karena ia mengira ibunya yang memasak, "Kau disini?" ucap sid agak canggung, shraddha tersenyum. "Tentu saja, kau sudah pulang?" ucap shraddha sembari mendekati sid.

Sid pun memeluk shraddha, "Sorry..." ucapnya yang terdengar penuh rasa bersalah, shraddha justru tertawa mendengar ucapan itu ditelinganya.

Ia mencubit pipi sid, "Emangnya kamu ngapain?" tanya shraddha sembari tertawa, "Yaaa, aku kan tadi pagi... Udah... Batalin rencana weekend kita." jawab sid dengan nada penuh rasa bersalah.

Melihat itu, tawa shraddha makin menjadi bahkan ia sampai meneteskan airmata. "Udah ah aku capek ketawa..." ucap shraddha, "Padahal gak ada yang lucu loh shra..." ucap sid terdengar serius.

Shraddha menarik napasnya, lalu ia memegang lengan sid. "Dengar, itu adalah hal yang sangat wajar sid... Mungkin yaaa aku sedikit kecewa, tapi itu bukan masalah yang besar bukan?" ucap shraddha.

Sid menarik napasnya, "Tapi alina..."

Deg!

Sid langsung menghentikan ucapannya, bisa-bisanya ia memanggil kekasihnya dengan nama mantannya. 'Oh sid, apa yang baru saja kau katakan? K-kau memanggilnya dengan nama itu? ARGH! BODOH! BODOH!' guman sid dalam hati sembari memejamkan matanya.

Shraddha yang tersenyum langsung berubah menjadi senyum kaku karena terkejut mendengar sid memanggilnya 'Alina?', shraddha berusaha tersenyum. "Maaf shraddha aku..." ucap sid pada shraddha.

Shraddha mengangguk-angguk saja, ia melingkarkan tangannya di leher sid. "Dengar, apa hal buruk yang kau rasakan dimasa lalu bersamanya... Kau tak akan merasakan itu denganku..." ucap shraddha pada sid.

"Aku tak akan marah jika meninggalkankan ku karena urusan mendadak. Aku tak akan marah jika kau telat memberikanku kabar, kecuali... Kalau kau benar-benar membuatku khawatir. Tapi... Aku akan sangat sangat marah padamu, jika kau berhenti mengejar mimpimu... Baru aku akan marah padamu." lanjut shraddha pada sid.

"Aku juga akan selalu mendukungmu dalam setiap langkah yang kau ambil, dan aku tidak akan membiarkan seseorang mencoba menghentikan langkahmu atau mencoba menjatuhkanmu...." ucap shraddha.

Sid tersenyum mendengar ucapan shraddha, ia begitu beruntung mendapatkan wanita sepertinya. Lalu ia memeluknya dengan sangat erat, "Terima kasih shraddha... Aku begitu beruntung mendapatkanmu..." ucap sid dan shraddha hanya mengangguk.

Yang tanpa mereka sadari, kejadian itu dilihat oleh orang tua mereka. Mereka? Yaaa mereka, diam-diam ibu sid mengundang orang tua shraddha juga.

"Ternyata memang kita sudah ditakdirkan untuk menjadi besan yaaa..." ucap ibu sid pada ibu shraddha, "Kau benar nyonya malhotra." jawab ibu shraddha dengan senyuman.

"Ouh, pantas saja makanannya tak kunjung datang ternyata ini alasannya..." ucap ayah sid yang mengejutkan shraddha dan sid yang sedang berpelukan mesra.

Keduanya langsung melepas pelukan itu dan sangat canggung, "Ibu? Ayah?" ucap shraddha pada kedua orangtuanya, ibu dan ayah shraddha hanya dapat terkekeh.

Sid menyentuh kaki keduanya, "Sudah-sudah... Ayoo makan malam, sebelum nanti semuanya menjadi dingin." ucap ibu sid. Dan mereka semua pun makan malam bersama.

****

Okeyy guys, aku sengaja double up soalnya next part adalah special part...

Part apakah itu?

Tunggu yaaa...

****
Okey next janlup
Vote and comment

Secret Relationship [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang