Saat Kita Remaja | Treasure (J-line)
***
Majid berdiri tegak dari kejauhan dengan tatapan lesuhnya. Tidak seperti kebanyakan siswa yang kini bergerombol di depan mading untuk mengetahui di kelas mana dirinya akan di tempatkan, Majid justru merasa ogah-ogahan jika harus ikut desak-desakan disana-saling dorong hanya untuk melihat sederet nama, kelas dan nomor kamar asrama. Lagipun Majid gamau jika bajunya sampai kusut dan terkena cipratan keringat di pagi buta seperti ini karena pengap yang menerpa di antara kerumunan siswa itu. Mama yang sudah menyetrika baju seragamnya, sebelum akhirnya Majid harus kembali ke asrama setelah liburan penaikan kelas. Mama juga masak makanan kesukaan Majid untuk bekalnya dihari pertama kembali masuk asrama. Namun Mama tidak mengantarkan Majid sampai disini, dia hanya mengantarkan sampai bandara sebelum akhirnya Majid harus berangkat seorang diri naik pesawat.
Dirasa sudah lengang, anak itu bergegas menghampiri mading dengan sebuah koper hitam yang sejak dari rumah sampai sini menemaninya. Seminggu yang lalu dia mendapat kabar bahwasannya teman sekelasnya akan ada perubahan, beberapa dari mereka akan dipindahkan ke kelas lain-digantikan oleh murid dari kelas lain yang nantinya akan menjadi teman barunya. Bukan hanya teman sekelas, kamar asrama tempat dia tinggal pun ada perubahan. Majid di pindahkan ke kamar lain dengan beberapa temannya-menyebabkan ia nantinya harus mengemas kembali semua barang-barangnya yang masih tertinggal di kamarnya yang sekarang. Majid jadi pusing sendiri, padahal dia berharap tidak ada perubahan di semester baru ini, namun ia bukanlah kepala sekolah yang bisa mengatur semua kondisi yang ada di tempat ini. Mau tak mau, sebagai murid biasa dia hanya bisa patuh dan mendengarkan.
"Kelas 3-4, kamar asrama nomor 12. Jenderal Soedirman." Majid bergumam, membaca sederet info letak kelas dan kamar barunya.
"Majid!"
Panggilan seseorang dengan volume suara yang bisa dibilang terdengar memekakkan telinga itu membuat Majid menoleh. "Iyan? Baru sampe hari ini juga?"
"Gua sih dari kemarin udah balik kesini," Lelaki yang ternyata adalah teman sekamar Majid itu menaik turunkan alisnya, merasa bangga karena ia telah tiba lebih dulu dari Majid. "Ngomong-ngomong kita sekelas sama sekamar lagi, lho!"
"Iya, udah tau. Bosen banget gue tiga tahun sama lo mulu." Canda Majid kemudian melengos pergi dari sana.
Lelaki bernama lengkap Ryan Zakaria itu menyusul Majid, menyamakan langkah kakinya dengan kawannya tersebut. "Eh harus bangga dong sekamar sama gua."
"Iyain."
"Sekarang kita sekamar berempat,"
"Serius?"
"He'em."
"Dua lagi siapa?"
"Lo ga liat di mading tadi? Kita bakal sekamar sama Aji, sama Hanif juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Kita Remaja
FanficHanif, Aji, Ryan, Majid, dan yang terhormat guru BK mereka, Hasan. ❛If life is the art of drawing without erasing, then this is a collage of the lives of four teenagers. Who always try to color the canvas of life in their own way.❜ "Bacot banget ya...