kedua : eskrim

78 22 9
                                    

Saat Kita Remaja | Treasure J-line

Saat Kita Remaja | Treasure J-line

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hasan berdiri tegak didekat tiang koridor untuk memantau dua bocah yang kini mendapat hukuman padahal baru masuk kembali ke sekolah. Aji dan Hanif, baru saja menuntaskan putaran kelima kegiatan berlari keliling lapangannya. Nafasnya ngos-ngosan, keringat mulai menetes dari pelipis masing-masing kedua anak itu-padahal lapangan ini tidak sebesar lapangan stadion bola. Dengan kancing seragam yang sengaja dibuka sampai dada, baju setengah di keluarkan, dan tanpa mengenakan dasi, membuat penampilan mereka berdua kini menjadi lusuh. Hasan sampai membatin, mereka lebih terlihat seperti gembel ketimbang anak sekolahan.

"Pak, udah atuh, pak! Cape!" Keluh Hanif seraya bertumpu lutut di hadapan Hasan.

"Katanya preman sekolah, suka menang kalo tawuran, masa lari keliling lapangan baru lima putaran saja sudah ngeluh!"

"Yeuu... Si Bapak, gimana sih? Kita tuh belum makan dari kemarin, pak. Pagi-pagi buta kaya gini udah disuruh lari keliling lapangan!"

"Siapa suruh bersikap tidak sopan pada saya?"

"Gada yang nyuruh, inisiatif kita sendiri sih. Iya gak, Fran?"

Aji hanya menoleh ke arah Hanif tanpa ada niatan mengiyakan atau bahkan sekedar menganggukan kepala. "Udah dong, Pak. Yang dua putaran lagi di nego."

"Engga ada nego-nego! Lanjutkan!"

"Bapak gak kasian sama kita yang imut ini?"

Hasan bergidik ngeri mendengar ucapan Hanif, "Gausah so imut, penampilan kalian aja lebih serem dari setan penunggu gudang sekolah!"

"Emangnya bapak bisa liat setan?" Tanya Aji dengan wajah polos.

"Ya jelas bisa lah, ini saya lagi liat dua setan pembuat onar di sekolah, bahkan saya lagi ngobrol sama mereka." Ucap Hasan, terkesan santai.

"Jadi maksud bapak kita setannya?!" Pekik Hanif, nyolot pula.

"Ya jelas lah!"

"Bapak aja kali mirip genderuwo penunggu pohon rambutan!"

"Udah gausah banyak nyeng nyong nyeng nyong! Sana lanjutin dua putaran lagi!"

"Gamau!" Tolak keduanya mentah-mentah.

"Nanti saya traktir beli es krim."

"Janji?" Hanif menatap curiga ke arah Hasan.

"Sejak kapan saya suka bohong sama kalian?"

"Kali aja kan, bapak nyuruh kita lari dua puteran lagi dengan embel-embel bakal di traktir beliin eskrim,"

"Saya gak bohong, saya janji!"

"Ashiap!!!"

Karena dirasa Hasan tidak akan mengingkari janjinya, Hanif dan Aji kini melanjutkan sisa hukumannya. Sementara Hasan melengos pergi dari sana.

Saat Kita Remaja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang