Chapter Twenty Nine

1.3K 142 39
                                    

Aloha, chapter kali ini sedih (kayaknya). Prepare some tissue and enjoy~~~

“There was nowhere I could go that wouldn’t be you.”
—Jeffrey Eugenides—

Rose terbangun dari mimpi buruk yang panjang hanya untuk menjumpai kenyataan yang lebih mengerikan daripada sejuntai mimpi tanpa makna. Hatinya mencelos saat telinganya menangkap suara tak asing datang semakin dekat. Kedua tangannya diikat, pandangannya buram, sementara dengung di telinganya terdengar semakin keras dan menyakitkan. Ia ingat jika dirinya sempat merasakan sesuatu yang keras menghantam tengkuk sebelum terbangun di ruangan gelap ini.

Tapi, tak peduli setipis apapun kesadarannya atau sebanyak apapun usaha waktu untuk membuatnya lupa akan masa lalu, Rose tetap dapat mengenali dengan jelas sosok pria yang berdiri di hadapannya saat ini. Kerongkongannya mendadak kering, meninggalkan sensasi tercekat yang membuat perasaan jijik dan amarah meluap keluar. Rose melempar beberapa kalimat umpatan dalam bahasa Rusia; membuat pria di depan berdiri termanggu-manggu.

“Kita tidak bertemu selama belasan tahun dan kalimat pertama yang kau lontarkan padaku diucapkan dalam bahasa asing dan kedengaran seperti umpatan,” katanya sambil menarik rambut Rose ke belakang. Matanya yang hitam mengamati wajah perempuan itu lamat-lamat. “Apa jangan-jangan itu memang umpatan? Kau tidak boleh mengumpati ayahmu seperti itu, Roseanne sayang.”

“Keparat... orang sepertimu mana bisa disebut ayah,” ucap Rose pelan. Ia tak ingin menangis, tapi saat tangan besar itu kembali menghardik pipinya dengan keras, air matanya keluar bersamaan dengan setitik darah yang terasa asin di mulutnya. Wajahnya panas, oleh emosi dan tamparan.

Pria bertubuh tegap dengan satu bekas luka melintang di wajah garangnya itu kembali melayangkan pukulan di wajah Rose yang tirus. Ia melakukannya sebanyak tiga kali; tidak lebih dari itu karena ia tak ingin membuat Rose kembali hilang kesadaran. “Wajahmu sangat mirip dengan ibumu, tapi kelakuanmu benar-benar sangat buruk. Siapa yang membesarkanmu jadi gadis kadar seperti ini? Benar juga, kudengar kau tinggal di Rusia, apa tinggal di tempat baru membuatmu tumbuh menjadi jalang keparat? Bahkan orang yang menyuruhku menangkapmu juga mengatakan jika kau ini pelacur yang senang menggoda pria kaya.”

“Selama bertahun-tahun ini, apa kau hidup seperti ini?” tanya Rose dengan suara serak. Pria yang dulu sempat ia sebut sebagai ‘ayah’ itu mengamati dengan tatapan suram, benar-benar membuat bulu kuduknya berdiri. “Kau hidup sebagai sampah masyarakat rupanya. Bukankah ini ironis, anak perempuan yang kau tinggalkan justru menjalani hidupnya dengan baik. Bahkan dia selalu dielu-elukan oleh semua orang dan disebut sebagai aset negara. Bagaimana denganmu? Mati pun tidak akan ada yang peduli.”

Tatapan pria itu berubah liar. “Tutup mulutmu.”

“Tuan Park, tunggu, siapa namamu? Aku melupakan namamu. Sampah sepertimu tidak layak mendapat pengakuan dariku. Kau bahkan tidak layak hid—”

Kalimat Rose terputus saat satu tendangan mengenai perutnya. Ia terjatuh dari kursinya—hanya meringis dengan pelan.

“Sudah kubilang tutup mulutmu!” raung ayahnya penuh emosi.

“Kenapa... aku harus... menurutimu? Aku... tidak berhutang apapun... padamu,” tutur Rose terbata-bata. “Park Inbeom... aku baik sekali karena bersedia mengingat namamu. Park Inbeom... kau... berhenti membuatku kesulitan.”

Park Inbeom tertawa kecut. Tangannya merogoh sebilah pisau lipat dari dalam saku. Dengan satu gerakan kecil ia memotong tali yang mengikat tangan putrinya. Rose tidak berdaya—kecil kemungkinan ia bisa melarikan diri dari tempat ini. Sejak dulu ia memang selalu selemah ini. “Aneh sekali, padahal penampilanmu terlihat sama persis seperti ibumu, tapi sifat kalian benar-benar berlawanan. Ibumu adalah wanita cantik yang polos dan baik hati. Kami menikah karena dia mau menerimaku apa adanya. Sedikit bodoh memang, tapi dia wanita yang sangat baik hati. Kukira sifatmu juga sama sepertinya. Tapi sepertinya aku salah. Kau bahkan tak mencariku meskipun sudah sukses dan punya banyak uang. Katakan padaku, berapa banyak yang kau hasilkan dalam satu bulan? Wajahmu selalu ada di TV dan kau juga seorang wanita simpanan. Berapa banyak yang kau dapat dari menjual tubuhmu? Kau pasti sangat kaya, rumahmu saja bagus. Kalau tahu kau akan semenguntungkan ini, seharusnya aku memeliharamu.”

Ice Shot Play ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang