Chapter Twenty Three

1.4K 187 16
                                    

Hello, sorry for frequently taking hiatus. My energy keeps leaving my body lately.

How are you guys? Hopefully you're in a good shape both body and mind. I plan to finish ISP this month (update lebih malem aja biar santai), don't miss it too much, okay? Ehehe

Anyway, leave some comments and vote yaaa. It will mean a lot for me. Selamat membaca ☺☺☺

“Grown ups are complicated creatures, full of quirks and secrets.”
—Roald Dahl—

Eunwoo menutup lembar terakhir laporan yang menumpuk di atas meja kerja. Jarum jam sudah menunjuk angka enam lewat lima belas, ini sudah pagi, tapi kelopak matanya bahkan belum sempat terpejam barang satu menit pun. Ia menjatuhkan punggung ke atas kursi, mengurut kening yang terasa dihinggapi beban berat tak berkesudahan. Daejung selalu membuatnya kelelahan.

Kesadarannya hampir terseret ke alam mimpi saat ponsel di atas meja tiba-tiba berdering dan membuat mulutnya meloloskan beberapa umpatan. Meski enggan, tangannya tetap meraih ponsel dan menerima panggilan tersebut nyaris tanpa sopan santun. Itu telpon dari Mina, sehingga menjadi sangat sopan dan pengertian dirasa kurang perlu sama sekali.

“Apa?” Eunwoo memulai dengan nada penuh emosi.

“Aku yakin sifat kasar dan tidak sopan ini diakibatkan oleh kurang tidur,” jawab Mina tepat sasaran. Wanita itu dengan tenang melanjutkan, “tapi bisakah kau membantuku?”

“Demi seluruh lautan di muka bumi, permintaan apa yang akan kau ajukan padaku pagi-pagi begini?” katanya masih bersungut-sungut.

“Ini untuk Rose.”

Satu kalimat itu sudah cukup untuk membuat Eunwoo menegakkan punggung dan mendengarkan kelanjutan kalimat Mina. Ia bahkan menyahut, “Kau seharusnya bilang dari awal. Kalau tahu ini untuk Rose, aku tidak akan terlalu emosi.”

“She’s your brother’s lover, Eunwoo.” Mina menyahut pelan.

“They are not in relationship,” sanggah Eunwoo diselipi tawa ringan. “Ngomong-omong, bantuan apa yang bisa kuberikan? Beritahu semuanya dalam dua menit, aku harus tidur meski hanya sebentar.”

“Kau tahu apa yang dia sukai?” tanya Mina.

“Selain Kak Jaehyun dan skating, aku tidak tahu lagi apa yang dia sukai,” tuturnya sambil menguap.

“Tidak berguna.”

“Begitulah.”

Mina menghela napas panjang sebelum mengatakan, “Apapun itu, kurasa kau pasti lebih tahu preferensinya ketimbang aku. Siang ini ada waktu?”

“Sekitar dua jam antara pukul satu sampai tiga siang. Aku tidak perlu menjemputmu, kan? Itu akan memakan banyak waktu, jadwalku hari ini sangat padat,” terang Eunwoo yang berjalan sempoyongan ke arah kasur.

“Baik, terima kasih.”

“Hm.”

Panggilan ditutup. Eunwoo menjatuhkan diri ke atas kasur—segera terlelap hanya dalam hitungan detik. Pekerjaannya tidak pernah tahu jeda dan langsung menyerangnya tepat setelah kepulangan dari rumah Jaehyun kemarin siang. Makan malam dengan kolega, proyek resort di Maladewa, hingga pengeboran minyak di laut lepas; Daejung benar-benar bergerak di segala sisi.

Ice Shot Play ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang