7# Terakhir

311 42 2
                                    

Satu tahun berlalu begitu cepat. Tak terasa telah tiba kembali masanya untuk seluruh umat muslim menjalani puasa.

Hari ini adalah hari pertama puasa.  Gempa dan mama seperti biasa bangun lebih awal dari yang lainnya. Papa juga tumben tumbenan ikutan bangun saat mama bangun, hingga tinggalah enam kebo yang masih hibernasi di kamarnya masing-masing.

Jam masih menunjukan pukul tiga pagi, namun Gempa dan mama sudah sibuk memasak masakan sahur. Papa yang duduk di sofa pun tertidur sembari menunggu masakan selesai, sedangkan enam orang lainnya belum ada tanda tanda akan bangun. 

"Gem- lebih baik kamu bangunin saudara-saudaramu dulu deh. Tinggal goreng tahu kok. 10 menit lagi imsak" ujar mama. 

"Siapp ma!"

Bersiap dengan sudip kayu di tangan kanannya, Gempa pun berjalan gagah menuju lantai atas dan bersiap membangunkan enam orang itu. Mama yang melihatnya hanya geleng geleng kepala sambil tersenyum. Sepertinya akan ada suara ricuh dari tingkat atas sebentar lagi.

Satu..

Dua...

Tiga...

Gubrak!! Doengg! Plak plak!!

"ADUH!!!"

"ADUDUDUH!! AMPUN AMPUNN!!"

"SAKITT WOI!!"

Benar saja, suara teriakan Solar dan Halilintar yang sekamar adalah yang pertama terdengar hingga ke ruang bawah. Rupanya kamar itu adalah sasaran utama Gempa sekaligus pencicip utama geplakan sudip legenda Gempa.

"Bangun yaaa saudara-saudaraku sekalian- udah mau imsak. Tapi kalau kalian mau kumandiin di kasur biar melek juga boleh, bilang aja"

Gempa tersenyum manis, namun malah nampak mengerikan di mata Halilintar dan Solar yang langsung bangkit dari tempat tidur dan berlari keluar kamar.

Mengangguk puas, Gempa pun beranjak pergi ke kamar kamar lainnya dan membangunkan mereka dengan cara yang sama.

Suara teriakan dan aduhan dari anak-anak lain terdengar bersahut sahutan hingga membuat mama yang tengah memasak tertawa karenanya. Mama tau, Gempa tidak mungkin menyakiti saudaranya sendiri. Namun ia punya 1001 cara untuk membuat saudara-saudaranya itu menurut.

Tak sampai sepuluh menit, seluruh saudaranya sudah berkumpul di meja makan. Walaupun dengan mata yang setengah mengantuk, namun mereka tetap bersemangat begitu mencium aroma masakan mama yang nikmat.

Menikmati sahur sembari mengobrol kecil, suasana meja makan di keluarga ini sangat menyenangkan seperti biasanya. Setelah sahur berakhir pun, mereka saling bekerja sama membereskan meja makan dan mencuci piring.

Setelah selesai dengan semua urusan makan dan dapur, mereka pun beribadah bersama-sama. Sebenarnya mereka bisa saja kembali tidur, namun kantuk mereka telah menghilang sepenuhnya. Sehingga mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dan menonton tv.

.

.

.

.

.

"Haah??? Balik kampung??!"

"Ha ah, nenek minta kita semua balik kampung. Kan kalian libur selama bulan puasa, jadi kita bisa sama sama kesana" mama menjawab santai.

"Yaaay balik kampung! Balik kampung!" Thorn memekik girang.

"Udah lama gak ketemu nenek!" Taufan ikut menimpali.

Memories (All Elementals - Camelot Regnum Ramadhan Event)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang