"Papa, itu ada Kak Hages," pekik Biya dengan raut wajah gembiranya sambil menunjuk ke arah Hages yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Eh iya, sini duduk Kak." Jino menatap Hages, menunjuk sofa yang kosong dengan dagunya, lalu kembali memusatkan atensinya pada Biya yang tengah duduk di atas pangkuannya, sambil memegang buku yang berjudul 'Tata Surya'.
"Coba Papa tanya sekali lagi, apa itu tata surya, princess?"
"Kumpulan benda langit yang terdiri atas matahari dan semua objek yang mengelilinginya. Tata Surya sebagai sistem antariksa yang saling terikat gravitasi dimana terdapat matahari dan benda-benda langit yang mengitarinya secara langsung maupun tidak langsung."
"Apakah bumi termasuk bagian dari tata surya?"
"Iya Papa, karena bumi salah satu bagian dari delapan planet yang merupakan bagian dari tata surya."
"Oh ya? Memangnya kedelapan planet itu apa aja? Coba Papa pingin tahu."
"Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan the last is Neptunus."
"Dari kedelapan planet itu, mana yang ukurannya paling besar?"
"Jupiter. Memiliki diameter sebesar 122 diameter bumi. Volumenya 1.300 lebih besar daripada bumi. Dan massa nya 317 lebih besar daripada bumi."
"Kok tahu? Kamu ngukur sendiri?"
"Ih Papaaa..." Biya memanyunkan bibirnya, "kan dari buku yang aku baca gitu. Aku belum pernah main keluar angkasa, jadi aku ngga tahu."
"Emang kamu mau main kesana?"
"Mau, aku pengen nyobain pake baju astornot terus habis itu main diluar angkasa."
"Hei, astronot itu salah satu profesi dibidang pekerjaan, sayang. Jadi mereka ke luar angkasa itu bukan main, tapi menjalani tugasnya."
"Berarti kalau jadi astronot itu harus sekolah yang pintar ya, Papa? Biar bisa menjalani tugasnya di luar angkasa."
"Tentu. Mereka orang-orang terpilih, dan bukan orang sembarangan yang bisa menjalani profesi itu. Mereka orang-orang hebat. Karena resiko dari pekerjaannya juga bisa dibilang tinggi. Jadi..." Jino meletakan buku yang dipegang Biya ke sofa kosong disampingnya, lalu membalikan tubuh Biya hingga mereka duduk berhadapan, "kalau Biya mau jadi orang hebat, salah satu syaratnya harus pintar dulu. Kamu harus mau banyak belajar tentang banyak hal. Karena didunia ini banyak sekali hal yang belum kita ketahui. Mengerti, princess?"
"I am understand, Papa."
"Great. Anak Papa emang hebat!" Jino memeluk Biya sambil mengusap pelan punggungnya, serta tak lupa memberikan kecupan hangat di puncak kepalanya.
Hages yang sedaritadi memperhatikan mereka ikut tersenyum. Ada rasa nyeri yang menyelinap masuk kedalam rongga dadanya saat melihat Jino yang tak pernah memperlakukannya seperti itu, dulu, saat ia seumuran Biya.
Ia tak pernah duduk diatas pangkuan papanya. Tak pernah dipeluk lebih dulu, tak pernah diberi kecupan hangat di puncak kepalanya, dan tak pernah di ajak mengobrol hangat tentang hal-hal kecil. Seperti yang mereka lakukan dihadapannya sekarang.
Seperti Jino dan Sabiya.
"Kak Hages?"
"Ya?"
"Kalau Kak Hages pintar ngga di sekolahnya?"
Hages langsung melirik Jino, yang langsung dibalas Jino oleh senyum tipisnya yang khas, "semua anak Papa kan pintar, itu berarti Kak Hages juga pintar."
"Pintaran mana sama Abang, Pa?" Caka yang baru muncul langsung menarik tangan Biya lalu mendudukan adiknya itu disampingnya.
"Emang Abang pintar ya Pa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Filthy Way [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Sequel : Puzzle Destiny Yang Caka tahu, Hages adalah orang yang pantas menanggung kebenciannya. Dia adalah orang yang menjadi target balas dendamnya. Karena hanya dengan menatap matanya, sisi iblis dalam diri...