Part [3]

1.8K 166 34
                                    

Srettt.

"Ka, itu jawaban tugas Lo ngapain dirobek sih anjir?"

"Salah." Ia melirik sekilas ke gulungan kertas yang sudah teronggok dilantai, dimana coretan tangan Hages ada disana.

Caka lalu dengan santainya kembali mencatat jawaban, membuat Fattan dan juga Tristan saling bertatapan aneh.

"Ya gue tau Lo pinter Ka. Tapi ini lima menit lagi bel masuk. Lo ngga akan keburu kalau harus--"

"Shut up, Tris. Bentar lagi juga selesai."

"Yakali, orang gue ngerjainnya aja sampai sejam. Lo mana mungkin--"

Caka mengangkat bukunya ke wajah Tristan, "see? Gue udah tahu jawabannya dari semalam. Cuma nyatetnya aja males."

"Halah, Lo kan biasanya nyuruh-nyuruh si Hages buat ngerjain catetan Lo."

"Tuhkan, Lo mah Ka, bisa ngga sih jangan nyuruh-nyuruh kesayangan gue? Nanti kalau dia capek gara-gara ngerjain tugas Lo terus dia sakit gimana?"

Caka melirik Fattan dan Tristan dengan raut sebal, "bukan urusan gue."

"Bikin irisin gii, selalu gitu jawaban Lo."

***

"Ges, Lo kenapasih? Sumpah ya, muka Lo serem banget tau ngga?"

Hages mengerutkan kening, "serem gimana?" Lalu mengambil kaca yang disodorkan Abel. "Muka Lo tuh kayak yang capeeek banget gitu. Habis ngapain sih Lo? Mana Lo kan ngga pernah pake make up, even itu cuma bedak sama liptint."

Hanya meringis kecil, Hages mengembalikan kaca tersebut ke Abel, "gue abis marathon nonton film semalam. Jadi ya gini deh."

"Oh ya? Lo begadang gitu maksudnya?"

"I-iya gitu deh, bisa dibilang."

"Astaga, yang bener aja dong Lo, Ges. Ngga inget apa Lo besoknya harus sekolah? Kenapa ngga pas weekend aja maratonan nya?"

"Ya gimana Bel, orang filmnya seru. Nanggung juga cuma dua sesion."

Lalu tiba-tiba Abel memanyunkan bibirnya, "gue pengen juga sih sebenernya, tapi gue ngga bisa. Lo tahu kan ya bokap gue selalu ngecek kekamar gue, Ges."

"Itu karena bokap Lo selalu mastiin kalau tidur Lo nyenyak."

"Tapi gue udah segede gini loh, Ges. Yakali masih dipantau jam tidurnya juga. Enakan jadi Lo yang ngga pernah direcokin pas dikamar sama bokap."

"Itu karena bokap gue yang terlalu sibuk sama kerjaannya," tersenyum getir, Hages membalas tatapan Abel, "kadang gue juga pengen ngerasain dipeduliin kayak Lo."

Abel mengerjapkan matanya, menangkap sorot sedih di wajah sahabatnya itu, "Ges sorry, gue--"

"Kok malah minta maaf sih? Gue ngga papa, Bel."

Abel tersenyum mengusap punggung tangan Hages, "kalau ada apa-apa, Lo bisa cerita ke gue, oke?"

"Jadi gue boleh cerita ke Lo nya pas kalau ada apa-apa aja, nih?"

"Ya ngga. Intinya Lo bisa cerita apapun itu ke gue. Gue pasti akan jadi pendengar yang baik."

"Thankyou, Bel. Gue mau ke toilet dulu bentar ya, titip hp."

Filthy Way [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang