Sedang berada pada posisi bingung terhadap hati sendiri, ingin berdamai, dan menyudahi saja semuanya. Menyerahkan semuanya pada Sang Maha. Kemudian melupakan apa yang sudah terpendam sejak lama. Memori, memang sulit untuk dilepas. Yang bururk-buruk ataupun yang baik-baik sama saja. Ketika suatu hal itu menjadi spesial, memori akan menyimpannya pada suatu tempat tersendiri yang tidak bisa digantikan oleh siapapun.
Lalu bagaimana jika yang spesial itu adalah memori lama Naya yang dua tahun belakangan ini ingin dibuangnya sia-sia. Apakah memang se-spesial itu sampai ia tidak bisa menyudahi saja ceritanya saat lima tahun itu?
Dia bisa. Dia yakin pada dirinya sendiri. Dia mencoba untuk melakukan yang terbaik. Tapi Siang itu mama menelepon. Menceritakan sebuah pertemuannya dengan Bara dan membuat dia kembali terusik pada memori lamanya.
Kejadian 2 tahun lalu masih membekas di benaknya. Dan 2 tahun itu bukanlah waktu yang lama untuk melupakan. Bekasnya belum hilang, dan Bara sudah mengiris hatinya lagi. Siang itu Mama bertemu dengan Bara di sebuah pusat perbelanjaan. Kemudian lelaki itu masih sama seperti dulu. Menyapa dan memeluk Mama. Menanyakan keadaan Mama dan juga keadaan Naya. Satu hal yang membuat Naya menangis tersedu ketika Mama menceritakan pertemuannya dengan Bara.
Beberapa kalimat indah yang langsung menusuk hati Naya dan Membuatnya jatuh menangis diperlukan Steve.
"Saya pernah mencintai anak Tante. Saya mencintainya selama lima tahun lamanya. Saya datang dengan baik-baik dan pergi dengan baik juga. Saya tahu Naya masih mencintai saya. Tolong sampaikan padanya, bahwa lima tahun melupakan kenangan itu tidak mudah juga buat saya. Ini murni kesalahan saya. Saya minta maaf."
Kalimat itu tidak bisa diucapkan langsung Bara untuk Naya pada hari pertama kali hubungan itu kandas. Tetapi mengapa, melewati sang Mama, Bara seakan kembali menusuknya. Bukan hanya dirinya yang malu. Mama juga pasti sangat kecewa. Bagaimana bisa lelaki itu setelah menusuk anaknya, kemudian berani berbicara langsung dengan Mama. Tidak tahu malu. Mama hanya diam saja. Kemudian sesampainya di rumah memikirkannya sepanjang hari.
Cinta memang tidak bisa disalahkan. Karena yang harus disalahkan adalah pemiliknya. Mengapa mereka mempermainkan cinta itu sendiri seolah cinta hanya barang murahan yang bisa digantikan jika sudah tak layak.
Naya menghapus sisa air mata di seluruh bagian wajahnya. Kemudian Berhenti melangkah dan menoleh pada Steve yang mengikutinya dari belakang. Tadi saat di kafe Naya tiba-tiba berlari keluar. Karena dia sadar, tangisannya di sana membuat semua orang bertanya-tanya.
"Kau ingin pulang? Biar aku mengantarmu."
"Tidak." Suaranya masih bergetar. Menampakkan masih ada sisa-sisa kesedihan di ujung hatinya. Kemudian tangannya meraih jemari Steve. "Aku ingin ikut denganmu."
Steve tidak bisa mengekspresikan wajahnya saat itu. Dia tidak tahu harus senang ataupun sedih. Naya baru saja menangis karena suatu hal yang Steve sendiri tidak tahu. Dia ingin bertanya tapi ragu. Saat pertanyaan di café saja, Naya langsung memeluknya dan hanya bilang ingin di peluk. Saat itu Steve benar-benar ingin diam saja. Menjadi pendengar setia suara tangisnya. Sekarang, Steve juga belum bisa bertanya lagi. Naya masih butuh waktu untuk bercerita sepertinya.
Jadi Steve hanya diam dan... "Tapi..."
"Aku tidak mau melihat orang-orang yang kenal denganku untuk sementara waktu." Tangannya masih saja mencubit sweater Steve. Berharap pria itu benar-benar mengatakan iya.
"Kalau kau tidak mau, aku sendiri saja."
Steve buru-buru menarik tangan Naya ketika Naya hendak melangkahkan kakinya. "Ba-baiklah. Aku temani." Kemudian tangannya meraih jemari Naya dan membawanya pergi dari tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONDON and U
ChickLitSebagian cerita dihapus🙏🙏 Sedang berada pada posisi bingung terhadap hati sendiri, ingin berdamai, dan menyudahi saja semuanya. Menyerahkan semuanya pada Sang Maha. Kemudian melupakan apa yang sudah terpendam sejak lama. Memori, memang sulit untuk...